Dalam
proses merger ada upaya untuk memegang kendali atas perusahaan dengan membujuk
para pemegang saham untuk memilih tim manajemen yang baru, tindakan ini disebut
proxy right.
Analisis potensial
merger
Terdapat
pendekatan dalam analisis merger antara lain adalah pendekatan arus kas yang
didiskontokan (Discounted cash flow),
analisis nilai pasar multiple, menetapkan harga penawaran, dan pengendalian
setelah merger. Misal: Suatu perusahaan pada tahun 2000 akan melakukan merger.
PT A akan merger dengan PT B (Pihak yang dimerger). Prediksi laba-rugi PT B
selama lima tahun seperti disajikan dalam tabel 21.3; tingkat suku bunga
deposito (Rf atau risk free return) sebesar 10%, tingkat
hasil pasar (RM atau return on
market) sebesar 15%, tingkat pertumbuhan tahun 10%, dan koefisien risiko
setelah merger 2, price earning ratio atau PER sebesar 10 kali.
Teknik perhitungan nilai tunai perusahaan B dapat disajikan tabel 21.4.
Tabel
21.4
Pro
Forma Laporan Arus Kas Masuk Bersih (Net
Cash Flow)
|
2001
|
2002
|
2003
|
2004
|
2005
|
Keterangan
|
(Rp)
|
(Rp)
|
(Rp)
|
(Rp)
|
(Rp)
|
Net sales
|
100,0
|
120,0
|
150,0
|
170,0
|
190,0
|
Cost of goods sold
|
70,0
|
83,0
|
105,0
|
118,0
|
131,0
|
Commercial
|
10,0
|
12,0
|
13,0
|
15,0
|
16,0
|
Expenses
|
|
|
|
|
|
Depreciation
|
8,0
|
8,0
|
9,0
|
9,0
|
10,0
|
EBIT
|
12,0
|
17,0
|
23,0
|
28,0
|
33,0
|
Interest
|
8,0
|
9,0
|
10,0
|
11,0
|
11,0
|
EBT
|
4,0
|
8,0
|
13,0
|
17,0
|
22,0
|
Tax , at 40%
|
1.6
|
3,2
|
5,2
|
6,8
|
8,8
|
EAT
|
2,4
|
4,8
|
7,8
|
10,2
|
13,2
|
Net Cash Flow (NCF)
|
*15,2
|
18,2
|
22,8
|
25,8
|
29,8
|
NCF 2006
|
|
|
|
|
327,8
|
|
15,2
|
18,2
|
22,8
|
25,8
|
357,6
|
Sumber : weston dan
brigham, weston dan Copeland: Manajerial Finance
Keterangan
tabel 21.4
1) EBIT
= Earning Before Interest And Tax, EBT = Earning Before tax, EAT = Earning After
Tax
2) Formula
NCF : (1) EBIT (1-T)+Depreciation, (2)
EAT+Depreciation+Interest
(1-T)
3) Pertumbuhan
konstan diharapkan tahun 2005 sebesar 10%.
4) RF
= 10%, RM = 15%, postmarger beta = 2
5) kS
= 10% + (15% - 10%)2 = 20% (cost of
equity)
6) value
2005 = NCF 2006 / (kS – g) =
Rp 29,8(1,10) / (0,20 – 0,10) = Rp 327,8
7) *EBIT
(1-T) + depreciation; tahun 1 = 12(1-0,4)+8= 7,2 + 8 = 15,2. Tahun ke 2,3,4,5
dihitung berdasarkan rumus tersebut, atau dengan rumus EAT + Depreciation + interest
(1-T); 2,4 + 8 + 8 (1-0,4)=2,4 + 8 + 4,8 = 15,2. Net cash flows juga lazim
disebut free cash flows.
Present
Value (PV) arus kas bersih (Net Cash Flows) dimana cost of equity sebesar 20%
disajikan dalam tabel 21.5.
Analisis Multiple Pasar
(Market Multiple Analysis)
Suatu
metode untuk menilai perusahaan yang akan dibeli (target company) yang diukur dari Net Income, Earnings per
share, sales, book value, dsb. Teknik perhitungan nya adalah price earning ratio dikalikan rata-rata laba bersih. Rata-rata laba
bersih atau rata-rata EAT = (15,2 + 18,2 + 22,8 + 25,8 + 29,8) / 5 = Rp 22,36.
Nilai perusahaan = Rp 22,36 x 10 = Rp 223,6.
Tabel
21.5
Perhitungan
Nilai Tunai Perusahan B
|
|
Cost of Equity
|
Nilai Tunai
|
Tahun
|
|
(20%)
|
(Present
Value)
|
2001
|
15,2
|
[1 / (1+0,20)1]
= 0,833
|
12,66
|
2002
|
18,2
|
[1 / (1+0,20)2]
= 0,694
|
12,63
|
2003
|
22,8
|
[1 / (1+0,20)3]
= 0,578
|
13,18
|
2004
|
25,8
|
[1 / (1+0,20)4]
= 0,481
|
12,41
|
2005
|
257,6
|
[1 / (1+0,20)5]
= 0,400
|
103,41
|
|
Nilai
perusahaan B sebesar
|
153,92
|
Sumber
: weston dan brigham, weston dan Copeland: Manajerial Finance
Menetapkan Harga
Penawaran (Setting
The Bid Price)
Jika
suatu perusahaan memiliki 10 saham dan harga saham perlembar Rp 20, maka rentan
tawar menawar atau sinergi sebesar nilai perusahaan dikurangi harga pasar
seluruh saham. Perhitungan dapat disajikan : Rp 223,6 – (10 saham x Rp 20) = Rp
23,6.
Pengendalian Pasca Merger
(Post Merger Control)
Jika
perusahaan mengambil-alih setuju mempertahankan manajemen lama, maka mereka
akan mendukung merger, dan jika manajemen lama akan digeser, mereka akan
menentang merger. Oleh sebab itu, perusahaan yang dimerger menghadapi masalah
setelah marger yaitu tim manajemen baru yang akan mengelola perusaan yang dimerger.
Perlakuan Akuntansi Merger
(
Accounting Treathment For Merger)
Perusahaan
yang melakukan merger harus menata akuntansinya, dimana pada saat pembelian akan
melahirkan perkiraan baru yang disebut goodwill,
dan akan mempunyai dampak terhadap perhitungan laba-rugi.
Tabel 21.6
Akuntansi Perusahaan Merger Sukarela
|
|
|
Post-merger
|
Items
|
Firm A
|
Firm B
|
Firm A
|
|
(Rp)
|
(Rp)
|
(Rp)
|
Current assets
|
50
|
25
|
75
|
Fixed assets
|
50
|
25
|
75
|
Total assets
|
100
|
50
|
150
|
|
|
|
|
Debt
|
40
|
20
|
60
|
Common equity
|
60
|
30
|
90
|
Total claims
|
100
|
50
|
150
|
Sumber
: weston dan brigham, weston dan Copeland: Manajerial Finance
Keterangan Tabel
21.6
Dalam merger
sukarela tidak ada perubahan harta,
utang dan modal sendiri.
Tabel 21.7
Akuntansi Pada Saat Pembeliaan
|
|
|
Postmerger: Firm A
|
||
|
|
|
Rp 20
|
Rp 30
|
Rp 50
|
Items
|
Firm A
|
Firm B
|
Paid
|
Paid
|
Paid
|
|
(Rp)
|
(Rp)
|
(Rp)
|
(Rp)
|
(Rp)
|
|
|
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
Current assets
|
50
|
25
|
75
|
75
|
75
|
Fixed assets
|
50
|
25
|
65
|
75
|
75
|
Goodwill
|
0
|
0
|
0
|
0
|
20
|
Total assets
|
100
|
50
|
140
|
150
|
170
|
Debt
|
40
|
20
|
60
|
60
|
60
|
Common equity
|
60
|
30
|
80
|
90
|
110
|
Total claims
|
100
|
50
|
140
|
150
|
170
|
Sumber
: weston dan brigham, weston dan Copeland: Manajerial Finance
Keterangan
tabel 21.7
1)
Harga yang dibayar adalah total
harta dikurangi utang, nilai perusahaan B sebesar (Rp 50 dikurangi Rp 20 sama
dengan Rp 30 ) , misal : Firm B dibeli seharga Rp 20, atau Rp 30 atau Rp 50.
2)
Jika B dibeli A seharga Rp 20,
maka terjadi kerugian Rp 10, karena nilai B Rp 30 dibeli Rp 20. Setelah ,erger
neraca perusahaan A seperti pada alternatif (1), yaitu total assets sebesar Rp
140 yaitu dari Rp 150 dikurangi kerugian Rp 10 akibat akuisisi, common equity berkurang Rp 10, yaitu
dari Rp 90 menjadi Rp 80, akibat B dibeli lebih rendah dari harga sesungguhnya.
3)
Jika B dibeli A seharga nilai nya
yaitu Rp 30, maka akuisis tidak mengurangi nilai.
4)
Jika B dibeli A seharga Rp 50 ,
maka terjadi laba sebesar Rp 20 karena nilai B sebesar Rp30; laba tersebut
dibukukan dalam perkiraan goodwill sebesar Rp 20, equity perusahaan setelah
merger menjadi Rp 110, yaitu Rp 90 ditambah Rp 20.
5)
Goodwill tersebut akan disusut dalam waktu 10
tahun, jadi amortisasi per tahun sebesar Rp 2 dan akan menjadi beban biaya
operasi
6)
Goodwill adalah nilai lebih yang dibarkan oleh
perusahaan pembeli atas harga yang sesungguhnya, dan ini dibukukan sebagai
harta tidak terwujud (intangible assets)
yang akan diamortisasi dan dibebankan kepada laba-rugi.
Tabel 21.8
Dampak Merger Terhadap Laba-Rugi (Income
Statement Effect)
|
|
|
Postmerger : Firm A
|
|
|
Firm A
|
Firm B
|
Pooling
|
Purchase
|
Sales
|
100,0
|
50,0
|
150,0
|
150,0
|
Operating Cost
|
72,0
|
36,0
|
108,0
|
110,0
|
Operating Income
|
28,0
|
14,0
|
42,0
|
40,0
|
Interest at 10%
|
4,0
|
2,0
|
6,0
|
6,0
|
Taxable income
|
24,0
|
12,0
|
36,0
|
34,0
|
Tax, 40%
|
9,6
|
4,8
|
14,4
|
13,6
|
Earning After Tax (EAT)
|
14,4
|
7,2
|
21,6
|
20,4
|
Earning Per Share (EPS)
|
2,4
|
2,4
|
2,4
|
2,266
|
Sumber
: weston dan brigham, weston dan Copeland: Manajerial Finance
Keterangan
Tabel 21.8
1) *Amortisasi
goodwill menjadi beban biaya operasi.
2) Jika
perusahaan A dan B bergabung secara sukarela (pooling) tidak akan terjadi goodwill.
Tetapi jika A membeli B dengan harga yang melebihi nilainya (total harga
dikurangi utang), maka terjadi goodwill,
dan amortisasinya akan menjadi beban laba-rugi atau menjadi beban biaya operasi.
3) Goodwill
Rp 20 akan diamortisasi selama 10 tahun, artinya setiap tahun diamortisasi Rp 2.
4) Perusahaan
A memiliki enam saham dan B tiga saham sebelum merger. Setelah merger A
memiliki sembilan saham.
5) EPS
sebelum merger A = 14,4/6 = 2,40, B = 7,2/3 = 2,4, dan setelah merger A sebagai
pembeli EPSnya sebesar 20,4/9 = 2,266.
6) Setelah
merger EPS A turun karena ia membeli B diatas harga yang sesungguhnya, yaitu
harga B Rp 30 dibeli Rp 50, yang kemudian melahirkan goodwill Rp 20. Penurunan EPS A setelah merger akibat amortisasi goodwill.
Merger Khusus
Yang
dimaksud merger khusus ialah
penggabungan perusahaan dalam satu induk, atau penggabungan anak-anak
perusahaan dalam satu induk perusahaan. Misalnya: PT Astra menggabungkan
anak-anak perusahaannya menjadi anak perusahaan baru, atau Pertamina
menggabungkan anak-anak perusahaannya menjadi anak perusahaan baru.
Merger
yang demikian lebih mudah, karena hal itu keputusan induk, dimana manajemen
anak-anak perusahaan tidak dapat berbuat apa-apa. Teknik penggabungan itu pada
umumnya salah satu anak perusahaan menderita kerugian, kemudian digabung dengan
anak perusahaan lainnya yang sehat, anak perusahaan yang sehat dalam hal ini
bertindak sebagai pemimpin dalam merger. Teknik penggabungan yang lainnya bisa
dengan jalan:
1) Anak-anak
perusahaan yang akan dimerger dibubarkan dahulu, semua karyawannya diberi
imbalan sesuai dengan peraturan, kemudian membentuk anak perusahaan baru.
2) Anak
perusahaan yang lemah dibubarkan, semua karyawan nya diberi imbalan, kemudian
kegiatan nya diambil-alih perusahaan yang sehat.
3) Karyawan
anak-anak perusahaan yang tidak produktif diputus hubungan kerjanya, kemudian
menyatukan karyawan anak-anak perusahaan yang produktif dibawah anak perusahaan
baru setelah merger.
Seyogyanya
dalam merger tidak ada hak karyawan yang dirugikan, dengan paradigmsa tersebut
eksistensi perusahaan bertanggung jawab dalam kehidupan masyarakat.
21.4. Leveraged Buyout
(LBO)
Leveraged buyout
ialah sekelompok manajer suatu perusahaan meminjam modal untuk membeli semua
saham perusahaan dimana mereka bekerja. Perlunasan utang itu dari arus kas
bersih perusahaan. Kreditur percaya karena sekelompok manajer itu memahami
seluk-beluk perusahaan yang dibeli dan yakin bahwa perusahaan tersebut mampu
memperoleh arus kas bersih yang dapat menutup bunga dan angsuran utang.
Segi
negatif dari LBO mungkin sekelompok manajer itu sengaja membangkrutkan
perusahaan, kemudian mereka berkolaborasi dengan kreditur untuk membelinya.
Kemungkinana yang lainnya adalah karena kebijakan pemilik yang salah sehingga
perusahaan cenderung bangkrut kemudian dibeli oleh sekelompok manajer
profesional yang didukung oleh kreditur.
21.5. Divestitur
Divestitur
ialah penjualan sebagian aktiva operasi perusahaan. Jenis-jenis divestitur
adalah:
1) Penjualan
satu unit operasi kepada perusahaan lain, misalnya perusahaan mempunyai divisi
diklat kemudian dijual kepada perusahaan lain.
2) Pemisahan
unit bisnis tertentu untuk dijadikan koprporasi baru, misalnya perusahaan
mempunyai divisi transportasi kemudian dijadikan perusahaan transportasi.
3) Liquidasi
atau penjualan sebagian-sebagian aktiva perusahaan, bukan sebagai satu kesatuan
operasi, misalnya perusahaan pelayaran menjual aktiva bongkar muat saja.
Contoh
tentang divestitur antara lain adalah: Pepsi menjual divisi makanan siap saji
Kentucky Fried Chicken (KFC), United Airline menual Hilton International.
21.6. Holding Company
Holding
company ialah korporasi yang memiliki saham biasa perusahaan lain dalam jumlah
yang cukup banyak (mayoritas) sehingga dapat mengendalikan perusahaan tersebut.
Keunggulan holding company adalah:
1) Pengendalian
dengan kepemilikan sebagian.
2) Pemisahan
resiko
Holding
company sebagai alat untuk memperoleh utang (leverage). Misal PT ABC memiliki
aset Rp 1000, utang Rp 500 dan modal sendiri Rp 500. Kemudian mendirikan PT ABD
modal Rp 500, utang Rp 250, modal sendiri Rp 250, kemudian mendirikan PT ABE
modal Rp 300, utang Rp 150, modal sendiri Rp 150, kemudian mendirikan PT ABF
modal Rp 200, utang Rp 100, modal sendiri Rp 100, kemudian mendirikan PT ABG
modal Rp 100, utang Rp 50, modal sendiri Rp 50. Dengan demikian utang holding
adalah sebesar 500 + 250 + 150 + 100 + 50 = 1.050, pada modal awal Rp 500.
Latihan
diskusi
Teori
1)
Jelaskan
pengertian kegagalan bisnis, mengapa informasi akuntansi penting untuk
mengetahui apakah suatu perusahaan gagal atau tidak.
Jelaskan dua tipe kegagalan bisnis
2)
Terangkan
sebab-sebab kegagalan bisnis yang anda ketahui
3)
Apa
dasar suatu organisasi bisnis melakukan proses reorganisasi
4)
Apa
beda reorganisasi keuangan dengan kebangkrutan
5)
Jelaskan
urutan prioritas dalam kebangkrutan
6)
Jelaskan
perbedaan reorganisasi dengan restrukturisasi keuangan
Study
Kasus
Kasus
21.1.
Perusahaan
mengalami tekanan yang luar biasa. Tim manajemen mengalami gangguan mental
karena kerugian dari tahun ke tahun hampir mencapai 50% dari modal saham.
Berdasarkan undang-undang jika perusahaan menderita kerugian sebesar 75% dari
modal pemilik yang disetor, maka pengadilan negeri setempat berhak membubarkan
perusahaan. Jika perusahaan dibubarkan, pertama kali yang menderita adalah
buruh dan manajer perusahaan. Mereka tidak mudah untuk mencapai pekerjaan dalam
kondisi krisis ekonomi seperti sekarang ini. Kondisi perusahaan ditiknjau dari
sudut laporan posisi keuangan dapat disajikan berikut ini.
Restrukturisasi
keuangan
Neraca
sebelum restrukturisasi
|
|||
Keterangan
|
(Rp)
|
Keterangan
|
(Rp)
|
Kas
|
200
|
Utang
|
3000
|
Piutang
|
1000
|
Modal
|
8000
|
Persediaan
|
2200
|
Rugi
|
(3600)
|
Aktiva tetap
|
4000
|
|
|
Jumlah
|
7400
|
jumlah
|
7400
|
Kerugian Rp 3600 itu adalah berdasarkan nilai buku
(nilai akuntansi) belum tentu menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Agar
perusahaan sehat kembali, maka diadakan restrukturisasi keuangan, sebelumnya
harus diadakan penilaian kembali atas harta sebagai berikut :
1)
Piutang
dinilai
|
Rp 800
|
2)
Persediaan
dinilai
|
Rp 2000
|
3)
Aktiva
tetap dinilai
|
Rp 3600
|
Diminta :
menyusun neraca setelah reevaluasi, dimana keputusan manajemen adalah untuk
menyehatkan keuangan perusahaan maka diputuskan :
1)
Seluruh
kerugian menjadi beban pemegang saham (ditanggung pemegang saham)
2)
Dibentuk
cadangan perluasan 12,5 %
Kasus
21.2.
Perusahaan cenderung akan bangkrut
karena selama lima tahun berturut-turut kerugian perusahaan mencapai Rp. Tim
manajemen mengalami gangguan mental karena kerugian dari tahun ke tahun hampir
mencapai 50% dari modal saham. Berdasrkan undang-undang jika perusahaan
menderita kerugian sebesar 75% dari modal pemilik yang disetor, maka pengadilan
negeri setempat berhak membubarkjan perusahaan. Jika perusahaan dibubarkan,
pertama kali yang menderita adalah buruh dan manajer perusahaan. Mereka tidak
mudah untuk mencari pekerjaan dalam kondisi krisis ekonomi seperti sekarang
ini. Kondisi perusahaan ditinjau dari sudut laporan posisi keuangan dapat disajikan
berikut ini.
Restrukturisasi
keuangan
Neraca
sebelum restrukturisasi
|
|||
Keterangan
|
(Rp)
|
Keterangan
|
(Rp)
|
Kas
|
1000
|
Utang
|
6000
|
Piutang
|
1000
|
Modal
|
4000
|
Persediaan
|
2000
|
Rugi
|
(5000)
|
Aktiva tetap
|
1000
|
|
|
jumlah
|
5000
|
jumlah
|
5000
|
Sesuatu yang sangat membahayakan kreditur adalah
kerugian Rp 5000 itu adalah berdasarkan nilai buku (nilai akuntansi) belum
tentu menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Mungkin kerugian itu lebih besar
dari jumlah tersebut karena memanipulasi data keuangan. Tampaknya perusahaan
tersebut sulit disehatkan, tetapi tim ahli manajemen perusahaan terus menerus
mencobanya, walaupun tampaknya sangat sulit. Agar perusahaan sehat kembali,maka
diadakan restrukturisasi keuangan, sebelumnya harus diadakan penilaian kembali
atas harta sebagai berikut :
1)
Piutang
dinilai
|
Rp 800
|
2)
Persediaan
dinilai
|
Rp 1500
|
3)
Aktiva
tetap dinilai
|
Rp 500
|
Diminta: menyusun neraca setelah reevaluasi, dimana
keputusan manajemen adalah untuk menyehatkan keuangan perusahaan maka
diputuskan :
1)
Seluruh
kerugian menjadi beban pemegang saham (ditanggung pemegang saham)
2)
Dibentuk
cadangan perluasan 10 %
BAB
22
BEP
MULTI PRODUK DAN EPS
BEP
(break event point) multi produk
adalah titik impas perusahaan yang memiliki bermacam-macam jenis produk. BEP
EPS atau titik impas pada earning per share
ialah titik impas pendapatan persaham akibat adanya tambahan modal. Dalam dunia
bisnis semua aktivitas adalah pengorbanan sumber daya yang dapat diukur dengan
satuan uang (input atau biaya ) untuk mendapatkan manfaat dimasa mendatang (output atau hasil). Dunia bisnis
berbicara mengenai input aktivitas (pengorbanan sumber daya atau biaya) dan
output aktivitas (hasil atau manfaat dari pengorbanan sumber daya). Unsur-unsur
input aktivitas (pengorbanan sumber daya) adalah : (1) bahan baku (2) tenaga
kerja manusia (tenaga kerja), (3) peralatan (alat kerja).
Ketiga unsur tersebut disebut energi
manusia, karena untuk mendapatkan bahan baku dan alat kerja diperlukan tenaga
kerja manusia, dan dari ketiga unsur tersebut yang paling menentukan untuk
mencipta output adalah tenaga kerja (manusia). Dengan demikian output mempunyai
nilai yaitu sejumlah energi manusia yang dikorbankan untuk mencipta output
tersebut.
Proses pengorbanan sumber daya tersebut
adalah aktivitas untuk mencipta output, maka ada saling hubungan antara
aktivitas, sumberdaya, dan output, atau saling hubungan antara aktivitas, biaya
, dan output. Saling hubungan ini menentukan perilaku biaya. Aktivitas yang
langsung terhadap penciptaan output melahirkan biaya yang lazim disebut biaya
variabel, dan aktivias yang tidak langsung terhadap penciptaan output
melahirkan biaya yang lazim disebut biaya tetap. Dalam kegiatan bisnis biaya
tetap lazim disebut biaya kapasitas yaitu biaya yang lahir karena menunjang
kegiatan operasi pada suatu kapasitas tertentu bagi kegiatan-kegiatan
(produksi, pemasaran, administrasi). Biaya-biaya ini mencerminkan kemampuan
untuk menunjang tingkat volume kegiatan yang telah direncakan oleh manajemen.
Variable
cost ialah biaya yang
berhubungan langsung dengan volume kegiatan, besar-kecilnya tergantung volume
kegiatan. dalam jumlah bersifat variable, tetapi dalam unit bersifat tetap.
Perilaku biaya mempunyai kegunaan yang sangat penting yaitu untuk membuat
anggaran laba, untuk pengendalian kegiatan, dan untuk mengevaluasi kinerja.
Biaya variabel terdiri dari :
1)
Engineered variable cost atau biaya yang direncakan dengan mudah
karena sifatnya variabel yaitu terdiri dari direct material cost dan direct
labor cost. Atau dapat dikatakan bahwa biaya yang direncakan ialah setiap biaya
yang mempunyai hubungan fisik yang eksplisit, jelas, dengan suatu pengukuran
kegiatan yang dipilih.
2)
Discretionary variable cost atau biaya variabel berdasarkan
kebijakan manajemen, yaitu biaya-biaya yang naik-turunnya mengikuti penjualan
(biaya penelitian, bonus, premi, sumbangan, iklan). Merupakan kebijakan
manajemen karena perusahaan dapat membiayainya, bukan karena suatu perbandingan
atau hubungan sebab-akibat yang direncakan antara biaya-biaya semacam itu
dengan penjualan. Jika pendapatan perusahaan besar, biaya-biaya tersebut dengan
mudah diputuskan oleh manajemen puncak, tetapi sebaliknya jika pendapatan kecil
biaya-biaya tersebut sulit dikeluarkan.
Analisis titik impas atau BEP adalah
alat perencanaan laba jangka pendek. Untuk memudahkan melakukan analisis BEP,
biaya operasi perusahaan harus diklasifikasikan kedalam biaya variabel dan
biaya tetap. Terdapat tiga model analisis BEP yaitu :
1)
Analisis
BEP satu produk
2)
Analisis
BEP multi produk
3)
Analisis
BEP EPS(Earning Per Share)
22.1.
Analisis BEP Satu Produk
Model analisis satu produk dapat
disajikan dalam tiga persamaan sebagai berikut :
Persamaan 1 : BEP =
Persamaan 2 : BEP =
Persamaan 3 : BEP =
Yang dimaksud dengan margin kontribusi
per unit ialah harga perunit produk yang dijual dikurangi biaya variabel per
unit, dan yang dimaksud margin kontribusi rasio ialah penjualan dikurangi biaya
variabel, hasil nya dibagi dengan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar