Kamis, 26 Mei 2016

MANAJEMEN KEUANGAN



Dalam proses merger ada upaya untuk memegang kendali atas perusahaan dengan membujuk para pemegang saham untuk memilih tim manajemen yang baru, tindakan ini disebut proxy right.
Analisis potensial merger
Terdapat pendekatan dalam analisis merger antara lain adalah pendekatan arus kas yang didiskontokan (Discounted cash flow), analisis nilai pasar multiple, menetapkan harga penawaran, dan pengendalian setelah merger. Misal: Suatu perusahaan pada tahun 2000 akan melakukan merger. PT A akan merger dengan PT B (Pihak yang dimerger). Prediksi laba-rugi PT B selama lima tahun seperti disajikan dalam tabel 21.3; tingkat suku bunga deposito (Rf  atau risk free return) sebesar 10%, tingkat hasil pasar (RM atau return on market) sebesar 15%, tingkat pertumbuhan tahun 10%, dan koefisien risiko setelah merger 2, price earning ratio atau PER sebesar 10 kali. Teknik perhitungan nilai tunai perusahaan B dapat disajikan tabel 21.4.
Tabel 21.4
Pro Forma Laporan Arus Kas Masuk Bersih (Net Cash Flow)

2001
2002
2003
2004
2005
Keterangan
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
Net sales
100,0
120,0
150,0
170,0
190,0
Cost of goods sold
70,0
83,0
105,0
118,0
131,0
Commercial
10,0
12,0
13,0
15,0
16,0
Expenses





Depreciation
8,0
8,0
9,0
9,0
10,0
EBIT
12,0
17,0
23,0
28,0
33,0
Interest
8,0
9,0
10,0
11,0
11,0
EBT
4,0
8,0
13,0
17,0
22,0
Tax , at 40%
1.6
3,2
5,2
6,8
8,8
EAT
2,4
4,8
7,8
10,2
13,2
Net Cash Flow (NCF)
*15,2
18,2
22,8
25,8
29,8
NCF 2006




327,8

15,2
18,2
22,8
25,8
357,6
                        Sumber : weston dan brigham, weston dan Copeland: Manajerial Finance
Keterangan tabel 21.4
1)      EBIT = Earning Before Interest And Tax, EBT = Earning Before tax, EAT = Earning After Tax
2)      Formula NCF : (1) EBIT (1-T)+Depreciation, (2)
EAT+Depreciation+Interest (1-T)
3)      Pertumbuhan konstan diharapkan tahun 2005 sebesar 10%.
4)      RF = 10%, RM = 15%, postmarger beta = 2
5)      kS  = 10% + (15% - 10%)2 = 20% (cost of equity)
6)      value 2005 = NCF  2006 / (kS – g) = Rp 29,8(1,10) / (0,20 – 0,10) = Rp 327,8
7)      *EBIT (1-T) + depreciation; tahun 1 = 12(1-0,4)+8= 7,2 + 8 = 15,2. Tahun ke 2,3,4,5 dihitung berdasarkan rumus tersebut, atau dengan rumus EAT + Depreciation + interest (1-T); 2,4 + 8 + 8 (1-0,4)=2,4 + 8 + 4,8 = 15,2. Net cash flows juga lazim disebut free cash flows.
Present Value (PV) arus kas bersih (Net Cash Flows) dimana cost of equity sebesar 20% disajikan dalam tabel 21.5.
Analisis Multiple Pasar (Market Multiple Analysis)
Suatu metode untuk menilai perusahaan yang akan dibeli (target company) yang diukur dari Net Income, Earnings per share, sales, book value, dsb. Teknik perhitungan nya adalah price earning ratio dikalikan rata-rata laba bersih. Rata-rata laba bersih atau rata-rata EAT = (15,2 + 18,2 + 22,8 + 25,8 + 29,8) / 5 = Rp 22,36. Nilai perusahaan = Rp 22,36 x 10 = Rp 223,6.
Tabel 21.5
Perhitungan Nilai Tunai Perusahan B


Cost of Equity
Nilai Tunai
Tahun

(20%)
(Present Value)
2001
15,2
[1 / (1+0,20)1] = 0,833
12,66
2002
18,2
[1 / (1+0,20)2] = 0,694
12,63
2003
22,8
[1 / (1+0,20)3] = 0,578
13,18
2004
25,8
[1 / (1+0,20)4] = 0,481
12,41
2005
257,6
[1 / (1+0,20)5] = 0,400
103,41

Nilai perusahaan B sebesar
153,92
Sumber : weston dan brigham, weston dan Copeland: Manajerial Finance
Menetapkan Harga Penawaran (Setting The Bid Price)
Jika suatu perusahaan memiliki 10 saham dan harga saham perlembar Rp 20, maka rentan tawar menawar atau sinergi sebesar nilai perusahaan dikurangi harga pasar seluruh saham. Perhitungan dapat disajikan : Rp 223,6 – (10 saham x Rp 20) = Rp 23,6.
Pengendalian Pasca Merger (Post Merger Control)
Jika perusahaan mengambil-alih setuju mempertahankan manajemen lama, maka mereka akan mendukung merger, dan jika manajemen lama akan digeser, mereka akan menentang merger. Oleh sebab itu, perusahaan yang dimerger menghadapi masalah setelah marger yaitu tim manajemen baru yang akan mengelola perusaan yang dimerger.
Perlakuan Akuntansi Merger ( Accounting Treathment For Merger)
Perusahaan yang melakukan merger harus menata akuntansinya, dimana pada saat pembelian akan melahirkan perkiraan baru yang disebut goodwill, dan akan mempunyai dampak terhadap perhitungan laba-rugi.
Tabel 21.6
Akuntansi Perusahaan Merger Sukarela



Post-merger
Items
Firm A
Firm B
Firm A

(Rp)
(Rp)
(Rp)
Current assets
50
25
75
Fixed assets
50
25
75
Total assets
100
50
150




Debt
40
20
60
Common equity
60
30
90
Total claims
100
50
150
Sumber : weston dan brigham, weston dan Copeland: Manajerial Finance
Keterangan Tabel 21.6
Dalam merger sukarela  tidak ada perubahan harta, utang dan modal sendiri.
Tabel 21.7
Akuntansi Pada Saat Pembeliaan



Postmerger: Firm A



Rp 20
Rp 30
Rp 50
Items
Firm A
Firm B
Paid
Paid
Paid

(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)



(1)
(2)
(3)
Current assets
50
25
75
75
75
Fixed assets
50
25
65
75
75
Goodwill
0
0
0
0
20
Total assets
100
50
140
150
170
Debt
40
20
60
60
60
Common equity
60
30
80
90
110
Total claims
100
50
140
150
170
Sumber : weston dan brigham, weston dan Copeland: Manajerial Finance
Keterangan tabel 21.7
1)      Harga yang dibayar adalah total harta dikurangi utang, nilai perusahaan B sebesar (Rp 50 dikurangi Rp 20 sama dengan Rp 30 ) , misal : Firm B dibeli seharga Rp 20, atau Rp 30 atau Rp 50.
2)      Jika B dibeli A seharga Rp 20, maka terjadi kerugian Rp 10, karena nilai B Rp 30 dibeli Rp 20. Setelah ,erger neraca perusahaan A seperti pada alternatif (1), yaitu total assets sebesar Rp 140 yaitu dari Rp 150 dikurangi kerugian Rp 10 akibat akuisisi, common equity berkurang Rp 10, yaitu dari Rp 90 menjadi Rp 80, akibat B dibeli lebih rendah dari harga sesungguhnya.
3)      Jika B dibeli A seharga nilai nya yaitu Rp 30, maka akuisis tidak mengurangi nilai.
4)      Jika B dibeli A seharga Rp 50 , maka terjadi laba sebesar Rp 20 karena nilai B sebesar Rp30; laba tersebut dibukukan dalam perkiraan goodwill sebesar Rp 20, equity perusahaan setelah merger menjadi Rp 110, yaitu Rp 90 ditambah Rp 20.
5)      Goodwill tersebut akan disusut dalam waktu 10 tahun, jadi amortisasi per tahun sebesar Rp 2 dan akan menjadi beban biaya operasi
6)      Goodwill adalah nilai lebih yang dibarkan oleh perusahaan pembeli atas harga yang sesungguhnya, dan ini dibukukan sebagai harta tidak terwujud (intangible assets) yang akan diamortisasi dan dibebankan kepada laba-rugi.
Tabel 21.8
Dampak Merger Terhadap Laba-Rugi (Income Statement Effect)



Postmerger : Firm A

Firm A
Firm B
Pooling
Purchase
Sales
100,0
50,0
150,0
150,0
Operating Cost
72,0
36,0
108,0
110,0
Operating Income
28,0
14,0
42,0
40,0
Interest at 10%
4,0
2,0
6,0
6,0
Taxable income
24,0
12,0
36,0
34,0
Tax, 40%
9,6
4,8
14,4
13,6
Earning After Tax (EAT)
14,4
7,2
21,6
20,4
Earning Per Share (EPS)
2,4
2,4
2,4
2,266
Sumber : weston dan brigham, weston dan Copeland: Manajerial Finance
Keterangan Tabel 21.8
1)      *Amortisasi goodwill menjadi beban biaya operasi.
2)      Jika perusahaan A dan B bergabung secara sukarela (pooling) tidak akan terjadi goodwill. Tetapi jika A membeli B dengan harga yang melebihi nilainya (total harga dikurangi utang), maka terjadi goodwill, dan amortisasinya akan menjadi beban laba-rugi atau menjadi beban biaya operasi.
3)      Goodwill Rp 20 akan diamortisasi selama 10 tahun, artinya setiap tahun diamortisasi Rp 2.
4)      Perusahaan A memiliki enam saham dan B tiga saham sebelum merger. Setelah merger A memiliki sembilan saham.
5)      EPS sebelum merger A = 14,4/6 = 2,40, B = 7,2/3 = 2,4, dan setelah merger A sebagai pembeli EPSnya sebesar 20,4/9 = 2,266.
6)      Setelah merger EPS A turun karena ia membeli B diatas harga yang sesungguhnya, yaitu harga B Rp 30 dibeli Rp 50, yang kemudian melahirkan goodwill Rp 20. Penurunan EPS A setelah merger akibat amortisasi goodwill.

Merger Khusus
Yang dimaksud merger khusus ialah penggabungan perusahaan dalam satu induk, atau penggabungan anak-anak perusahaan dalam satu induk perusahaan. Misalnya: PT Astra menggabungkan anak-anak perusahaannya menjadi anak perusahaan baru, atau Pertamina menggabungkan anak-anak perusahaannya menjadi anak perusahaan baru.
Merger yang demikian lebih mudah, karena hal itu keputusan induk, dimana manajemen anak-anak perusahaan tidak dapat berbuat apa-apa. Teknik penggabungan itu pada umumnya salah satu anak perusahaan menderita kerugian, kemudian digabung dengan anak perusahaan lainnya yang sehat, anak perusahaan yang sehat dalam hal ini bertindak sebagai pemimpin dalam merger. Teknik penggabungan yang lainnya bisa dengan jalan:
1)      Anak-anak perusahaan yang akan dimerger dibubarkan dahulu, semua karyawannya diberi imbalan sesuai dengan peraturan, kemudian membentuk anak perusahaan baru.
2)      Anak perusahaan yang lemah dibubarkan, semua karyawan nya diberi imbalan, kemudian kegiatan nya diambil-alih perusahaan yang sehat.
3)      Karyawan anak-anak perusahaan yang tidak produktif diputus hubungan kerjanya, kemudian menyatukan karyawan anak-anak perusahaan yang produktif dibawah anak perusahaan baru setelah merger.
Seyogyanya dalam merger tidak ada hak karyawan yang dirugikan, dengan paradigmsa tersebut eksistensi perusahaan bertanggung jawab dalam kehidupan masyarakat.

21.4. Leveraged Buyout (LBO)
 Leveraged buyout ialah sekelompok manajer suatu perusahaan meminjam modal untuk membeli semua saham perusahaan dimana mereka bekerja. Perlunasan utang itu dari arus kas bersih perusahaan. Kreditur percaya karena sekelompok manajer itu memahami seluk-beluk perusahaan yang dibeli dan yakin bahwa perusahaan tersebut mampu memperoleh arus kas bersih yang dapat menutup bunga dan  angsuran utang.
Segi negatif dari LBO mungkin sekelompok manajer itu sengaja membangkrutkan perusahaan, kemudian mereka berkolaborasi dengan kreditur untuk membelinya. Kemungkinana yang lainnya adalah karena kebijakan pemilik yang salah sehingga perusahaan cenderung bangkrut kemudian dibeli oleh sekelompok manajer profesional yang didukung oleh kreditur.

21.5. Divestitur
Divestitur ialah penjualan sebagian aktiva operasi perusahaan. Jenis-jenis divestitur adalah:
1)      Penjualan satu unit operasi kepada perusahaan lain, misalnya perusahaan mempunyai divisi diklat kemudian dijual kepada perusahaan lain.
2)      Pemisahan unit bisnis tertentu untuk dijadikan koprporasi baru, misalnya perusahaan mempunyai divisi transportasi kemudian dijadikan perusahaan transportasi.
3)      Liquidasi atau penjualan sebagian-sebagian aktiva perusahaan, bukan sebagai satu kesatuan operasi, misalnya perusahaan pelayaran menjual aktiva bongkar muat saja.
Contoh tentang divestitur antara lain adalah: Pepsi menjual divisi makanan siap saji Kentucky Fried Chicken (KFC), United Airline menual Hilton International.

21.6. Holding Company
Holding company ialah korporasi yang memiliki saham biasa perusahaan lain dalam jumlah yang cukup banyak (mayoritas) sehingga dapat mengendalikan perusahaan tersebut. Keunggulan holding company adalah:
1)      Pengendalian dengan kepemilikan sebagian.
2)      Pemisahan resiko
Holding company sebagai alat untuk memperoleh utang (leverage). Misal PT ABC memiliki aset Rp 1000, utang Rp 500 dan modal sendiri Rp 500. Kemudian mendirikan PT ABD modal Rp 500, utang Rp 250, modal sendiri Rp 250, kemudian mendirikan PT ABE modal Rp 300, utang Rp 150, modal sendiri Rp 150, kemudian mendirikan PT ABF modal Rp 200, utang Rp 100, modal sendiri Rp 100, kemudian mendirikan PT ABG modal Rp 100, utang Rp 50, modal sendiri Rp 50. Dengan demikian utang holding adalah sebesar 500 + 250 + 150 + 100 + 50 = 1.050, pada modal awal Rp 500.
Latihan diskusi
Teori
1)      Jelaskan pengertian kegagalan bisnis, mengapa informasi akuntansi penting untuk mengetahui apakah suatu perusahaan gagal atau tidak.
Jelaskan dua tipe kegagalan bisnis
2)      Terangkan sebab-sebab kegagalan bisnis yang anda ketahui
3)      Apa dasar suatu organisasi bisnis melakukan proses reorganisasi
4)      Apa beda reorganisasi keuangan dengan kebangkrutan
5)      Jelaskan urutan prioritas dalam kebangkrutan
6)      Jelaskan perbedaan reorganisasi dengan restrukturisasi keuangan
Study Kasus
Kasus 21.1.
            Perusahaan mengalami tekanan yang luar biasa. Tim manajemen mengalami gangguan mental karena kerugian dari tahun ke tahun hampir mencapai 50% dari modal saham. Berdasarkan undang-undang jika perusahaan menderita kerugian sebesar 75% dari modal pemilik yang disetor, maka pengadilan negeri setempat berhak membubarkan perusahaan. Jika perusahaan dibubarkan, pertama kali yang menderita adalah buruh dan manajer perusahaan. Mereka tidak mudah untuk mencapai pekerjaan dalam kondisi krisis ekonomi seperti sekarang ini. Kondisi perusahaan ditiknjau dari sudut laporan posisi keuangan dapat disajikan berikut ini.
Restrukturisasi keuangan
Neraca sebelum restrukturisasi
Keterangan
(Rp)
Keterangan
(Rp)
Kas
200
Utang
3000
Piutang
1000
Modal
8000
Persediaan
2200
Rugi
(3600)
Aktiva tetap
4000


Jumlah
7400
jumlah
7400

Kerugian Rp 3600 itu adalah berdasarkan nilai buku (nilai akuntansi) belum tentu menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Agar perusahaan sehat kembali, maka diadakan restrukturisasi keuangan, sebelumnya harus diadakan penilaian kembali atas harta sebagai berikut :
1)      Piutang dinilai
Rp  800
2)      Persediaan dinilai
Rp 2000
3)      Aktiva tetap dinilai
Rp 3600
 Diminta : menyusun neraca setelah reevaluasi, dimana keputusan manajemen adalah untuk menyehatkan keuangan perusahaan maka diputuskan :
1)      Seluruh kerugian menjadi beban pemegang saham (ditanggung pemegang saham)
2)      Dibentuk cadangan perluasan 12,5 %
Kasus 21.2.
Perusahaan cenderung akan bangkrut karena selama lima tahun berturut-turut kerugian perusahaan mencapai Rp. Tim manajemen mengalami gangguan mental karena kerugian dari tahun ke tahun hampir mencapai 50% dari modal saham. Berdasrkan undang-undang jika perusahaan menderita kerugian sebesar 75% dari modal pemilik yang disetor, maka pengadilan negeri setempat berhak membubarkjan perusahaan. Jika perusahaan dibubarkan, pertama kali yang menderita adalah buruh dan manajer perusahaan. Mereka tidak mudah untuk mencari pekerjaan dalam kondisi krisis ekonomi seperti sekarang ini. Kondisi perusahaan ditinjau dari sudut laporan posisi keuangan dapat disajikan berikut ini.
Restrukturisasi keuangan
Neraca sebelum restrukturisasi
Keterangan
(Rp)
Keterangan
(Rp)
Kas
1000
Utang
6000
Piutang
1000
Modal
4000
Persediaan
2000
Rugi
(5000)
Aktiva tetap
1000


jumlah
5000
jumlah
5000

Sesuatu yang sangat membahayakan kreditur adalah kerugian Rp 5000 itu adalah berdasarkan nilai buku (nilai akuntansi) belum tentu menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Mungkin kerugian itu lebih besar dari jumlah tersebut karena memanipulasi data keuangan. Tampaknya perusahaan tersebut sulit disehatkan, tetapi tim ahli manajemen perusahaan terus menerus mencobanya, walaupun tampaknya sangat sulit. Agar perusahaan sehat kembali,maka diadakan restrukturisasi keuangan, sebelumnya harus diadakan penilaian kembali atas harta sebagai berikut :
1)      Piutang dinilai
Rp 800
2)      Persediaan dinilai
Rp 1500
3)      Aktiva tetap dinilai
Rp 500
Diminta: menyusun neraca setelah reevaluasi, dimana keputusan manajemen adalah untuk menyehatkan keuangan perusahaan maka diputuskan :
1)      Seluruh kerugian menjadi beban pemegang saham (ditanggung pemegang saham)
2)      Dibentuk cadangan perluasan 10 %












BAB 22
BEP MULTI PRODUK DAN EPS
BEP (break event point) multi produk adalah titik impas perusahaan yang memiliki bermacam-macam jenis produk. BEP EPS atau titik impas pada earning per share ialah titik impas pendapatan persaham akibat adanya tambahan modal. Dalam dunia bisnis semua aktivitas adalah pengorbanan sumber daya yang dapat diukur dengan satuan uang (input atau biaya ) untuk mendapatkan manfaat dimasa mendatang (output atau hasil). Dunia bisnis berbicara mengenai input aktivitas (pengorbanan sumber daya atau biaya) dan output aktivitas (hasil atau manfaat dari pengorbanan sumber daya). Unsur-unsur input aktivitas (pengorbanan sumber daya) adalah : (1) bahan baku (2) tenaga kerja manusia (tenaga kerja), (3) peralatan (alat kerja).
Ketiga unsur tersebut disebut energi manusia, karena untuk mendapatkan bahan baku dan alat kerja diperlukan tenaga kerja manusia, dan dari ketiga unsur tersebut yang paling menentukan untuk mencipta output adalah tenaga kerja (manusia). Dengan demikian output mempunyai nilai yaitu sejumlah energi manusia yang dikorbankan untuk mencipta output tersebut.
Proses pengorbanan sumber daya tersebut adalah aktivitas untuk mencipta output, maka ada saling hubungan antara aktivitas, sumberdaya, dan output, atau saling hubungan antara aktivitas, biaya , dan output. Saling hubungan ini menentukan perilaku biaya. Aktivitas yang langsung terhadap penciptaan output melahirkan biaya yang lazim disebut biaya variabel, dan aktivias yang tidak langsung terhadap penciptaan output melahirkan biaya yang lazim disebut biaya tetap. Dalam kegiatan bisnis biaya tetap lazim disebut biaya kapasitas yaitu biaya yang lahir karena menunjang kegiatan operasi pada suatu kapasitas tertentu bagi kegiatan-kegiatan (produksi, pemasaran, administrasi). Biaya-biaya ini mencerminkan kemampuan untuk menunjang tingkat volume kegiatan yang telah direncakan oleh manajemen.
Variable cost ialah biaya yang berhubungan langsung dengan volume kegiatan, besar-kecilnya tergantung volume kegiatan. dalam jumlah bersifat variable, tetapi dalam unit bersifat tetap. Perilaku biaya mempunyai kegunaan yang sangat penting yaitu untuk membuat anggaran laba, untuk pengendalian kegiatan, dan untuk mengevaluasi kinerja. Biaya variabel terdiri dari :
1)      Engineered variable cost atau biaya yang direncakan dengan mudah karena sifatnya variabel yaitu terdiri dari direct material cost dan direct labor cost. Atau dapat dikatakan bahwa biaya yang direncakan ialah setiap biaya yang mempunyai hubungan fisik yang eksplisit, jelas, dengan suatu pengukuran kegiatan yang dipilih.
2)      Discretionary variable cost atau biaya variabel berdasarkan kebijakan manajemen, yaitu biaya-biaya yang naik-turunnya mengikuti penjualan (biaya penelitian, bonus, premi, sumbangan, iklan). Merupakan kebijakan manajemen karena perusahaan dapat membiayainya, bukan karena suatu perbandingan atau hubungan sebab-akibat yang direncakan antara biaya-biaya semacam itu dengan penjualan. Jika pendapatan perusahaan besar, biaya-biaya tersebut dengan mudah diputuskan oleh manajemen puncak, tetapi sebaliknya jika pendapatan kecil biaya-biaya tersebut sulit dikeluarkan.
Analisis titik impas atau BEP adalah alat perencanaan laba jangka pendek. Untuk memudahkan melakukan analisis BEP, biaya operasi perusahaan harus diklasifikasikan kedalam biaya variabel dan biaya tetap. Terdapat tiga model analisis BEP yaitu :
1)      Analisis BEP satu produk
2)      Analisis BEP multi produk
3)      Analisis BEP EPS(Earning Per Share)

22.1. Analisis BEP Satu Produk
Model analisis satu produk dapat disajikan dalam tiga persamaan sebagai berikut :
Persamaan 1 : BEP =
Persamaan 2 : BEP =
Persamaan 3 : BEP =
Yang dimaksud dengan margin kontribusi per unit ialah harga perunit produk yang dijual dikurangi biaya variabel per unit, dan yang dimaksud margin kontribusi rasio ialah penjualan dikurangi biaya variabel, hasil nya dibagi dengan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar