Daftar Isi
1.
Konsep Dasar Manajemen
2.
Peranan Manajer
3.
Perkembangan Ilmu Manajemen
4.
Lingkungan dan Budaya Organisasi
5.
Tanggung Jawab Sosial dan Etika Manajemen
6.
Fungsi Perencanaan dan Tujuan Organisasi
7.
Manajemen Strategis Perusahaan
8.
Fungsi Penggorganisasian
9.
Kekuasan, wewenang, tanggung Jawab dan
Pendelegasian wewenang
10.
Manajemen Sumber Daya manusia
11.
Fungsi Pengarahan
12.
Motivasi dan Kepemimpinan
13.
Kelompok Kerja dan Komunikasi
14.
Fungsi Pengawasan
15.
Manajemen
Pemasaran dan Manajemen Operasi
16.
Manajemen
Internasional
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr. Wb.
Puji Syukur
Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat Rahmat dan
Karunia-Nya yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan bahan
ajar Pengantar Manajemen.
Bahan ajar ini
disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan para mahasiswa dalam mengenalkan
pengetahuan tentang manajemen dan membantu proses pembelajaran mata kuliah
Manajemen. Kegiatan manajemen saat ini merupakan hal yang penting dilakukan
terutama dalam melaksanakan pengelolaan organisasi. Bahan ajar ini merupakan
edisi kedua dengan isi yang lebih disempurnakan pada beberapa bab dari edisi
sebelumnya yang telah terbit tahun 2008.
Penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama pada keluarga penulis,
Supriyanto, suami tercinta yang banyak membantu dalam penulisan bahan ajar ini,
Rizqia, Rania, dan Raditya, buah hatiku yang senantiasa membuat kehidupan
penulis lebih berharga dan bermakna. Selain itu penulis juga mengucapkan banyak
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
bahan ajar ini sehingga bahan ajar ini dapat dimanfaatkan oleh semua pihak.
Penulis dengan
senang hati menerima saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca
untuk perbaikan di masa yang akan datang, karena mungkin masih banyak
kekurangan dalam penyusunan bahan ajar ini, tetapi penulis sangat berharap
bahan ajar ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Terima Kasih
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb
Kuningan,
Oktober 2010
Lili Karmela Fitriani
BAB 1
KONSEP DASAR MANAJEMEN
PENDAHULUAN : Organisasi dan Pengertian Manajemen
Kata
‘manajemen’ nampaknya sudah sering kita dengar. Manajemen erat kaitannya dengan
organisasi. Pengertian organisasi menurut beberapa pendapat dapat dikatakan
sebagai sekumpulan orang atau kelompok yang memiliki tujuan tertentu dan
berupaya untuk mewujudkan tujuannya tersebut melalui kerja sama. Berbagai
organisasi memiliki tujuan yang berbeda-beda tergantung pada jenis
organisasinya.
Manajemen
dalam bahasa Inggris berasal dari kata ‘to manage’ yang dapat diartikan
sebagai mengatur, mengelola, mengurus, melaksanakan, menjalankan atau memimpin.
Dalam Bahasa Perancis istilah menage berarti tindakan untuk
membimbing atau memimpin. Beberapa pendapat dikemukakan olah para ahli
mengenai pengertian manajemen diantaranya :
Stephen P Robbins
dan Marry Coulter (2005):
Manajemen
adalah proses pengoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan
tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang
lain.
Mary Parker Follet (1997):
‘Management is the art of getting things done
trough people’. Artinya manajemen adalah seni dalam menyelesaikan sesuatu
melalui orang lain.
Thomas S Bateman dan scott A. Snell (2007):
‘Management is the process of working with people and resources to
accomplish organizational goals’. Artinya manajemen adalah suatu proses
dalam melakukan pekerjaan dengan menggunakan orang dan sumberdaya lain untuk
pencapaian tujuan organisasi.
GR.Terry :
‘Management is adistinc process consisting of planning, organizing,
actuating, and controlling performance determined and accomplish stated
objectives by the use of human being and other resources’.
Artinya manajemen adalah suatu
proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya.
James A. F Stoner :
Manajemen adalah suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan serta usaha-usaha para
anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan
Harold Koonzt dan Cyril O’Donnel
:
‘Management is getting thing done trough
people. In bringing about this coordinating of group activity, the manager, as
a manager plans, organizes, staffs, direct, and control the activities other
people’.
Artinya :
manajemen adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan
orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah
aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan,
pengarahan dan pengendalian.
Paul Hersey & Ken Blanchard :
Manajemen
adalah proses kerja sama dengan dan melalui orang-orang dan kelompok untuk
mencapai tujuan organisasi.
Dari beberapa pendapat yang
telah dikemukakan tersebut dapat
dibuat kesimpulan bahwa pada hakekatnya manajemen
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok manusia dalam suatu sistem
kerja sama dengan bantuan sumber daya lain dan segala fasilitasnya secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Dari kesimpulan tersebut dapat
dikatakan bahwa manajemen merupakan seni atau proses dalam mengatur, mengelola
sesuatu yang terkait dngan pencapaian tujuan. Dalam penyelesaian sesuatu
tersebut terdapat tiga faktor yang terlibat :
1. Adanya
penggunaan sumber daya organisasi, baik sumber daya manusia, maupun sumber daya
lainnya seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan, informasi.
2. Adanya
proses bertahap dari mulai perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengimplementasian, hingga pengendalian dan pengawasan.
3. Adanya
seni dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Jadi manajemen merupakan suatu
proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan oleh suatu organisasi. Kita juga
dapat melihat dari pengertian tersebut bahwa manajemen bersifat universal,
artinya manajemen dapat diterapkan pada semua bentuk organisasi, baik bisnis,
lembaga pendidikan, organisasi politik, rumah sakit, bahkan sebuah keluarga.
UNSUR-UNSUR MANAJEMEN.
Dalam melaksanakan aktivitasnya,
setiap organisasi dihadapkan pada penggunaan unsur-unsur manajemen yang sering
disebut dengan istilah “ Tools of Management” meliputi :
Ø
Men (Manusia)
Manusia merupakan unsur terpenting dalam
aktivitas suatu organisasi, karena peran manusia sebagai perencana, pelaksana
dan pengawas dari semua aktivitas organisasi.
Ø
Money (Uang)
Dalam melaksanakan aktivitasnya,
setiap organisasi akan membutuhkan dana / biaya untuk menunjang kelancaran
organisasi. Organisasi harus dapat mengelola dan mendapatkan sumber dana yang
diperlukan.
Ø
Material (bahan-bahan)
Dalam sebuah organisasi pasti akan
membutuhkan bahan-bahan yang dapat digunakan dalam kegiatan organisasi apakah
itu berupa bahan baku, barang setengah jadi maupun barang jadi atau bahan-bahan
pendukung lainnya.
Ø
Methods
(Metode)
Untuk mencapai tujuan yang
diinginkan oleh organisasi perlu dirancang suatu teknik atau metode/sistem
kerja yang efektif dan efisien agar tujuan yang telah ditentukan benar-benar
dapat direalisasikan atau dilaksanakan.
Ø
Machines
(Mesin)
Dalam menunjang aktivitasnya guna
mendukung kelancaran proses kerja maka perlu didukung oleh alat bantu yang
dapat membantu seperti mesin produksi, alat-alat kantor seperti computer, mesin
tik, dsb, yang senantiasa mengoptimalkan perkembangan teknologi yang ada.
Ø
Market (Pasar)
Hasil dari berbagai aktivitas
produksi yang kemudian menghasilkan produk baik berupa barang maupun jasa perlu
untuk mendapatkan pasar sebagai tempat untuk mendistribusikan produk yang
dihasilkan.
FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN
Fungsi-fungsi manajemen adalah
serangkaian kegiatan yang dijalankan dalam manajemen berdasarkan fungsinya
masing-masing dan mengikuti satu tahapan-tahapan tertentu dalam pelaksanaannya.
Beberapa ahli manajemen mengemukakan pandangannya mengenai fungsi-fungsi manajemen seperti dapat dilihat pada gambar
berikut :
Perbedaan Pandangan dalam
fungsi-fungsi manajemen
Sumber : Ernie Tisnawati S &
Kurniawan S, 2006
Gambar 1.1 Perbedaan pandangan para ahli
dalam fungsi-fungsi manajemen
Dari
beberapa pendapat tersebut dapat dibuat kesimpulan bahwa kegiatan manajemen
terdiri atas berbagai proses yang terdiri atas tahapan-tahapan tertentu yang
berfungsi untuk mencapai tujuan organisasi dan setiap tahapan memiliki
keterkaitan satu sama lain dalam pencapaian tujuan organisasi. Tahapan-tahapan
tersebut dapat disimpulkan :
1. Perencanaan
(Planning), yaitu proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk
mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi
dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi.
2. Pengorganisasian
(Organizing), yaitu proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang
telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang
tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan bisa
memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan
efisien guna pencapaian tujuan organisasi.
3. Pengimplementasian
(Actuating), yaitu proses
implementasi program agar bisa dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi
serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan
produktivitas yang tinggi
4. Pengendalian
dan pengawasan (Controlling), yaitu proses yang dilakukan untuk
memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan,
dan diimplementasikan bisa berjalan
sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam
lingkungan organisasi.
Kegiatan-kegiatan dalam fungsi
manajemen :
Fungsi Perencanaan (Planning) :
·
Menetapkan tujuan dan target bisnis
·
Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan
target bisnis tersebut
·
Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan
·
Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam
pencapaian tujuan dan target bisnis
Fungsi Pengorganisaian (Organizing) :
·
Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan
tugas, dan menetapkan prosedur yang diperlukan
·
Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan
adanya garis kewenangan dan tanggung jawab
·
Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan,
dan pengembangan sumber daya manusia/tenaga kerja
·
Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada
posisi yang paling tepat
Fungsi Pengimplementasian (Actuating) :
·
Mengimplementasikan proses kepemimpinan,
pembimbingan, dan pemberian motivasi pada tenaga kerja agar dapat bekerja
secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
·
Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai
pekerjaan
·
Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan
Fungsi Pengendalian (Controlling) :
·
Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian
tujuan dan target bisnis sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan
·
Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas
penyimpangan yang mungkin ditemukan
·
Melakukan beragai alternatif solusi atas berbagai
masalah yang terkait pencapaian tujuan dan target bisnis.
Fungsi Operasional dari manajemen
:
1. Manajemen
Sumber Daya Manusia
Adalah
penerapan manajemen berdasarkan fungsinya untuk memperoleh sumber daya manusia
yang terbaik bagi organisasi.
2. Manajemen
Produksi/Operasional
Adalah
penerapan manajemen berdasarkan fungsinya untuk menghasilkan produk yang sesuai
dengan standar yang ditetapkan berdasarkan keinginan konsumen, dengan teknik
produksi yang seefisien mungkin.
3. Manajemen
Pemasaran
Adalah
kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang pada intinya berusaha
mengidentifikasi apa sesungguhnya yang dibutuhkan oleh konsumen dan bagaimana
cara pemenuhannya dapat diwujudkan.
4. Manajemen
Keuangan
Adalah
kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang pada intinya berusaha untuk
memastikan bahwa kegiatan bisnis yang dilakukan mampu mencapai tujuannya secara
ekonomis, yaitu diukur berdasarkan profit.
Manajemen sebagai Ilmu dan Seni
Untuk menjelaskan tentang ilmu,
maka kita perlu membedakannya dengan pengetahuan. Pengetahuan (knowledge) adalah keseluruhan dari
fakta-fakta, nilai-nilai, asas-asa dan keterangan-keterangan yang diperoleh
melalui belajar, penelaahan, intuisi dan pengalaman.
Sementara ilmu (Science)
adalah sekumpulan pengetahuan yang telah diorganisir secara sistematis,
dikumpulkan, dan telah diuji kebenarannya melalui pengamatan atau percobaan
dengan cermat dan teliti serta diterima menurut pengertian kebenaran-kebenaran
universal mengenai keadaan suatu objek tertentu.
Berdasarkan
kesepakatan para ahli suatu pengetahuan dapat disebut ilmu apabila memenuhi
syarat-syarat berikut :
·
Mempunyai objek pengenal, baik obyek materi
seperti suatu benda tertentu yang bersifat nyata, maupun obyek materi seperti
ekonomi, politik, matematika dsb
·
Mempunyai metode, cara kerja atau alat dan
prosedur untuk mengungkapkan obyek sehingga memperoleh pengetahuan yang benar
·
Mempunyai sistematika, bahwa semua
keterangan/fenomena dari obyek materinya disusun urutannya secara harmonis dan
terpadu dalam suatu kesatuan
·
Bersifat universal, artinya bahwa konsep-konsep,
teori-teori maupun prinsip-prinsipnya dapat diterapkan pada setiap organisasi
kerjasama apapun.
Menurut
Luther Gulick manajemen telah memenuhi persyaratan untuk disebut sebagai suatu
bidang ilmu pengetahuan karena talah dipelajari untuk waktu yang lama dan telah
diorganisasi menjadi suatu rangkaian teori. Selain itu pula manajemen telah
memenuhi syarat sebagai Scientific
Mangement karena memiliki kriteria yaitu :
·
Tersusun secara sistematis dan teratur
·
Dapat dipelajari dan diajarkan
·
Menggunakan metode-metode ilmiah
·
Dapat dijadikan sebagai suatu teori
·
Objektif dan rasional
Sementara
seni (Art) adalah suatu kreatifitas
pribadi yang kuat dan disertai keterampilan. Seni manajemen meliputi kecakapan
untuk melihat totalitas dari bagian-bagian
yang terpisah dan berbeda, kecakapan untuk menciptakan suatu gambaran tentang
visi tertentu, kecakapan untuk menyatukan visi tersebut dengan skill yang
efektif.
Dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu mengajarkan kita tentang sesuatu,
sedangkan seni mengajarkan kita bagaimana sesuatu itu dilakukan. Manajer adalah
seorang ilmuwan dan juga seniman, yang mengandalkan diri pada ilmu tapi juga
harus memiliki keyakinan-keyakinan, kreatifitas dan menguasai cara-cara
penerapannya. Oleh karenanya seseorang yang memiliki pengetahuan yang luas
tentang manajemen dapat gagal dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang
manajer yang kompeten jika ia kurang menguasai Art of Management (Seni Manajemen).
SENI
·
Yaitu daya cipta yang timbul dari dalam diri
seseorang untuk mewujudkan sesuatu
·
Kemahiran yang diperoleh dari praktek atau
pengalaman
·
Didasarkan atas : perasaan, terkaan, opini
dan pendapat
·
Dikembangkan dengan latihan
|
ILMU
·
Adanya objek pengenal
·
Disusun secara sistematis
·
Menggunakan metode keilmuan
·
Dapat dipelajari dan diajarkan
·
Didasarkan atas : pembuktian. Dirumuskan, diukur
·
Dikembangkan dengan pengetahuan
|
Manajemen sebagai Sains
-
Pendekatan melalui tahapan sistematis
berdasarkan keilmuan
-
Umumnya memerlukan keahlian teknis, diagnostik
dan pengambilan keputusan
Manajemen sebagai Seni
-
Pendekatan melalui intuisi dan perasaan
berdasarkan pengalaman
-
Umumnya memerlukan keahlian konseptual, kreatifitas
dan komunikasi interpersonal
PENTINGNYA MANAJEMEN
Pada
hakekatnya manusia memiliki keterbatasan baik fisik, pengetahuan, sumber daya,
sementara dalam aktivitasnya manusia memiliki kebutuhan yang tidak terbatas.
Oleh karena itu dalam upaya memenuhi kebutuhan dan terbatasnya kemampuan yang
telah mendorong manusia untuk membagi pekerjaan, tugas dan tanggung jawab.
Dengan adanya pembagian pekerjaan, tugas dan tanggung jawab maka terbentuklah
kerjasama dan keterikatan formal dalam suatu organisasi.
Manajemen
dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa manajemen semua usaha akan
sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Dengan menerapkan manajemen
maka akan tercipta jalinan kerja sama antar bagian sehingga uapaya pencapaian
tujuan akan lebih mudah tercapai. Paling tidak ada tiga alas an utama
diperlukannya manajemen, yaitu :
1) Untuk
mencapai tujuan
Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi
dan pribadi. Tujuan yang telah ditetapkan ditetapkan oleh organisasi dapat
terealiasi melalui suatu proses manajemen secara baik
2) Untuk
menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling bertentangan, manajemen
dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan yang saling
bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi seperti
pemilik dan karyawan, kreditur, pelanggan, supplier, dsb
3) Untuk
mencapai efisiensi dan efektifitas
Manajemen memungkinkan suatu tujuan dapat dicapai secara
efektif dan efisien.
BAB 2
PERANAN MANAJER
PERAN MANAJER DALAM ORGANISASI
Manajer
pada dasarnya adalah subjek dari kegiatan manajemen. Manajer adalah orang yang
melakukan kegiatan manajemen. Manajer adalah individu yang bertanggung jawab
secara langsung untuk memastikan kegiatan dalam sebuah organisasi dijalankan
para anngota dari organisasi. Dalam setiap organisasi bisnis para manajer ini
bertugas memastikan bahwa keseluruhan tujuan yang telah ditetapkan oleh
organisasi dapat diwujudkan melalui rangkaian kegiatan manajemen, baik yang
bersifat fungsional maupun bersifat operasional.
Beberapa
aspek yang biasanya dilakukan oleh seorang manajer diantaranya adalah :
1.
Manajer bekerja dengan dan melalui orang lain
Para manajer bekerja
sama dengan siapa saja pada setiap tingkat di dalam atau di luar organisasi
yang dapat membantu dalam mencapai tujuan organisasi seperti bawahan, atasan,
pelanggan, organisasi buruh, dll.
2.
Manajer bertanggungjawab dan bertanggung gugat
Manajer
bertanggung jawab agar setiap tugas dapat dilaksankan dengan baik dan sekaligus
bertanggung jawab atas tindakan bawahannya. Berhasil tidaknya bawahan merupakan
pencerminan langsung dari keberhasilan atau kegagalan manajer.
3.
Manajer menyelaraskan tujuan yang saling
bertentangan dan menentukan prioritas
Manajer harus
mampu menjaga keseimbangandiantara berbagai macam tujuan dan kebutuhan
organisasi dengan adanya keterbatasan sumber daya yang dimiliki. Manajer harus
mampu menentukan skala prioritas sesuai dengan tingkat kepentingan yang
dihadapinya.
4.
Manajer harus berfikir secara analitis dan
konseptual
Manajer harus
mampu menjadi pemikir yang analitis ditandai dengan kemampuan mengidentifikasi
masalah kemudian menganalisis dan memberikan penyelesaiain yang dapat dilaksanakan.
Manajer harus dapat berfikir secara konseptual yaitu mampu melihat seluruh
tugasnya secara abstrak dan menghubungkannya dengan tugas lain.
5.
Manajer adalah mediator
Manajer harus
mampu menjadi penengah atau mediator apabila terjadi konflik atau perselisihan
yang dapat menimbulkan permasalahan yang cukup besar dalam sebuah
organisasi seperti menurunnya motivasi
kerja, kepuasan kerja yang akhirnya dapat menurunkan produktivitas pegawai.
6.
Manajer adalah’politikus’
Manajer harus
menjalin hubungan-hubungan dan mengadakan pendekatan serta kompromi dalam
mencapai tujuan organisasi.
7.
Manajer adalah ‘diplomat’
Manajer harus
mampu menjadi wakil dari unit kerja yang dipimpinnya dalam berhubungan dengan
klien, pelanggan, pemasok, pemerintah maupun organisasi lainnya.
8.
Manajer adalah ‘simbol’
Bagi pihak eksternal,
manajer merupakan lambang/simbol keberhasilan/kegagalan organisasi yang
dipimpinnya.
9.
Manajer mengambil keputusan yang sulit
Manajer adalah
orang yang diharapkan dapat memberikan pemecahan pada masalah-masalah yang
sukar dan terus melaksanakan keputusannya walaupun dengan cara ini ia menjadi
tidak populer.
KEAHLIAN MANAJEMEN
Untuk
dapat mengimplementasikan kegiatan manajemen sesuai dengan fungsinya
masing-masing maka diperlukan beberapa keahlian/keterampilan manajemen (management skills) yang diperlukan oleh
setiap orang yang terlibat dalam kegiatan organisasi. Keahlian-keahlian
tersebut meliputi :
1.
Technical
skill (keahlian teknis)
Adalah kemampuan
untuk menggunakan pengetahuan, metode, teknik, dan peralatan untuk melaksanakan
tugas tertentu yang diperoleh dari pengalaman, pendidikan dan latihan. Misal
mengoperasikan computer, mendesain bangunan, dokter, akuntan, dll.
2.
Human
relation skill (keahlian berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat)
Adalah keahlian
dalam memahami dan melakukan interaksi dengan berbagai jenis orang di
masyarakat. Missal keahlian dalam bernegosiasi, memotivasi, meyakinkan orang,
dsb.
3.
Conceptual
skill (keahlian konseptual)
adalah keahlian
dalam berpikir secara abstrak, sistematis, mendiagnosa dan menganalisis
berbagai masalah dalam situasi yang berbeda-beda, memahami kompleksitas organisasi
dan penyesuaian bidang gerak unit kerja masing-masing
4.
Decision
making skill (keahlian dalam pengambilan keputusan)
Adalah keahlian
mengidentifikasi masalah sekaligus menawarkan berbagai alternatif solusi atas
permasalahan yang dihadapi.
5.
Time
management skill (keahlian dalam mengelola waktu)
Adalah keahlian
dalam memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien.
Keahlian tambahan
bagi Manajer
·
Global Management Skills (Keahlian dalam Manajemen Global)
·
Technological Skills (Keahlian dalam hal teknologi)
TINGKATAN MANAJEMEN
Manajer
dapat diklasifikasikan dalam dua jenis , yaitu :
1.
Berdasarkan tingkatan dalam organisasi :
·
Manajemen tingkat puncak (Top Management), biasanya terdiri
atas direktur utama, presiden direktur. Merupakan tingkatan paling tinggi dalam
organisasi yang bertangungjawab atas keseluruhan manajemen organisasi. Ia
menetapkan kebijakan operasional dan membimbing interaksi organisasi dengan
lingkungannya. Keahlian yang terutama dimiliki adalah keahlian konseptual,
komunikasi, pengambilan keputusan dan manjemen waktu.
·
Manajemen tingkat menengah (Middle Management), biasanya terdiri dari para
manajer, kepala divisi atau departemen, kepala cabang. Tugasnya mengarahkan
kegiatan manajer lain dan kadang juga mengarahkan pekerja operasional. Tanggung
jawabnya yang utama adalah mengarahkan kegiatan pelaksanaan kebijakan
organisasi dan penyelerasan tuntutan atasan dengan kecakapan bawahan. Keahlian
yang diperlukan diantaranya keahlian konseptual, komunikasi, pengambilan
keputusan, manajemen waktu dan juga teknikal.
·
Manajemen tingkat pertama/supervisi (Supervisory or First-Line Management),
biasanya terdiri dari para supervisi, ketua kelompok, pengawas produksi,
mandor. Manajer ini hanya membawahi pekerja operasional tidak membawahi manajer
lain.
·
Manajemen Non supervisi (Non supervisory management), biasanya terdiri dari para tenaga
kerja tingkat bawah seperti buruh, pekerja bangunan, dll.
2.
Berdasarkan lingkup kegiatan organisasi yang ada
di bawah tanggung jawabnya :
·
Manajer fungsional
Manajer yang bertanggungjawab hanya atas satu kegiatan
organisasi seperti produksi, pemasaran, keuangan. Orang-orang dan kegiatan yang
dipimpin oleh manajer fungsional dipersatukan oleh kesamaan tugas.
·
Manajer umum
Manajer umum membawahi unit yang lebih rumit, misal sebuah perusahaan,
cabang, atau sebuah bagian operasional yang independen.
PERAN MANAJERIAL
Menurut
Henry Mintzberg bahwa terdapat kesamaan yang kuat dalam perilaku manajer pada
semua tingkatan. Peranan yang dikembangkan oleh manajer menurut Mintzberg
dikelompokkan menjadi, yaitu :
1.
Peranan Inter-Personal
Manajer memiliki
peran antar pribadi ;
(1) Sebagai figurehead (tokoh), sebagai pemimpin manajer berperan sebagai
seorang tokoh dengan melakukan tugas-tugas seremonial seperti menyambut tamu,
menjamu pelanggan, dsb. (2) Manajer
sebagai leader (pemimpin) meliputi
kegiatan mengangkat pengawas, melatih, dan memotivasi.
(3) Manajer sebagai Liaison (penghubung) yaitu berhubungan
dengan orang-orang yang bukan bawahan/atasan misalnya dengan rekan dalam
organisasi.
2.
Peranan Informational
Mintzberg
berpendapat bahwa menerima dan meneruskan informasi mungkin merupakan aspek
terpenting dalam pekerjaan seorang manajer.
Ada 3 peranan
informational :
(1) Peranan sebagai pemantau, artinya
manajer harus terus menerus mencari informasi yang dapat digunakan untuk
keperluannya.
(2) Peranan sebagai penyebar, artinya
manajer membagi-bagikan informasi penting yang tanpa dia tak akan diperoleh.
(3) Peranan sebagai juru bicara, artinya manajer menyiarkan sebagian
informasi yang dikumpulkannya kepada orang-orang di luar unitnya, atau di luar
organisasi.
3. Peranan
Decision Roles
Menurut Mintzberg
ada empat peran pengambilan keputusan yang dapat dimainkan manajer, yaitu :
·
Peran entrepreneur,
manajer berusaha untuk menyempurnakan unitnya
·
Peran Disturbance
Handler, manajer bertindak sebagai pereda gejolak/keributan yang di luar
pengendalianya
·
Peran Resource
Allocator, artinya manajer bertanggungjawab dalam menentukan bagaimana dan
kepada siapa sumber daya yang dimiliki organisasi akan digunakan
·
Peran Negotiator,
manajer melakukan perundingan dengan konsultan, pemasok, serikat buruh, dsb
Sementara
menurut Ichack Adizes (dalam Paul Hersey & Blanchard, 1995) menyebutkan
bahwa terdapat 4 peranan manajerial yang harus dilaksanakan agar suatu organisasi
dapat berjalan efektif, yaitu :
1.
Peranan pemroduksian
Seorang manajer
diharapkan mencapai hasil yang sama/lebih besar dari organisasi lainnya.
Kualifikasi utama bagi seorang yang sukses adalah memiliki pengetahuan
fungsional dalam bidangnya. Namun demikian bukan berarti seorang manajer hanya
sekedar harus memiliki kemampuan teknis saja melainkan harus mampu mengelola
orang-orang yang bekerja dengan mereka.
2.
Peranan pelaksanaan
Manajer
menjadwalkan, mengkoordinasi, mengendalikan dan mendisiplinkan baik dirinya
maupun lingkungannya.
3.
Peranan pembaharuan
Seorang manajer
tidak hanya mampu secara teknis dan pelaksanaannya namun juga harus berperan
sebagai pembaharu/pemrakarsa
4.
Peranan pemaduan
Yaitu proses di
mana strategi perseorangan digabungkan ke dalam strategi kelompok, resiko
individu menjadi resiko kelompok, tujuan individu diselaraskan dengan tujuan
kelompok
BAB 3
PERKEMBANGAN ILMU
MANAJEMEN
Gambar 2. 1 Perkembangan
Teori Manajemen Utama
PERKEMBANGAN AWAL TEORI MANAJEMEN
Ada
2 tokoh manajemen yang mengawali munculnya Manajemen Ilmiah yaitu :
1. Robert Owen (1771-1858)
Adalah seorang
manajer pabrik pemintalan kapas di New Lanark Skotlandia pada awal tahun
1800-an menekankan pentingnya unsur manusia dalam produksi. Dia membuat
perbaikan-perbaikan dalam kondisi kerja, seperti pengurangan hari kerja
standar, pembatasan anak-anak di bawah umur yang bekerja, membangun perumahan
yang lebih baik bagi karyawannya. Dia mengemukakan bahwa melalui perbaikan kondisi
karyawanlah yang akan menaikkan produksi dan keuntungan, investasi yang paling
menguntungkan adalah karyawan.
2. Charles Babbage (1792-1871)
Adalah seorang
profesor matematika dari Inggris yang mencurahkan waktunya untuk membuat
operasi-operasi pabrik menjadi lebih efisien. Dia adalah penganjur pertama
prinsip-prinsip pembagian kerja melalui spesialisasi. Dia menciptakan alat
penghitung (kalkulator) mekanis pertama
3 KELOMPOK PEMIKIRAN DALAM ILMU MANAJEMEN
A. PERSPEKTIF MANAJEMEN KLASIK (CLASSICAL MANAGEMENT PERSPECTIVE)
Perspektif ini
terbagi menjadi dua bagian besar yaitu :
1.
MANAJEMEN
ILMIAH (SCIENTIFIC MANAGEMENT)
a.
Frederich
Winslow Taylor (1856-1915)
Manajemen ilmiah mula-mula dikembangkan oleh FW.Taylor
sekitar tahun 1900-an. Karena karyanya tersebut Taylor disebut “Bapak Manajemen”.
Taylor menuangkan gagasan-gagasannya dalam buku
:
1)
Shop
Management
2)
The
Principles of Scientific Management
3) Testimony Before The Special House Committee
Ketiga buku tersebut dirangkum dalam buku yang berjudul Scientific Management.
Salah satu
kontribusi yang diberikan Taylor adalah yang disebut Time and Motion Studies mengenai penetapan standar kerja yang
didasarkan pada perhitungan waktu. Menurutnya bahwa untuk mencapai tujuan sebuah
perusahaan, misalnya profit perusahaan, maka produktivitas perlu ditingkatkan.
Produktivitas dapat diukur dari tingkat output dan prestasi kerja.
Taylor telah
memberikan prinsip-prinsip dasar penerapan pendekatan ilmiah pada manajemen dan
mengembangkan sejumlah teknik untuk mencapai efisiensi. Empat prinsip dasar
tersebut adalah :
1) Pengembangan
metode-metode ilmiah dalam manjemen, agar dapat ditentukan metode yang paling
baik untuk pelaksanaan setiap pekerjaan
2) Seleksi
ilmiah bagi karyawan, setiap karyawan dapat diberikan tanggung jawab atas
sesuatu tugas sesuai dengan kemampuannya
3) Pendidikan
dan pengembangan ilmiah para karyawan
4) Kerjasama
yang baik antara manajemen dan karyawan
Melanjutkan
langkah2 pengerjaan sebagaimana yang telah dicapai pada langkah2 sebelumnya
dengan menggunakan tenaga kerja yang mampu menyelesaikan pekerjaan
sebagaimana mestinya
|
1
2
3
4
Memberikan
pengarahan dan pemantapan atas pekerja untuk memastikan bahwa melakukan
pekerjaan yang telah ditugaskan sesuai dengan standar
|
Secara
ilmiah dilakukan seleksi atas tenaga kerja dan pemberian pelatihan bagi tenaga
kerja agar dapat menjalankan tugas sebagaimana dijelaskan dalam langkah
pertama
|
Merumuskan
pendekatan dalam setiap jenis pekerjaan untuk menggantikan pendekatan yang
lama yang sudah dianggap baku
|
Gambar 3.1. Empat prinsip Taylor dalam penerapan manajemen ilmiah
b.
Frank
Gilberth (1868-1924) dan Lillian Gilberth (1878-1972)
Kontribusi yang diberikan Frank Gilberth adalah metode
efisiensi dalam pekerjaan, terutama untuk menemukan ‘cara terbaik pengerjaan
suatu tugas’.
Lilian Gilberth banyak memberikan kontribusi dalam
bidang psikologi industry dan manajemen sumber daya manusia, termasuk bagaimana
pentingnya bekerja secara tim dalam sebuah organisasi bisnis. Fokusnya pada
aspek manusia dalam kerja seperti seleksi, penempatan dan latihan pegawai.
Bukunya berjudul ‘Psychology of
Management’
c.
Harrington
Emerson (1853-1931)
Pemborosan dan ketidakefisienan adalah masalah-masalah
yang dilihat Emerson sebagai penyakit sistem industri. Emerson memberikan
kontribusi dengan memperkenalkan 12 prinsip efisiensi :
1) Tujuan-tujuan dirumuskan dengan jelas
2) Kegiatan
yang dilakukan harus masuk akal dan realistis
3) Adanya
staf yang memiliki kualifikasi yang tepat
4) Disiplin
5) Pemberian
kompensansi yang adil
6) Adanya
laporan dari setiap kegiatan secara tepat, akurat, dan terpercaya serta
konsisten
7) Kejelasan
pemberian perintah, perencanaan, dan pembagian kerja
8) Adanya
standar, skedul dan metode dari setiap pekerjaan.
9) Kondisi
pekerjaan yang distandardisasi
10) Kegiatan
operasional yang distandardisasi
11) Instruksi-instruksi
praktis tertulis secara standar
12) Kompensansi/balas
jasa atas efisiensi dan rencana pemberian insentif
d.
Henry
L Gantt (1861-1919)
Memperkenalkan 4 gagasan untuk
peningkatan kegiatan manajemen :
1) Kerja
sama yang saling menguntungkan antara tenaga kerja dan pimpinan
2) Seleksi
ilmiah tenaga kerja atau karyawan
3) Sistem
insentif untuk merangsang produktivitas karyawan dan organisasi
4) Penggunaan
insruksi-instruksi kerja yang terpenrinci
Selain itu
Gantt juga memperkenalkan yang disebut ‘Bagan Gantt (Gantt Chart) yang dikenal sebagai sebuah bagan scheduling/time schedule (penjadwalan
kerja) yang dibuat untuk kegiatan perencanaan, koordinasi, dan pengawasan
produksi.
Menurut
pandangan kelompok manajemen ilmiah bahwa peningkatan produktivitas organisasi
dapat dicapai ketika produktivitas individu ditingkatkan.
2.
KELOMPOK
MANAJEMEN ADMINISTRASI (ADMINISTRATIVE
MANAGEMENT)
Menurut kelompok ini peningkatan produktivitas harus dilakukan secara menyeluruh dalam sebuah organisasi tidak hanya
produktivitas individu saja. Tokoh-tokoh kelompok ini :
a.
Henry
Fayol (1841-1925)
Adalah seorang industrialis Perancis, mengemukakan
teori dan teknik-teknik adminsitrasi sebagai pedoman bagi pengelola organisasi
yang kompleks dalam bukunya ‘Administration
Industrielle et General’. Fayol memperkenalkan kegiatan operasional dari
sebuah perusahaan, yaitu kegiatan teknis, komersial, keuangan, keamanan,
akuntansi dan manajerial. Fayol merinci kegiatan manajerial terdiri atas
fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan (planning),
pengorganisasin (organizing),
pemberian perintah (directing atau leading), pengoordinasian (coordinating), serta pengawasan dan
pengendalian (controlling).
Fayol memperkenalkan 14 prinsip yang mesti dijalankan
agar keseluruhan fungsi dapat
dilaksanakan sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan
efisien :
1) Pembagian kerja; adanya spesialisasi
akan meningkatkan efisiensi pelaksanaan kerja
2) Wewenang; adanya hak untuk memberi
perintah dan dipatuhi
3) Disiplin; harus ada respek dan ketaatan
pada peranan-peranan dan tujuan organisasi
4) Kesatuan perintah; setiap pekerja hanya
menerima instruksi tentang kegiatan tertentu hanya dari seorang atasan
5) Kesatuan pengarahan; kegiatan
operasional dalam organisasi yang memiliki tujuan yang sama harus diarahkan
oelh seorang manajer dengan penggunaan satu rencana.
6) Meletakkan
kepentingan perseorangan di bawah kepentingan umum. Prioritas diutamakan untuk
kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi.
7) Balas jasa; kompensasi untuk pekerja
harus adil baik bagi karyawan maupun pemilik.
8) Sentralisasi; adanya keseimbangan antara
pendekatan sentralisasi dengan disentralisasi.
9) Garis wewenang (Scalar system); adanya garis wewenang dn perintah yang jelas
10) Order; penempatan orang-orang harus
sesuai dengan pekerjaan yang akan dikerjakan
11) Keadilan; perlakuan dalam organisasi
harus sama dan tanpa ada diskriminasi
12) Stabilitas staf dalam organisasi;
tingkat perputaran tenaga kerja yang tinggi tidak terlalu baik bagi pelaksanaan
fungsi-fungsi organisasi
13) Inisiatif; setiap bawahan /pekerja harus
diberi kebebasan untuk merencanakan dan menjalankan tugasnya
14) Esprit de corps (semangat korps);
pelaksanaan operasional organisasi harus memiliki kebanggaan, kesetiaan, dan
rasa memilki dari para anggota yang tercermin pada semangat korps/kebersamaan.
b.
James
D. Mooney
Mooney mendefinisikan organisasi sebagai sekelompok
dua orang atau lebih yang bergabung untuk tujuan tertentu. Menurutnya untuk
merancang organisasi perlu diperhatikan empat kaidah dasar yaitu
1) Koordinasi;
syarat-syarat adanya koordinasi meliputi wewenang, saling melayani, doktrin
(perumusan tujuan) dan disiplin
2) Prinsip
scalar; proses scalar mempunyai prinsip, prospek dan pengaruh sendiri yang
tercermin dari kepemimpinan, delegasi, dan dfinisi fungsional.
3) Prinsip
fungsional; adanya fungsionalisme bermacam-macam tugas yang berbeda
4) Prinsip
staf; kejelasan perbedaan antara staf dan lini.
c.
Mary Parker
Follet
Adalah seorang ahli ilmu pengetahuan sosial pertama yang
menerapkan psikologi pada perusahaan, industry dan pemerintah. Dia menulis
mengenai kreatifitas, kerjasama antara manajer dan bawahan, koordinasi dan
pemecahan konflik. Follet percaya bahwa konflik dapat dibuat konstruktif dengan
penggunaan proses integrasi dimana orang-orang yang terlibat mencari jalan
pemecahan bersama perbedaan-perbedaan diantara mereka.
d.
Max
Weber
Seorang ahli sosiologi Jerman, memberikan kontribusi
mengenai pentingnya birokrasi dan prosedur dalam kegiatan manajemen agar
keseluruhan organisasi bias dijalankan dengan las a dan mencapai tujuannya.
B. PERSPEKTIF MANAJEMEN PERILAKU (Behavioural Management Perspective)
Menekankan pada
pentingnya manajemen memperhatikan perilaku dan kebiasaan individu yang
terdapat dalam sebuah organisasi.
Hugo Munsterberg (1863-1916)
Pencetus
psikologi industri. Hugo
Munsterberg sering disebut sebagai Bapak Psikologi Industri karena pertama kali
memperkenalkan aplikasi dari konsep-konsep psikologi dalam kegiatan industry.
Dalam bukunya ‘Psychology and Industrial
Efficiency’ dia mengemukakan bahwa untuk mencapai peningkatan produktivitas
dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu :
Penemuan
best
possible person
Penciptaan
best
possible work
Penggunaan
best
possible effect untuk memotivasi karyawan
Munsterberg
menyarankan penggunaan teknik-teknik yang diambil dari psikologi eksperimen
misalnya berbagai metode tentang psikologi dapat digunakan untuk memilih
karakteristik tertentu yang cocok dengan kebutuhan suatu jabatan.
1.
THE
HOWTHORNE STUDIES
Elton Mayo (1880-1949)
Elton Mayo dan asisten risetnya Fritz J. Roethlisberg
serta William J. Dickson, mengadakan studi tentang perilaku manusia dalam
berbagai situasi kerja di perusahaan Western Electric antara tahun 1927-1932,
yang disponsori oleh General Electrric.
Eksperimen 1 : dua kelompok pekerja ditempatkan
dalam ruangan yang berbeda. Satu ruangan diberi penerangan yang tetap. Ruangan
yang lain diberi penerangan yang berubah-ubah, tingkat penerangan yang
berubah-ubah. Sejumlah variabel dicoba : upah dinaikkan, periode jam istirahat
dan jam makan siang lamanya diubah-ubah, hari kerja dan minggu kerja
diperpendek. Hasilnya di kedua ruangan yang memperoleh perlakuan yang berbeda
dari segi penerangan ternyata menunjukkan produktivitas yang hampir sama dan
cenderung meningkat. Setelah dikaji ternyata produktivitas tersebut bukan
dipengaruhi oleh nyala lampu, tetapi oleh ‘perasaan diawasi’ dan ‘merasa
diperhatikan’ dalam pekerjaan yang dilakukan.
Eksperimen 2 : dilakukan terhadap 9 orang
pekerja yang bertugas memasang sambungan telepon di bank yang lokasinya
berbeda-beda. Setiap pekerja akan diberi insentif yang lebih apabila mampu
memasangkan sambungan telepon lebih banyak. Artinya semakin banyak sambungan
telepon yang dipasang akan semakin tinggi insentif yang diberikan pada para
pekerja. Hasilnya ternyata para pekerja tampak seolah-olah tidak memerlukan
insentif yang ditawarkan, mereka seolah-olah memiliki kesepakatan mengenai jumlah sambungan yang harus dipasang.
Dari kedua eksperimen tersebut dapat disimpulkan bahwa
ternyata pemberian insentif dan juga perubahan nyala lampu tidak menentukan
produktivitas para pekerja, akan tetapi adanya perlakuan yang sama oleh manajer
serta perhatian yang khusus lah yang akan menentukan produktivitas para
pekerja. Hasil eksperimen ini dikenal dengan ‘Hawthorne Effect’.
2.
TEORI
HUBUNGAN MANUSIA
Teori hubungan manusia merupakan pengembangan dari
eksperimen Hawthorne Studies. Pada dasarnya manusia selalu melakukan respon
terhadap konteks sosial di mana pun ia berada. Perhatian manajer atau pimpinan
terhadap bawahannya akan meningkatkan tingkat penerimaan dan tingkat kepuasan
dari bawahan sehingga akan mendorong tingkat produktivitas.
Kontributor
teori ini adalah Abraham Maslow yang menyatakan bahwa perilaku manusia
dimotivasi oleh keragaman kebutuhan yang dihadapinya. Teorinya dikenal dengan
Hierarki Kebutuhan (Hierarchy of Needs).
Selain itu Douglas
Mc Gregor juga memberikan kontribusi mengenai dinamika dalam relasi
manusia. Dia memperkenalkan bahwa manusia pada dasarnya dapat dibagi menjadi
tipe X dan tipe Y.
Frederick Hezberg menguraikan teori dua
faktor
Fred Fedler menyarankan pendekatan contingency pada studi kepemimpinan
Edgar Schein meneliti dinamika kelompok
dalam organisasi.
3.
TEORI
PERILAKU KONTEMPORER
Kompleksitas lingkungan dan organisasi memerlukan
perspektif yang lebih luas dari sekedar teori hubungan manusia. Saat ini
perkembangan peran manusia dipresentasikan dalam teori perilaku organisasi (organizational behavior) yang melihat
organisasi dari perspektif psikologi, sosiologi, ekonomi, antropologi, bahkan
medis. Bahwa kinerja organisasi sangat terkait dengan kepuasan kerja, stress,
motivasi, kepemimpinan, dinamika kelompok, budaya kerja, politik dalam
organisasi, konflik interpersonal, desain organisasi, dsb.
C. PERSPEKTIF MANAJEMEN KUANTITATIF
Perspektif
kelompok ini adalah melakukan adopsi pendekatan matematika dalam menjalankan
prinsip-prinsip manajemen. Aliran ini ditandai dengan berkembangnya riset
operasi. (Operation Research) dalam
pemecahan masalah-masalah industry.
1.
PERSPEKTIF
MANAJEMEN SAINS
Perspektif manajemen sains lebih menekankan pada
penggunaan model matematika dalam
penyelesaian seluruh kegiatan dan persoalan manajemen. Prosedur riset operasi
dalam manajemen sains ini diformulasikan dan disebut aliran Management Science. Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut :
§
Perumusan masalah
§
Penyusunan suatu model matematika
§
Mendapatkan penyelesaian dari model
§
Pengujian model dan hasil yang didapat dari
model
§
Penetapan pengawasan atas hasil-hasil
§
Pelaksanaan hasil dalam kegiatan (implementasi)
2.
PERSPEKTIF
MANAJEMEN OPERASI
Pendekatan manajemen operasi merupakan salah satu bentuk
aplikasi manajemen sains yang lebih memfokuskan pada kegiatan tertentu dalam
kegiatan manajemen secara operasional yang dapat membantu manajemen melakukan
kegiatan produksi secara lebih efektif dan efisien. Pendekatan yang biasa
digunakan misalnya queing theory, break even analysis, dan simulasi
TEORI MANAJEMEN KONTEMPORER
Beberapa isu
kontemporer seputar perkembangan ilmu manajemen
1.
Downsizing; adalah bahwa organisasi
berusaha untuk meningkatkan efisiensi dengan melakukan pengecilan bentuk
organisasi melalui pengurangan jumlah karyawan atau anggotanya. Konsep ini
makin diterapkan sebagai akibat dari perkembangan/kemajuan teknologi sehingga
menimbulkan ekses kehilangan pekerjaan dari sebagian karyawan.
2.
Diversity Management; mengelola
perbedaan adalah bagaimana manajemen dalam organisasi mampu mengelola berbagai
perbedaan yang terdapat dalam organisasi atau perusahaan. Perbedaan tersebut
dapat disebabkan perbedaan etnis, agama, karakter dan sifat, motivasi hingga
perbedaan tujuan. Salah satu isu yang penting dalam masalah diversity adalah cross-cultural management (manajemen lintas budaya).
3.
Information Technology; perkembangan
yang sangat pesat di seputar teknologi informasi memunculkan berbagai media
informasi dan komunikasi seperti internet, website (world wide web), electronic mail, chatting, dsb. Memunculkan lagi
konsep electronic commerce (e-commerce).
4.
Globalisasi; adalah suatu proses
atau situasi di mana berbagai
pihak di dunia dapat semakin mudah melakukan interaksi tanpa harus dibatasi
lagi dengan batas-batas regional atau geografis sebuah Negara. Perbedaan
kultur, budaya, politik,dsb kerapkali menjadi kendala dalam proses globalisasi
5. Etika
dan Tanggung Jawab sosial; isu korupsi, kerusakan lingkungan, penipuan
konsumen, dsb, menjadi isu utama dalam hal etika dan tanggung jawab sosial dari
sebuah organisasi. Sebuah organisasi harus dapat terus beradaptasi dengan
lingkunganya agar dapat terus diterima masyarakat.
6. Managing
for Quality; kualitas akan
menentukan kompetensi dan kemampuan untuk berkompetensi dengan yang lain.
Kualitas merupakan indicator tercapainya produktivitas
7.
Service Economy (Ekonomi Jasa);
kegiatan ekonomi saat ini juga merupakan kegiatan penyediaan jasa bagi para
konsumen tidak hanya penyediaan barang melalui kegiatan manufaktur.
BAB 4
LINGKUNGAN DAN BUDAYA
ORGANISASI
LINGKUNGAN DAN ORGANISASI
Organisasi
sebagai kumpulan orang-orang tidak dapat dilepasakan dari lingkungan karena
pada dasarnya organisasi juga merupakan bagian dari lingkungan dan masyarakat.
Sebuah organisasi perlu memahami lingkungan apa saja yang terkait baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan organisasi. Masyarakat merupakan
salah satu lingkungan yang mesti diperhatikan dalam menjalankan kegiatan
organisasi. Secara garis besar lingkungan organisasi dapat dibagi dua, yaitu (1) lingkungan internal atau lingkungan yang terkait dengan eksistensi
sebuah organisasi, serta (2) lingkungan
eksternal yaitu lingkungan yang terkait dengan kegiatan operasional
organisasi dan bagaimana kegiatan operasional ini dapat bertahan. Lingkungan
eksternal ini dapat terbagi dua yaitu (a)
lingkungan yang terkait langsung (direct
action) dengan kegiatan operasional organisasi atau sering disebut
‘lingkungan mikro’ dari organisasi dan (b)
lingkungan yang tidak terkait langsung (indirect
action) dengan kegiatan operasional organisasi atau sering disebut
‘lingkungan makro’ dari organisasi. Untuk lingkungan makro dapat terbagi lagi
menjadi lingkungan lokal dan internasional.
Lingkungan yang
terkait langsung (mikro)
|
Lingkungan yang
tidak terkait langsung (makro)
|
Gambar 4.1 Pembagian
Lingkungan Organisasi
LINGKUNGAN INTERNAL ORGANISASI
Lingkungan internal organisasi adalah berbagai hal atau pihak
yang terkait langsung dengan kegiatan operasional organisasi, dan mempengaruhi
langsung terhadap setiap program, kebijakan, hingga denyut nadi organisasi.
Yang termasuk ke dalam lingkungan internal organisasi adalah :
1.
Pemilik Organisasi (Owners)
Para pemilik
organisasi adalah mereka yang secara historis maupun hukum dinyatakan sebagai
pemilik akibat adanya penyertaan modal, ide, ataupun berdasarkan ketentuan
lainnya dinyatakan sebagai pemilik organisasi. Dalam perusahaan pemilik
organisasi misalnya adalah pemegang saham, anggota juga individu.
2. Tim
Manajemen (Board of Managers or
Directors)
Tim manajemen
adalah orang-orang yang menurut para pemilik organisasi/perusahaan dinyatakan
atau ditunjuk sebagai pengelola organisasi dalam aktivitasnya sehari-hari untuk
periode waktu tertentu. Mereka bekerja secara profesional berdasarkan tugasnya
masing-masing. Dalam beberapa hal mereka memiliki kebebasan dalam menentukan
kebijakan organisasi, tapi dalam kondisi lain memiliki keterbatasan dalam
mengambil keputusan. Organisasi perlu memahami tim manajemen ini karena mereka
akan menjadi penggerak arah dari kegiatan organisasi dalam mencapai tujuannya.
3.
Para Pekerja (Employees)
Para pekerja
dalam sebuah organisasi/perusahaan merupakan unsur sumber daya manusia yang sangat dominan dalam
sebuah kegiatan operasional organisasi. Mereka memiliki karakteristik yang
berbeda. Pengelola organisasi perlu memahami latar belakang dari setiap anggota
organisasi agar dapat ditempatkan dan ditugaskan secara tepat serta diarahkan
guna pencapaian tujuan organisasi.
4.
Lingkungan fisik organisasi (Physical Work Environment)
Yang termasuk
lingkungan fisik organisasi antara lain sumber daya keuangan (financial resources), sumber daya alam (natural resources), sumber daya
informasi (information resources).
Sumber daya tersebut harus dapat digunakan seefektif dan seefisien mungkin.
LINGKUNGAN EKSTERNAL ORGANISASI
Lingkungan
eksternal adalah lembaga atau kekuatan luar yang berpotensi mempengaruhi
kinerja organisasi tertentu. Lingkungan eksternal adalah lingkungan yang
terkait dengan kegiatan operasional organisasi dan bagaimana kegiatan
operasional itu dapat bertahan.
- LINGKUNGAN
EKSTERNAL MIKRO
Adalah
lingkungan yang terkait langsung dengan kegiatan operasional organisasi terdiri
atas :
1.
Pelanggan (Customers)
Adalah mereka
yang secara langsung memanfaatkan, menggunakan, dan mengajukan permintaan atas
barang atau jasa yang ditawarkan organisasi. Mereka bisa merupakan konsumen
akhir atau perantara antara pihak perusahaan dengan konsumen. Konsumen memiliki
kekuatan tawar menawar, oleh karena itu manajer harus dapat mengantisipasi
perubahan perilaku konsumen. Pasar pelanggan bisa sangat bersaing sehingga
manajer perlu memperhatikan harga, kualitas jasa atau barang untuk
mempertahankan pelanggan lama dan menarik pelanggan baru.
2.
Pesaing (Competitors)
Pesaing adalah
organisasi bisnis lain yang menjalankan bisnis yang sama dengan organisasi yang
kita jalankan. Pesaing dapat menjadi tantangan sekaligus ancaman yang mungkin
dihadapi organisasi dalam meraih pelanggan. Untuk dapat bersaing dengan pesaing
dan dapat merebut pangsa pasar dari pesaing, maka manajer harus mampu memberikan
kepuasan yang superior bagi para pelanggannya, sehingga manajer harus dapat
menganalisis persaingan termasuk perilaku pesaing serta menyusun strategi
pemasaran yang jelas. Pesaing dapat mendorong organisasi bisnis untuk lebih
memperbaiki kualitasnya dari waktu ke waktu sehingga dapat diterima dan tetap
menarik minat pelanggan.
3.
Pemasok (Suppliers)
Pemasok adalah
pihak yang terkait langsung dalam kegiatan bisnis dalam pengadaan terutama
bahan baku, jasa, energi, peralatan dari lingkungannya dan menggunakannya untuk
menghasilkan output. Setiap organisasi akan tergantung pada pemasok bahan baku
dan tenaga kerja. Oleh karenanya pemasok memiliki kekuatan tawar menawar dengan
organisasi, sehingga manajer perlu membina hubungan yang baik dengan para
pemasok.
4.
Penyedia tenaga kerja (Labour Supply)
Perusahaan akan
membutuhkan pekerja yang mempunyai keterampilan dan jenis pengalaman yang
berbeda-beda sehingga harus digunakan banyak saluran untuk menemukan pekerja
yang cocok.
5.
Pemerintah (Government)
Pemerintah
adalah pihak yang atas legitimasi politik tertentu di suatu negara diangkat dan
bertugas untuk mewujudkan masyarakat kearah yang lebih baik dalam pembangunan
di segala bidang. Pemerintah dituntut untuk melakukan kegiatan proaktif mulai
dari pemberian kebijakan, penetapan aturan pemerintah, hingga upaya antisipasi
dan penyelesaian atas masalah yang ada. Perubahan-perubahan kebijakan dalam
berbagai bentuk peraturan dapat merupakan peluang maupun ancaman bagi
organisasi.
6.
Partner Strategis (Strategic partner)
Adalah
perusahaan lain yang menjalankan bisnis berbeda dengan perusahaan, tetapi
bersama-sama menjadi mitra kita dalam menjalankan bisnis yang saling
menguntungkan kedua belah pihak. Yang termasuk partner strategis antara lain
media dan serikat buruh.
7.
Lembaga-lembaga keuangan
Organisasi
tergantung pada bemacam-macam lembaga keuangan seperti bank dan asuransi untuk
mempertahankan dan memperluas aktivitasnya. Lembaga keuangan sebagai sumber
pembiayaan merupakan mitra perusahaan dalam melakukan pembiayaan perusahaan.
8. Masyarakat
umum (Society)
Adalah keseluruhan
pihak yang tidak termasuk ke dalam lingkungan-lingkungan yang telah disebutkan,
seperti LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia)
- LINGKUNGAN
EKSTERNAL MAKRO
Yang
termasuk lingkungan eksternal makro antara lain adalah lingkungan lokal dan
internasional. Secara rinci dapat terdiri atas :
1.
Perkembangan teknologi
Dalam setiap
masyarakat industri tingkat kemajuan teknologi memainkan peranan penting dalam
penentuan produk dan jasa yang akan diproduksi, peralatan yang akan digunakan,
dan bagaimana berbagai macam operasi dikelola. Misalnya: banyak perusahaan
sekarang menggunakan computer untuk peramalan operasi dan scheduling produksinya, sementara dulu ini dilakukan oleh manajemen
menengah, akibatnya terjadi penurunan permintaan akan manajer-manajer menengah
dan lini pertama.
2.
Kondisi ekonomi nasional maupun global
Manajer akan
dihadapkan pada permasalahan biaya
sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan organisasi. Sementara
biaya-biaya ini berubah-ubah setiap waktu karena faktor-faktor ekonomi. Seperti
kecenderungan inflasi dan devaluasi, kebijakan moneter, fiscal, dsb
3.
Lingkungan sosial budaya
Merupakan
pedoman hidup yang menentukan bagaimana organisasi akan beroperasi. Lingkungan
ini meliputi kepercayaan, nilai-nilai sikap, pandangan serta pola hidup yang dibentuk oleh tradisi, pendidikan,
kelompok etnis, ekologi, demografi, geografi, agama, kepercayaan sekelompok
masyarakat tertentu.
4.
Faktor politik
Manajer tidak akan
mengabaikan kebijakan politik dan serta peraturan-peraturan pemerintah dalam
suatu periode waktu karena akan menentukan operasi perusahaan.
Hubungan organisasi dengan stakeholder.
Asosiasi perdaganan
dan industri
|
Kelompok tindakan sosial
dan politik
|
Gambar 4.2 Para
stakeholders organisasi
LINGKUNGAN INTERNASIONAL (International
Environment)
Lingkungan
Internasional merupakan lingkungan
yang lebih luas dari sebuah negara yang pada prakteknya akan mempengaruhi kegiatan perusahaan terutama
yang melakukan transaksi bisnis internasional. Lingkungan internasional dapat
jadi peluang karena negara
lain dapat dijadikan lokasi guna perluasan pasar atau perluasan jumlah
pelanggan di luar negara. Lingkungan internasional dapat jadi ancaman karena
kegiatan bisnis internasional juga melibatkan para pesaing di luar negara yang mungkin melakukan
kegiatan bisnis yang sama dengan perusahaan kita sehingga terjadi persaingan
yang sangat ketat. Aturan internasional mengenai standar kualitas produk juga
menjadi tantangan yang harus dihadapi dan dipersiapkan oleh perusahaan jika
produknya ingin memasuki pasar internasional.
Salah
satu isu yang sangat terkenal mengenai lingkungan internasional adalah isu
globalisasi yang pada
prinsipnya merupakan sebuah proses untuk menjadikan dunia ini menjadi satu.
Konsekuensi logis dari globalisasi adalah setiap negara akan lebih mudah untuk berinteraksi
satu sama lain.
Beberapa bentuk bisnis
internasional :
a.
Kegiatan ekspor impor (export-import)
Ekspor adalah
kegiatan menjual atau memasarkan produk yang dihasilkan di sebuah negara ke
Negara lain. Impor adlah kegiatan mendatangkan barang dan jasa dari negara lain
atau Negara luar ke sebuah Negara di mana perusahaan tersebut berada.
b.
Lisensi (Licencing)
Merupakan
kesepakatan atau perjanjian di mana sebuah perusahaan memperbolehkan perusahaan
lain untuk menggunakan merk, teknologi, hak paten atau asset lainnya dengan
memberikan kompensasi berupa sejumlah uang tertentu sebagai hak lisensinya.
c.
Partner strategis (Internatonal
Strategic Alliance)
Merupakan satu
bentuk kerja sama antara perusahaan secara internasional untuk dapat melakukan
kegiatan bisnis yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Salah satu
bentuknya adalah Joint Venture yaitu bentuk kerja sama bisnis di mana
perusahaan yang berpartner melakukan pembagian kepemilikan dalam menjalankan
sebuah bisnis.
d.
Investasi langsung (Direct Investment)
Merupakan salah
satu bentuk kegiatan bisnis internasional di mana sebuah perusahaan membeli
sebagian atau keseluruhan asset atau melakukan investasi di sebuah perusahaan
di suatu negara tertentu.
Faktor-faktor terkait dalam bisnis internasional :
a.
Kontrol dalam perdagangan internasional. Dua
jenis control perdagangan internasional yaitu (1) Quota merupakan pembatasan
jumlah barang yang diperjualbelikan secara internasional, (2) Tariff merupakan
pembebanan pajak pada setiap barang ekspor dan impor
b.
Komunitas ekonomi internasional seperti AFTA
(Asia-Pasific Free Trade Agreement), NAFTA (North American Free Trade Agreement)
c.
Perbedaan budaya antar negara
BUDAYA ORGANISASI
Budaya secara harfiah berasal dari Bahasa Latin
yaitu Colere yang memiliki arti
mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang (Soerjanto Poespowardojo, 1993).
Budaya berasal dari kata Sanskerta ‘budhayah’, yaitu bentuk dari ‘budi’ atau
‘akal’. Budaya juga dapat diartikan sebagai : “Seluruh sistem gagasan
dan rasa, tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat yang dijadikan miliknya melalui proses belajar (Koentjaraningrat, 2001:
72) Budaya adalah makna dan
keyakinan yang dianut oleh anggota organisasi yang menentukan, sebagian besar,
cara mereka bertindak satu terhadap yang lain dan terhadap orang luar.
Istilah budaya organisasi
bisa dikatakan budaya organisasi (organization culture) atau budaya
kerja (work culture) ataupun biasa lebih dikenal lebih spesifik lagi
dengan istilah budaya perusahaan (corporate culture).
Budaya
organisasi pada dasarnya merupakan nial-nilai dan norma yang dianut dan
dijalankan oleh sebuah organisasi terkait dengan lingkungan di mana organisasi
itu menjalankan kegiatannya. Budaya
organisasi mengacu ke sistem makna bersama yang dianut oleh anggota – anggota
yang membedakan organisasi itu dari organisasi – organisasi lain.
Pendapat
beberapa ahli mengenai pengertian budaya organisasi :
Budaya organisasi sebagai “Suatu sistem
makna yang dimiliki bersama oleh suatu organisasi yang membedakannya dengan
organisasi lain”(Umar Nimran, 1996: 11).
Edgar H.
Schein (1992) dalam bukunya “Organizational Culture and Leadershif”
mangartikan budaya organisasi lebih luas sebagai :
“ …A patern of shared basic assumptions that
the group learned as it solved its problems of external adaptation and internal
integration, that has worked well enough to be considered valid and, therefore,
to be taught to new members as the correct way to perceive, think and feel in
relation to these problems.( loc.cit, Schein, P.16)
(“… Suatu pola asumsi dasar yang ditemukan, digali
dan dikembangkan oleh sekelompok orang sebagai pengalaman memecahkan
permasalahan, penyesuaian terhadap faktor ekstern maupun integrasi intern yang
berjalan dengan penuh makna, sehingga perlu untuk diajarkan kepada para anggota
baru agar mereka mempunyai persepsi, pemikiran maupun perasaan yang tepat dalam
mengahdapi problema organisasi tersebut).
Hofstede juga mengatakan bahwa
budaya organisasional terdiri dari berbagai interaksi dari crri-ciri kebiasaan yang mempengaruhi
sekelompok orang dalam lingkungannya.
Budaya organisasi penting dipahami. Budaya organisasi
merupakan apa yang dirasakan, diyakini, dan dijalani oleh sebuah organisasi.
Budaya organisasi yang satu akan berbeda dengan budaya organisasi lainnya.
Budaya organisasi merupakan nial-nilai dan keyakinan yang dipegang oleh sebuah
organisasi dari sejak organisasi tersebut terbentuk, tumbuh, dan berkembang.
Para
manajer perlu memahami budaya organisasi yang dianut saat ini, diyakini oleh
lingkungan saat ini, dan kemudian perlu memiliki keyakinan untuk mempertahankan
dan atau mengubah budaya tersebut sesuai dengan tujuan organisasi yang ingin
dicapai dalam jangka panjang. Tidak setiap budaya organisasi harus
dipertahankan. Manajer harus dapat memahami benar budaya organisasi mana yang
harus dipertahankan dan mana yang harus dirubah. Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang begitu pesat dapat mendorong perusahaan untuk melakukan
perubahan.
Falsafah pendiri
organisasi
|
Gambar 4.3 Bagaimana suatu budaya organisasi
ditetapkan dan dipelihara
Beberapa cara para karyawan
mempelajari budaya :
a.
Cerita; cerita-cerita organisasi lazimnya
mengandung penggambaran yang signifikan yang mencakup hal-hal seperti para
pendiri organisasi itu.
b.
Ritual; adalah serangkaian
kegiatan-kegiatan berulang yang mengungkapkan dan meneguhkan nilai-nilai
organisasi, sasaran-sasaran apa yang penting dan orang-orang mana yang penting.
c.
Symbol materi; tata letak fasiltas
organisasi, cara karyawan berpakaian, jenis kendaraan yang disediakan bagi
eksekutif puncak, besarnya kantor, indahnya perabotan, dsb.
d.
Bahasa; banyak organisasi dan unit di
dalamnya menggunakan bahasa sebagai cara untuk mengidentifikasi para anggota
sebuah budaya.
Beberapa masalah budaya
organisasi terkini yang dihadapi oleh manajer :
a.
Menciptakan etika budaya
b.
Menciptakan budaya yang inovatif
c.
Menciptakan budaya yang tanggap terhadap
konsumen
d.
Budaya dan spiritualitas organisasi
BAB 5
TANGGUNG JAWAB SOSIAL
DAN ETIKA MANAJEMEN
TANGGUNG JAWAB SOSIAL ORGANISASI
Tanggung
jawab sosial organisasi berarti manajemen mempertimbangkan dampak sosial dan
ekonomi dalam pembuatan keputusannya. Tanggung jawab ini merupakan salah satu
tugas yang harus
dilakukan oleh manajer perusahaan karena aspek ini merupakan syarat utama bagi
berhasilnya perusahaan untuk jangka panjang. Tanggung jawab sosial ini dapat
berupa tanggung jawab terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan, keadaan
ekonomi masyarakat pada umumnya, partisipasi perusahaan dalam pembangunan
lingkungannya, dsb.
Menurut The World Business Council for
Suistainable Development, Tanggung Jawab Perusahaan (Corporate Social Responsibility) adalah komitmen bisnis untuk
berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan karyawan
perusahaan, kerluarga karyawan, berikut komunitas lokal dan komunitas secara
keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Corporate Social
Responsibility adalah tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat di luar
tanggung jawab ekonomisnya, kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan demi
tujuan sosial dengan tidak memperhitungkan untung atau rugi ekonomisnya.
Tanggung
jawab sosial merupakan kewajiban suatu organisasi untuk kepentingan masyarakat
dan objek bisnis utama dalam mendapatkan keuntungan maksimal, dalam tanggung
jawab sosial organisasi, terkandung bahwa organisasi mempunyai kewajiban
terhadap kelompok-kelompok masyarakat lain dan pada pemilik (Maman Ukas, 2007). Konsep tanggung jawab soaial
organisasi ini bukan hanya ditujukan untuk pemberi derma (Chariteble) kepada badan usaha/organisasi. Akan tetapi lebih
daripada itu yaitu merupakan tanggung jawab moral, ekonomi, dan sosial yang
akan meningkatkan kehidupan yang lebih baik dari masyarakat lingkungannya.
Dengan demikian manajer dituntut
untuk mengimplementasikan etika dalam bisnis (Business Ethic) terutama dalam hubungannya dengan pelanggan,
karyawan, lembaga pendidikan, pesaing, kreditur, pemerintah dan masyarakat
umum.
Mengelola tanggung jawab sosial perusahaan
Ada beberapa
strategi yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengelola tanggung jawab sosial
perusahaan ( Kreitner, 1992) :
1. Strategi Reaktif (Reactive Sosial Responsibility Strategy)
Perusahaan yang menerapkan strategi
ini cenderung menolak atau menghindarkan diri dari tanggung jawab sosial .
2. Strategi Defensif (Defensive Sociasl Responsibility Strategy)
Strategi yang dilakukan oleh
perusahaan terkait dengan penggunaan pendekatan legal atau jalur hukum untuk
menghindarkan diri atau menolak tanggung jawab sosial.
3. Strategi Akomodatif (Acommodative Sosial Responsibility Strategy)
Beberapa perusahaan memberikan
tanggung jawab sosial berupa pelayanan kesehatan, kebersihan, dsb, bukan karena
perusahaan menyadari perlunya tanggung jawab sosial, namun dikarenakan adanya
tuntutan dari masyarakat dan lingkungan sekitar akan hal tersebut.
4. Strategi Proaktif (Proactive Sosial Responsibility Strategy)
Perusahaan yang menerapkan strategi
ini memandang bahwa tanggung jawab sosial adalah bagian dari tanggung jawab
untuk memuaskan stakeholders. Dalam jangka panjang perusahaan akan diterima
oleh masyarakat dan perusahaan tidak perlu khawatir akan kehilangan pelanggan
tapi akan semakin bertambah akibat citra positif yang dimiliki perusahaan.
Sumber : Management, Robert Kreitner, 5th edition,
Hougthon Mifflin Company, 1992
Gambar5.1 Mengelola tanggung jawab sosial perusahaan
Manfaat tanggung jawab sosial
Tanggung
jawab sosial sebagai
konsekuensi logis keberadaan perusahaan di sebuah lingkungan masyarakat
mendorong perusahaan untuk lebih proaktif dalam mengambil inisiatif dalam hal
tanggung jawab sosial. Beberapa manfaat tanggung jawab sosial perusahaan :
1. Manfaat bagi perusahaan
Akan muncul citra positif dari
masyarakat akan kehadiran perusahaan di lingkungannya. Kegiatan perusahaan
dalam jangka panjang akan dianggap sebagai kontribusi positif bagi masyarakat.
Perusahaan tidak saja dianggap sekadar menawarkan produk untuk dibeli masyarakat,
tapi juga dianggap menawarkan sesuatu yang akan membawa perbaikan bagi
masyarakat.
2. Manfaat bagi masyarakat
Masyarakat akan merasa diperhatikan
oleh perusahaan, akan mendapat pandangan baru mengenai hubungan perusahaan dan
masyarakat merupakan hubungan kemitraan dalam membangun masyarakat dan lingkungan
yang lebih baik di sektor ekonomi, sosial, pembangunan.
3. Manfaat bagi pemerintah
Pemerintah sebagai pihak yang
mendapat legitimasi untuk mengubah tatanan masyarakat kearah yang lebih baik
akan mendapat partner dalam mewujudkan tatanan masyarakat tersebut.
ETIKA MANAJEMEN
Etika menurut Kreitner (1992) adalah studi mengenai tanggung jawab moral yang
terkait dengan apa yang dianggap benar dan apa yang dianggap salah. Menurut Bertens (1993) etika merupakan nilai-nilai
dan norma-norma moral yang dipergunakan oleh seseorang atau sebuah kelompok
sebagai pegangan bagi tingkah lakunya. Menurut Griffin (2000) etika adalah ’beliefs
of what is good and what is bad’, keyakinan akan sesuatu yang dianggap baik
dan buruk. Menurut Gareth R. Jones
(2001) etika adalah nilai-nilai moral kepercayaan dan aturan-aturan.
Etika manajemen berbicara mengenai
nilai-nilai yang dianut oleh organisasi sehubungan dengan kegiatan bisnis yang
dijalankannya. Misalnya apakah jenis periklanan yang dibuat etis atau tidak.
Menurut Maman Ukas (2007) etika manajer merupakan sekumpulan ide-ide atau pemikiran tentang
perilaku yang dapat dan tidak dapat diterima oleh manajer. Etika akan
memberikan rambu-rambu mana yang boleh dan mana yang tidak boleh atau dilarang
untuk dilakukan baik oleh pekrja maupun pimpinan.
Etika berkenaan dengan pendapat
tentang benar atau salah, lebih khusus dengan kewajiban moral seseorang pada masyarakat.
Etika ini merupakan sistem ungkapan yang menyangkut perilaku, perbuatan dan sikap
manusia terhadap peristiwa-peristiwa yang dianggap penting dalam hidupnya.
Penentuan etika benar dan salah adalah sulit, karena dalam kenyataannya
standar-standar moral berubah setiap waktu. Bagaimanapun juga etika para
manajer sangat mempengaruhi keputusan-keputusan organisasi. Tentunya etika para manajer harus mendasarkan diri pada
nilai-nilai atau standar yang dianggap baik dan luhur dalam suatu lingkungan
atau masyarakat.
Perhatian manajer harus dipusatkan
pada pemberian tanggapan organisasi
terhadap masalah-masalah sosial, hal ini mempunyai dua konsekuensi (1) banyak organisasi
sekarang mengesampingkan tujuan utamanya maksimalisasi laba dan mengalihkan ke
pemenuhan kebutuhan masyarakat dengan perolehan keuntungan secukupnya. (2)
pencapaian hasil-hasil yang lebih baik dalam pelaksanaan fungsi tanggung jawab sosial perusahaan sekarang menjadi semacam
peralatan untuk membantu sukses organisasi.
Menurut Stoner (1992) paling tidak
ada 5 faktor yang mempengaruhi keputusan tentang masalah etika, yaitu ;
a.
Hukum,
yaitu factor yang
menyederhanakan masalah karena hukum memberikan batasan
standar etika minimum dalam suatu bidang tertentu.
Contoh
: iklan yang menipu dinyatakan melanggar hukum
b.
Peraturan
pemerintah, juga membuat masalahnya menjadi sederhana dengan menunjukkan apa
yang dapat diterima dan apa yang tidak
c.
Kode
etik industri dan
perusahaan, merupakan tata cara standar yang digunakan sebagai pedoman oleh hampir semua manajer
d.
Tekanan
sosial, merupakan factor yang dianggap merumitkan
masalah karena etika satu kelompok ditimpakan pada kelompok lain
e.
Ketegangan
diantara standar perorangan dan kebutuhan organisasi
Salah satu factor yang terpenting dalam
memperbaiki iklim perilaku etis dalam suatu organisasi adalah tindakan yang diambil oleh manajemen puncak.
Sebagai cara untuk memberi contoh berperilaku, ada beberapa langkah yang harus diambil,
yaitu :
5. Manajemen puncak harus menetapkan
kebijakan yang jelas yang mendorong perilaku yang etis
6. Manajemen harus bertangung jawab
untuk mendisiplinkan yang bersalah
7. Organisasi dapat menyediakan sarana
untuk melaporkan perilaku tidak etis sebagai kebijakan organisasi.
Sementara Maman Ukas (2007) menyebutkan ada 3 pendekatan utama
etika yang dilakukan oleh manajer dalam bisnis, yaitu :
1) Pendekatan Manfaat (Utilitarian Approach)
Pertimbangan terletak pada akibat apa
yang ditimbulkan dari suatu tindakan terhadap kelompok lain
2) Pendekatan Kebenaran Moral (Moral Right Approach)
Pendekatan ini lebih menekankan
apakah keputusan-keputusan dan tindakan yang dilakukan secara moral dan sah
keberadaanya dan tidak bertentangan dengan HAM.
3) Pendekatan Keadilan Sosial (Social Justice Approach)
Bahwa setiap keputusan atau tindakan
yang diambil harus konsisten dengan kejujuran, keseimbangan, baik dalam
distribusi pendapatan maupun biaya individu dan kelompok.
Kreitner
(1992) memberikan uraian dari beberapa isu seputar etika yang seringkali
dihadapi perusahaan di masa kini, diantaranya :
1. Penggunaan obat-obatan terlarang
2. Pencurian oleh para pekerja (korupsi)
3. Konflik kepentingan
4. Pengawasan kualitas (quality control)
5. Penyalahgunaan informasi yang
bersifat rahasia
6. Penyelewengan dalam pencatatan
keuangan
7. Penyalahgunaan penggunaan asset
perusahaan
8. Pemecatan tenaga kerja
9. Polusi lingkungan
10. Cara bersaing dari perusahaan yang
dianggap tidak etis
11. Penggunaan pekerja atau tenaga kerja
di bawah umur
12. Pemberian hadiah kepada pihak-pihak
tertentu yang terkait dengan pemegang kebijakan
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa
etika manajemen sebagai bagian dari tanggung jawab actor perusahaan perlu untuk
diwujudkan di masa-masa mendatang. Ada beberapa hal yang mungkin dapat
dilakukan oleh perusahaan sehubungan dengan dorongan untuk melaksanakan etika
dalam manajemen. Beberapa hal yang mungkin dapat dilakukan tersebut diantaranya
:
a. Pelatihan Etika (Ethics Training), perlu adanya pembiasaan yang diberlakukan kepada
para pelaku organisasi.
b. Advokasi Etika (Ethical Advocates), adalah upaya perusahaan untuk menjalankan
etika dalam kegiatannya dengan menempatkan orang atau tim khusus dalam tim
manajemen perusahaan yang bertugas mengontrol dan mengawasi segala kegiatan
perusahaan agar tetap memenuhi standar-standar etika.
c. Standar aturan mengenai etika
perusahaan (Code of Ethics),
menetapkan standar aturan mengenai etika yang harus dijalankan oleh perusahaan.
d. Keterlibatan publik dalam etika manajemen perusahaan, publik dilibatkan dalam pengawasan kegiatan
perusahaan agar dapat memenuhi standar-standar etika.
BAB 6
FUNGSI PERENCANAAN DAN TUJUAN
ORGANISASI
PENGERTIAN PERENCANAAN
Menurut Robbins dan Coulter (2002) perencanaan
adalah sebuah proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi, menentukan
strategi untuk pencapaian tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh, serta merumuskan system
perencanaan yang menyeluruh untuk mengitegrasikan dan mengoordinasikan seluruh
pekerjaan organisasi sehingga tercapai tujuan organisasi.
Menurut Sharflin & Premeaux (1991)
menyebutkan bahwa ‘Planning is the
process of determining in advance what should be accomplished and how it should
be relized’, maksudnya adalah bahwa perencanaan merupakan proses penentuan
terlebih dahulu tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana hal itu act
direalisasikan kemudian.
GR.Terry (1991) menyatakan perencanaan
adalah ‘ planning is the making and using
of assumptions regarding the future in the visualization and formulation of
prepared activities believe necessary to achieve the desire goals’, yang
artinya bahwa perencanaan adalah tindakan memilih dan menghubungkan
fasilitas-fasilitas dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa
yang akan actor dalam hal memvisualisasi dan merumuskan aktivitas-aktivitas
yang dianggap perlu untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Paul Hersey dan Ken Blanchard (1995) mengartikan perencanaan
sebagai proses penyusunan tujuan-tujuan dan sasaran organisasi serta menyusun ‘Peta Kerja’ yang memperlihatkan
cara pencapaian tujuan dan sasaran tersebut.
Dari
beberapa pengertian tersebut maka terkandung makna :
·
Adanya
tujuan yang jelas
·
Adanya
keputusan-keputusan yang harus diambil dalam melaksanakan pekerjaan
·
Perlunya
tindakan-tindakan yang matang lebih lanjut untuk pelaksanaannya.
Pelaksanaan yang baik dapat dicapai
dengan mempertimbangkan kondisi di waktu yang akan actor. Perencanaan harus
bersifat fkelsibel agar mampu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi baru
secepat mungkin. Perencanaan yang baik adalah ketika apa yang dirumuskan dan
ditetapkan ternyata dapat direalisasikan, dan mencapai tujuan yang diharapkan.
GR. Terry menyatakan bahwa untuk
mengetahui perencanaan itu baik atau
tidak dapat dijawab melalui pertanyaan-pertanyaan dasar mengenai perencanaan
yaitu :
·
What (Apa), terkait dengan apa tujuan
perusahaan; menentukan pekerjaan atau sesuatu yang tepat (the right item or the right work)
·
Where (di mana), terkait dengan tempat di
mana kegiatan tersebut dilaksanakan; menentukan tempat yang tepat (the right place)
·
When (kapan), terkait dengan waktu kapan
kegiatan tersebut akan dilaksanakan, kapan dimulai dan kapan diakhiri;
menentukan waktu yang tepat (the right time)
·
Who (siapa), terkait dengan siapa yang akan
melaksanakannya; menentukan orang yang tepat (the right person)
·
Why (mengapa), terkait mengapa tujuan
tersebut harus dicapai; menentukan keputusan yang tepat (the right decision)
·
How (bagaimana), terkait dengan bagaimana cara yang harus
dilakukan untuk melakukan kegiatan tersebut; menentukan proses yang tepat (the right processing)
·
How much or how many, terkait jumlah yang dibutuhkan
untuk kegiatan tertentu; menentukan jumlah yang tepat (the right quantity)
FUNGSI PERENCANAAN
Robbins
& Coulter (2002) menjelaskan bahwa paling tidak ada empat fungsi dari
perencanaan, yaitu :
1. Perencanaan sebagai pengarah
2. Perencanaan sebagai minimalisasi ketidakpastian
3. Perencanaan sebagai minimalisasi
pemborosan sumber daya
4. Perencanaan sebagai penetapan standar
dalam pengawasan kualitas
Empat tahap dasar perencanaan :
1. Menetapkan tujuan
Perencanaan dimulai dengan
keputusan-keputusan tentang keinginan atau tujuan-tujuan organisasi. Tanpa
rumusan tujuan yang jelas, organisasi akan menggunakan sumber daya-sumber daya
secara tidak efektif
2. Merumuskan keadaan saat ini
Organisasi harus memahami tentang
posisi organisasi saat ini dalam kaitannya dengan tujuan yang hendak dicapai.
Hal ini karena disadari bahwa tujuan dan rencana menyangkut waktu yang akan actor.
Setelah keadaan organisasi saat ini dianalisa, rencana dapat dirumuskan untuk
menggambarkan rencana kegiatan lebih lanjut. Dalam tahap kedua ini manajer
memerlukan sejumlah informasi yang dapat diperoleh melalui komunikasi internal
organisasi.
3. Mengidentifikasi kemudahan dan
hambatan
Segala kekuatan dan kelemahan serta
kemudahan dan hambatan perlu diidentifikasi untuk mengukur kemampuan organisasi
dalam mencapai tujuannya. Oleh karena itu perlu diketahui actor-faktor
lingkungan intern dan ekstern yang dapat membantu organisasi dalam mencapai
tujuannya, atau yang mungkin menimbulkan masalah. Walaupun sulit dilakukan
antisipasi keadaan, masalah, dan kesempatan serta ancaman yang mungkin terjadi
di waktu mendatang adalah bagian esensi dari proses perencanaan.
4. Mengembangkan rencana atau
serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan
Tahap terakhir dari proses
perencanaan meliputi pengembangang berbagai alternative kegiatan untuk
pencapaian tujuan. Penilaiain actoree terbaik diantara berbagai actoree yang
ada.
Ada dua actor
perlunya dilakukan perencanaan, yaitu :
1. Protective benefits, maksudnya bahwa perencanaan dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya
kesalahan dalam pembuatan keputusan
2. Positive benefits, maksudnya adalah bahwa perencanaan dapat meningkatkan sukses pencapaian
tujuan organisasi.
Manfaat perencanaan :
1. Membantu manajemen untuk menyesuaikan
diri dengan perubahan-perubahan lingkungan
2. Membantu dalam kristalisasi
penyesuaian pada masalah-masalah utama
3. Memungkinkan manajer memahami
keseluruhan gambaran operasi lebih jelas
4. Membantu penempatan tanggung jawab
lebih tepat
5. Membantu cara pemberian perintah
untuk beroperasi
6. Memudahkan untuk melakukan koordinasi
diantara berbagai bagian organisasi
7. Membuat tujuan lebih khusus,
terperinci dan lebih mudah dipahami
8. Meminimumkan pekerjaan yang tidak
perlu
9. Menghemat waktu, usaha dan dana.
Sementara itu menurut Rue
dan Bryan (1992)
menyebutkan bahwa perencanaan sangat penting dengan beberapa actor, yaitu :
1. Dengan perncanaan memungkinkan
seorang manajer/organisasi untuk mempengaruhi masa depan, bukan hanya menerima
masa depan
2. Perencanaan menyediakan wahana bagi
keterlibatan personel secara aktif dari semua bagian organisasi di dalam
organisasi manajemen
3. Perencanaan mempunyai efek posistif
terhadap kinerja manajerial
4. Perencanaan merupakan latihan mental
yang dibutuhkan untuk mengembangkan rencana perusahaan.
Beberapa kelemahan
perencanaan diantaranya :
1. Pekerjaan dalam perencanan mungkin
berlebihan dalam kontribusi nyata
2. Perencanaan cenderung menunda
pekerjaan
3. Perencanaan mungkin terlalu membatasi
manajemen untuk berinisiatif dan berinovasi
4. Kadang hasil yang paling baik
diperoleh karena penyelesaian secara individual
5. Ada rencana-rencana yang diikuti
cara-cara yang tidak konsisten
Persyaratan
Perencanaan (Planning Requirements)
1.
Faktual dan Realistis
2.
Logis dan Rasional
3.
Fleksibel
4.
Komitmen
5.
Komprehensif atau menyeluruh
Hubungan perencanaan dengan fungsi-fungsi manajemen lain
Perencanaan
adalah fungsi yang paling dasar dan mengakar ke seluruh fungsi-fungsi manajemen
lainnya. Fungsi perencanaan dan fungsi-fungsi serta kegiatan-kegiatan
manajerial lainnya saling berhubungan, saling ketergantungan dan saling
berinteraksi.
a. Pengorganisasian dan penyusunan personalia
Penggorganisasian adalah proses pengaturan kerja bersama sumber
daya-sumber daya keuangan, fisik dan manusia dalam organissi. Perencanaan
menunjukkan cara dan pikiran bagaimana menggunakan sumber daya tersebut untuk
mencapai efektifitas paling tinggi.
b. Pengarahan
Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan.
Perencanaan menentukan kombinasi yang paling baik dari actor-faktor, kekuatan,
sumber daya dan hubungan yang diperlukan untuk mengarahkan dan memotivasi
karyawan.
c. Pengawasan
Perencanaan dan pengawasan saling berhubungan sangat erat.
Pengawasan adalah penting sebagai produk perencanaan. Bagi manajer hal ini
menunjukkan apakah rencana yang telah disusun actore atau tidak. Oleh karena
itu pengawasan bertindak sebagai actore penilaian pelaksanaan kerja terhadap
rencana.
MELAKUKAN PERENCANAAN (PLANNING
PROCESS) dan TUJUAN ORGANISASI
Perencanaan
yang baik paling tidak memiliki berbagai persyaratan yang harus dipenuhi yaitu
:
a. Factual atau realistis; artinya apa yang dirumuskan oleh perusahaan sesuai dengan
fakta dan wajar untuk dicapai dalam kondisi tertentu yang dihadapi perusahaan
b. Logis dan rasional; apa yang dirumuskan dapat diterima oleh akal, sehingga perencanaan
tersebut dapat dijalankan.
c. Fleksibel;
perencanaan bersifat tidak kaku, tetap dapat beradaptasi dengan perubahan di
masa yang akan actor, tapi tidak dapat dirubah seenaknya.
d. Komitmen;
perencanaan harus merupakan dan melahirkan komitmen terhadap seluruh anggota
organisasi untuk bersama-sama berupaya mewujudkan tujuan organisasi
e. Komprehensif;
perencanaan harus menyeluruh dan mengakomodasi aspek-aspek yang terkait
langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan, harus mempertimbangkan
koordinasi dan integrasi dengan bagian lain di perusahaan.
Proses perencanaan melibatkan dua elemen penting yaitu tujuan
(goals) dan rencana (plan).
Tujuan (goals) pada dasarnya adalah hasil akhir yang diharapkan dapat
diraih atau dicapai oleh individu, kelompok atau sebuah organisasi, misalkan
maksimalisasi keuntungan Dalam bahasa Inggris kadangkala dibedakan antara objectives dan goals. Objectives biasa diartikan sebagai tujuan dan goals sering kali diartikan sebagai
target.
Sedangkan rencana (plans) adalah
segala bentuk konsep dan dokumentasi
yang menggambarkan bagaimana tujuan akan dicapai dan bagaimana sumber
daya perusahaan akan dialokasikan, penjadwalan dari proses pencapaian tujuan,
hingga segala hal yang terkait dengan pencapaian tujuan.
Beberapa jenis tujuan (Types of
goals)
1. Dari segi jumlah :
a.
tujuan
yang banyak (multiple goals) dan
b.
tujuan
tunggal (single goals)
2. Dari sisi kejelasan :
a.
tujuan
yang dinyatakan (stated goals),
adalah tujuan yang dinyatakan secara formal oleh sebuah organisasi kepada actor
dan menjadi jaminan akan kejelasan perusahaan di mata actor.
b.
tujuan
yang nyata (real goals), adalah
tujuan yang tidak dinyatakan pada actor akan tetapi secara actor dan nyata
berusaha dicapai oleh para anggota di dalam sebuah organisasi.
3. Dari segi keluasan dan waktu pencapaian :
a.
tujuan
strategis (strategic goals), adalah
tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam jangka waktu yang actore lama,
biasanya antara 3 sampai 5 tahun.
b.
tujuan
taktis (tactical goals), adalah
tujuan yang ingin dicapai perusahaan dalam jangka waktu menengah actore lebih
singkat dari tujuan strategis, biasanya antara 1 hingga actore 3 tahun.
c.
tujuan
operasional (operational goals),
adalah tujuan yang ingin dicapai dalam satu periode kegiatan perusahaan,
biasanya antara 6 bulan sampai 1 tahun.
Berbagai fungsi tujuan organisasi :
1. Pedoman bagi kegiatan
Melalui penggambaran hasil-hasil
akhir di waktu yang akan actor, tujuan berfungsi sebagai pedoman bagi kegiatan.
Dalam hal ini, fungsi tujuan memberikan arah dan pemusatan kegiatan organisasi
mengenai apa yang ‘harus’ dan ‘tidak harus’ dilakukan.
2. Sumber legitimasi
Tujuan juga merupakan sumber
legitimasi bagi suatu organisasi melalui pembenaran kegiatan-kegiatannya.
3. Standar pelaksanaan
Bila tujuan dinyatakan secara jelas
dan dipahami, hal ini akan memberikan standar langsung bagi penilaian
pelaksanaan kegiatan (prestasi) organisasi
4. Sumber motivasi
Tujuan organisasi dapat berfungsi
sebagai sumber motivasi dan identifikasi karyawan yang penting. Fenomena ini actor
dengan jelas pada organisasi yang menawarkan ‘bonus’ bagi pencapaian tingkat
penjualan tertentu.
5. Dasar rasional pengorganisasian
Tujuan organisasi merupakan dasar perancangan
organisasi. Tujuan organisasi dan struktur organisasi berinteraksi dalam
kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan.
Bidang-bidang tujuan organisasi :
Peter
Drucker, mengidentifikasikan secara terperinci delapan bidang pokok dimana
perusahaan menetapkan tujuan, yaitu :
1. Posisi pasar
Perusahaan harus menetapkan tujuan
mengenai bagian pasar yang ‘akan direbut’. Bagian pasar yang paling baik dapat
ditentukan melalui analisa langganan dan produk atau jasa, segmen pasar, dan
saluran distribusi.
2. Produktivitas
Produktivitas adalah rasio antara
masukan dan keluaran. Masukan-masukan apa (tenaga kerja, peralatan dan
keuangan), yang diperlukan untuk memproduksi output.
3. Sumber daya fisik dan keuangan
Tujuan harus ditetapkan dengan
mempertimbangkan sumber daya fisik dan keuangan yang dimiliki oleh perusahaan
4. Profitabilitas
Tujuan laba penting untuk pencapaian
tujuan-tujuan lainnya, seperti misalnya untuk penelitian dan pengembangan dalam
rangka inovasi, penggantian mesin dan peralatan serta peningkatan kesejahteraan
karyawan
5. Inovasi
Adanya kebutuhan yang terus menerus
akan produk atau jasa baru dan inovatif memungkinkan perusahaan harus
menetapkan tujuan dalam melakukan inovasi produk atau jasa baru
6. Prestasi dan pengembangan manajer
Kelangsungan hidup banyak organisasi
tergantung pada kekuatan manajemen yang inovatif. Organisasi perlu menetapkan tujuan sehubungan
kualitas pelaksanaan manajemen dan untuk menjamin pengembangan manajer di semua
tingkatan
7. Prestasi dan sikap karyawan
Organisasi perlu menetapkan tujuan
yang menyangkut actor-faktor karyawan seperti out put, kualitas produk, tingkat
motivasi kerja karyawan
8. Tanggung jawab actor dan actor
Tujuan-tujuan ditetapkan untuk
mengantisipasi boikot actor, acto, pemerintah dan kelompok masyarakat.
Beberapa jenis rencana (Types of
plans)
1. Dari segi keluasan dan waktu :
a.
rencana
strategis atau rencana jangka panjang (strategic
plans or long-term plans)
adalah
rencana yang akan dijalankan oleh seluruh komponen dalam organisasi, dan dibuat
dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.
b.
rencana
taktis atau jangka menengah (tactical
plans or mid-term plans)
adalah
rencana yang dijalankan untuk mencapai tujuan jangka menengah dan sebagai
dorongan tercapainya tujuan jangka panjang
c. rencana operasional atau rencana
jangka pendek (operational plans or short
term plans)
adalah
rencana yang dijalankan untuk mencapai tujuan jangka pendek, dan sebagai
dorongan tercapainya tujuan jangka menengah
2. Dari segi kejelasan :
a.
rencana
spesifik (specific plans) ; adalah
rencana yang rumusannya sudah jelas dan tidak memerlukan interpretasi.
b.
rencana
direktif (directive plans) ; adalah
rencana yang dirumuskan untuk mencapai tujuan tertentu, akan tetapi pada
pencapaiannya memberikan keleluasan atau fleksibilitas untuk pencapaiannya
3. Dari segi frekuensi penggunaan :
a.
rencana
sekali pakai (single-use plan) ;
biasanya digunakan untuk organisasi yang bersifat temporal, seperti
kepanitiaan.
b.
rencana
yang terus menerus (standing plans) ;
biasanya digunakan oleh sebuah organisasi yang kegiatannya terus berkelanjutan
dari waktu ke waktu.
Ada lima dasar pengklasifikasian rencana-rencana, yaitu :
1. Bidang fungsional : mencakup rencana
produksi, pemasaran dan kegiatan personalia
2. Tingkatan organisasional : teknik,
teknik dan isi perencanaan berbeda untuk tingkatan yang berbeda pula.
Perencanaan organisasi keseluruhan akan lebih kompleks daripada perencanan
satuan kerja tertentu dari organisasi
3. Karakteristik-karekteristik (sifat);
rencana meliputi pula actor-faktor kompleksitas, fleksibilitas, keformalan,
kerahasiaan, biaya, rasionalitas, kuantitatif dan kualitatif
4. Waktu, menyangkut rencana jangka
pendek, menengah, dan jangka panjang.
5. Unsur-unsur rencana dalam wujud
anggaran, program, prosedur dan kebijakan.
Beberapa Alat Bantu perencanaan
- Bagan
Arus (Flow Chart)
- Bagan
Gantt (Gantt Chart)
- Jaringan
PERT (PERT Network)
Hubungan
antara Rencana dan Tujuan
Gambar
6.1 Hubungan antara Rencana dan Tujuan
MANAJEMEN BY OBJECTIVES (MBO)
Ada dua pendekatan dalam perumusan dan penetapan tujuan yaitu pendekatan
tradisional dan pendekatan berdasar tujuan (Management
by Objectives/MBO).
Pendekatan tradisional dalam
penetapan tujuan menjelaskan bahwa perumusan dan penetapan tujuan dilakukan
oleh manajer tingkat puncak untuk kemudian tujuan itu diturunkan lagi menjadi
tujuan bagi manajer di tingkat bawahnya secara spesifik. Pendekatan ini oleh Robbins (2002) disebut mean-ends chain. Dikatakan bahwa tujuan yang lebih tinggi (higher level goals) atau tujuan akhir
terkait dengan tujuan di bawahnya. Tujuan di bawah akan sangat berarti bagi
pencapaian tujuan di atasnya.
Pendekatan berdasar tujuan (Management by Objectives) adalah
penentuan tujuan secara spesifik dirumuskan bersama antara pimpinan dan
bawahan, dengan asumsi bahwa seringkali bawahan yang berada di lapangan lebih
memahami apa yang semestinya dicapai daripada apa yang dipahami oleh atasan.
Manajemen by Objectives diperkenalkan oleh Peter
Drucker dalam bukunya The Practice of
Management pada tahun 1954. MBO mengacu pada seperangkat prosedur formal
yang dimulai dengan penetapan sasaran dan dilanjutkan sampai peninjauan kembali
hasil pelaksanaanya. Dia menjelaskan bahwa MBO adalah suatu prinsip manajemen
karena individu sekaligus mengarahkan pandangan dan usaha, menegaskan kerja tim
dan menyesuaikan tujuan individu dengan tujuan umum. Kunci terhadap MBO adalah
bahwa MBO merupakan proses partisipatif atau peran serta yaitu secara aktif
melibatkan para manajer dan anggota staf pada setiap tingkat organisasi. Menurut
Robbins (2005) MBO adalah sistem manajemen di mana sasaran kinerja yang rinci
ditentukan bersama-sama oleh para karyawan dan para karyawan dan para manajer
mereka, kemajuan kearah pencapaian sasaran dikaji secara berkala, dan imbalan
dibagi-bagikan berdasarkan kemajuan itu.
Jadi intisari
dari MBO terletak pada penetapan sasaran umum oleh para manajer dan bawahannya
yang bekerja bersama-sama. Setiap bidang tanggung jawab seseorang ditetapkan
dengan jelas dipandang dari segi hasil-hasil yang diharapkan dapat diukur.
Tujuan utama dari pelaksanaan MBO adalah untuk mencapai pelaksanaan yang
efisien dan integrasi bagian-bagiannya.
Menurut
Schermerhorn (2002) ada empat faktor yang perlu disepakati antara pimpinan
dengan bawahan dalam hal: (1) tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bagian/bawahan
(subordinates), (2) perencanaan yang akan dilakukan, (3) standar pengukuran
keberhasilan pencapaian tujuan dalam setiap kegiatan, (4) prosedur untuk
mengevaluasi keberhasilan pencapaian tujuan.
Dalam sistem
MBO yang efektif terdapat unsur-unsur yang lazim sebagai berikut :
a. Kesempatan terhadap pendekatan pada
semua tingkat organisasi
b. Penetapan saran dan perencanaan yang
efektif oleh pemimpin puncak
c. Penetapan sasaran-sasaran individual
yang berkaitan dengan sasaran organisasi oleh manajer dan bawahan
d. Otonomi yang luas dalam pengembangan
dan pemilihan sarana untuk mencapai tujuan
e. Tujuan teratur atas unjuk kerja (performance) dalam hubungannya dengan
tujuan
Kekuatan dan kelemahan MBO
KEKUATAN
|
KELEMAHAN
|
·
MBO melakukan integrasi fungsi perencanaan dan
pengawasan ke dalam suatu sistem rasional dalam manajemen
·
MBO mendorong organisasi untuk menentukan
tujuan dari tingkatan atas hingga tingkatan bawah dari manajemen
·
MBO memfokuskan pada hasil akhir daripada niat
baik maupun faktor personal
·
MBO mendorong adanya manajemen diri dan
komitmen dari setiap orang melalui partisipasi pada setiap tingkatan
manajemen dalam penentuan tujuan
|
·
MBO dianggap terlalu menyederhanakan kegiatan
dengan berusaha untuk menyelesaikan segala sesuatu
·
MBO secara cepat akan ditolak oleh manajer
yang memiliki gaya otoriter dan oleh mereka yang menerapkan birokrasi yang
tidak fleksibel dan ketat
·
MBO memerlukan banyak waktu dan usaha dalam
implementasinya
·
MBO dapat menjadi tantangan bagi manajer yang
kurang memiliki kualifikasi yang baik
|
Membuat MBO Efektif
1. Mendidik dan melatih manajer
bertujuan agar manajer memahami dan mempunyai keterampilan yang sesuai
2. Merumuskan tujuan secara jelas,
manajer dan bawahan harus diyakinkan bahwa tujuan realistis dan mudah dipahami,
dan akan digunakan untuk mengevaluasi
3. Menunjukkan komitmen manajemen puncak
secara kontinyu, maksudnya manajemen harus terus secara konsisten komitmen
terhadap MBO sehingga mampu tetap menjaga motivasi bawahan
4. Mendorong partisipasi, manajer harus
menyadari bahwa partisipasi bawahan dalam penetapan tujuan bersama dapat
mengandung implikasi pengalokasian kembali kekuasaan.
BAB 7
MANAJEMEN STRATEGIS
PERUSAHAAN
KONSEP DASAR MANAJEMEN STRATEGIS
Pengertian Manajemen Strategi
Griffin
(2000) mendefinisikan strategi sebagai rencana komprehensif untuk mencapai
tujuan organisasi (Strategy is
comprehensive plan for accomplishing an organization’s goals). Bagi
organisasi bisnis strategi dimaksudkan untuk mempertahankan keberlangsungan
bisnis perusahaan dibandingkan para pesaingnya dalam memenuhi kebutuhan
konsumen. Sedangkan Manajemen Strategis menurut Robbins (2005) adalah
sekelompok keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja jangka
panjang organisasi.
Komponen Strategi
a. Kompetensi yang berbeda (Distinctive Competence); berarti
kelebihan yang dimiliki perusahaan dibandingkan perusahaan lainnya
b. Ruang lingkup (scope); adalah lingkungan di mana organisasi/perusahaan
beraktivitas apakah local, regional atau internasional.
c. Distribusi Sumber Daya (Resource Deployment); adalah bagaimana
sebuah perusahaan memanfaatkan dan mendistribusikan sumber daya yang
dimilikinya dalam menerapkan strategi perusahaan.
Jenis Strategi
Menurut
Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995), jenis/tingkatan strategi organisasi
terdiri atas :
1. Strategi tingkat perusahaan (Corporate-level strategy)
Adalah suatu proses pendefinisian semua
maksud dan tujuan organisasi dimana kegiatan usaha menjadi prioritas melalui
proses analisis dan diagnosis berbagai kekuatan dan kelemahan dengan
mempertimbangkan peluang dan ancaman yang ada. Terdapat 2
strategi tingkat perusahaan :
(1)
Strategi Portofolio, yaitu strategi yang
dilakukan perusahaan untuk meminimalkan resiko bisnis dengan melakukan
investasi di berbagai sektor bisnis. Strategi yang dapat dilakukan :
a.
Acquisition, dilakukan dengan mengambil
alih atau membeli perusahaan-perusahaan lain dalam satu industri tertentu
b.
Unrelated Diversivication, dilakukan
dengan membentuk suatu bisnis pada sektor baru, atau mengambil alih perusahaan
yang berbeda sektor
c.
Matrix BCG, dilakukan berdasarkan pada
indikator pertumbuhan pasar (Market Growth) dan pangsa pasar (Market Share)
Posisi Question
Mark, dapat tidaknya perusahaan melanjutkan bisnis bergantung misal pada
kondisi keuangannya
Posisi Star,
perusahaan tengah meraih kesuksesan dalam bidang bisnisnya
Posisi Cash
Cow, perusahaan mengalami kesuksesan yang tinggi dengan memperoleh
pendapatan yang berlebih. Ketersediaan dana dapat dialokasikan untuk kegiatan
bisnis yang lain.
Posisi Dogs,
perusahaan mengalami kondisi yang buruk dalam sektor bisnisnya, sebaiknya
perusahaan menutup usahanyan
(2)
3
strategi utama yaitu :
a. Strategi pertumbuhan (Growth
Strategy), dilakukan untuk pengembangan kegiatan bisnis perusahaan
dengan maksud meningkatkan pangsa pasar, pendapatan, atau peningkatan jumlah
cabang perusahaan. Dapat dilakukan secara internal dengan menambah
cabang-cabang baru, dan secara eksternal dengan membuka jenis usaha baru
seperti pengambilalihan perusahaan lain, penggabungan dengan perusahaan lain.
b. Strategi Stabilitas (Stability
Strategy), dilakukan untuk
mempertahankan keadaan perusahaan di pasar. Dapat dilakukan dengan perbaikan
cara pengolahan organisasi
c. Strategi penciutan/penghematan (Retrenchment
Strategy). Dilakukan untuk memulihkan posisi perusahaan di pasar
dari kondisi yang buruk. Dapat dilakukan antara lain dengan efisiensi di
berbagai kegiatan perusahaan, mengurangi jumlah pekerja.
2. Strategi tingkat bisnis (Business-level strategy)
Adalah strategi yang dilakukan pada
timgkat unit bisnis yang menekankan pada posisi kompetitif untuk produk atau
segmen tertentu yang dilakukan oleh suatu divisi. Strategi ini dilakukan dalam
rangka mempertahankan kemampuan kompetisi dari perusahaan dibandingkan para
pesaingnya pada bisnis yang sama.
5 faktor pendorong kompetisi dari
Michael Porter : (1) Pelanggan, (2) Persaingan dalam bisnis yang sama, (3)
Potensi pendatang baru, (4) pemasok untuk faktor input, (5) Perusahaanuntuk
produk substitusi.
Gambar
7.2 Lima kekuatan model Porter
Strategi yang dapat dilakukan :
(1)
Strategi
Pemosisian (Positioning Strategy),
·
strategi
(2) Strategi Penyesuaian (Adaptive Strategy)
3. Strategi tingkat fungsional (Functional-level strategy)
Adalah strategi yang dilakukan
sebagai upaya memaksimalkan sumber-sumber produktifitas dalam membantu hambatan
pada strategi bisnis maupun strategi perusahaan. Strategi ini dilakukan untuk
menjawab apa saja yang perlu dilakukan perusahaan untuk memenagkan persaingan.
Ada 2 faktor yang menentukan strategi di tingkat fungsional yaitu kesamaan
pasar dan kesamaan sumber.
Tingkatan-tingkatan
strategi tersebut jika digambarkan nampak pada gambar berikut ini :
Multibusiness Corporation
|
Strategi di Tingkat
Perusahaan
Strategi
di Tingkat Bisnis
Strategi di
Tingkat Fungsional
Gambar 8. Tiga Tingkatan Strategi
MELAKUKAN
MANAJEMEN STRATEGIS
Penyusunan Strategi
Untuk melakukan strategi
dilakukan proses penyusunan strategi yang pada dasarnya terdiri 3 fase :
Penilaian keperluan penyusunan strategi
|
Analisis situasi internal dan eksternal
|
Implementasi
Gambar 9. Proses
Penyusunan Strategi
a.
Penilaian Keperluan
Penyusunan Strategi
Sebelum strategi disusun perlu ditanyakan terlebih dahulu
apakah memang penyusunan strategi perlu dilakukan atau tidak karena terkait
dengan strategi yang akan dilakukan apakah memang sesuai dengan tuntutan
perubahan lingkungan ataukah sebaliknya
b.
Analisis Situasi
Pada tahap ini perusahaan perlu melakukan analisis mengenai
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki organisasi sekaligus menganalisis peluang
dan tantangan yang dihadapi organisasi. Salah satu pendekatan paling popular
dalam fase ini adalah dengan analisis SWOT (SWOT
Analysis). SWOT adalah kependekan dari Strength
(Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunities (Peluang), dan Threat (Tantangan). Analisis mengenai kekuatan dan kelemahan
terkait dengan faktor-faktor yang telah dimiliki dan ada pada perusahaan,
misalnya sumber daya manusia yang produktif (kekuatan), keterbatasan dana
(kelemahan), dan lain sebagainya.
c.
Penilaian Strategi
Perusahaan perlu menentukan strategi yang akan diambil dari
berbagai alternative yang ada. Pada dasarnya alternative strategi terbagi atas:
(1) strategi menyerang atau agresif (aggressive
or offensive strategy), (2) strategi bertahan cenderung menghindari resiko (defensive strategy), (3) strategi
mengambil dan menghindari resiko (turn-arround)
Turn-Arround strategy Aggressive Strategy
Defensive strategy Turn-Arround Strategy
Gambar 10. Pilihan
Strategi Berdasarkan Analisis SWOT
PROSES MANAJEMEN STRATEGIS
Proses
manajemen strategis secara garis besar dapat dibagi dua yaitu :
a.
Perencanaan strategis (strategic planning)
Adalah proses
pemilihan tujuan-tujuan organisasi, penentuan strategi, kebijaksanaan,
program-program strategis yang diperlukan untuk tujuan-tujuan
tersebut, dan penetapan metode yang diperlukan untuk menjamin bahwa strategi
dan kebijaksanaan telah diimplementasikan (Stoner : 1992). Dapat diartikan pula
sebagai suatu perencanaan ke depan yang ditetapkan untuk dijadikan pegangan,
mulai dari tingkat corporate sampai pada tingkat unit bisnis.
b.
Implementasi strategis (strategic implementation).
Proses ini
mencakup implementasi yang dijalankan berdasarkan strategi yang dipilih dan
juga pengendalian dan implementasi yang dilakukan.
Perencanaan strategi
Implementasi Strategi
Gambar 11. Proses Manajemen Strategis
BAB 8
FUNGSI PENGORGANISASIAN
KONSEP DASAR PENGORGANISASIAN
Kata
organisasi mempunyai 2 pengertian umum yaitu : (1) menandakan suatu lembaga
atau kelompok fungsional, seperti organisasi perusahaan, rumah sakit,
pemerintah, dsb. (2) berkenaan dengan proses pengorganisasian, sebagai suatu
cara di mana kegiatan organisasi dialokasikan dan ditugaskan diantara para
anggotanya agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efisien. Menurut James
D. Mooney menyebutkan ‘ Organization is
form of every human association for the attainment of common purpose’
artinya bahwa organisasi merupakan setiap bentuk perserikatan manusia untuk
mencapai tujuan bersama.
Pengorganisasian
(organizing) merupakan proses organisasi yang sesuai
dengan tujuan organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang
dimilikinya dan lingkungan yang melingkupinya. Pengorganisasian dapat pula
diartikan sebagai proses penyesuaian struktur organisasi dengan tujuan, sumber
daya, dan lingkungannya.
Dalam
proses pengorganisasian, manajer mengalokasikan keseluruhan sumber daya
organisasi sesuai dengan rencana yang telah dibuat berdasarkan suatu kerangka
kerja organisasi tertentu. Kerangka kerja organisasi tersebut disebut sebagai
desain organisasi (organizational
design). Bentuk spesifik dari kerangka kerja organisasi dinamakan struktur
organisas
EMPAT PILAR DALAM PENGORGANISASIAN
Menurut
Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995)
ada empat pilar yang menjadi dasar untuk melakukan proses pengorganisasian,
yaitu :
1.
Pembagian
Kerja (Division of Work)
Adalah upaya
untuk menyederhanakan dari keseluruhan kegiatan dan pekerjaan menjadi lebih
sederhana dan spesifik. Pada hakekatnya kelompok dua orang atau lebih yang
bekerjasama secara kooperatif dan dikoordinasikan dapat mencapai hasil lebih
dari pada jika dilakukan perorangan.
2. Pengelompokan Pekerjaan (Departementalization)
Adalah
pengelompokkan pekerjaan-pekerjaan berdasarkan kriteria tertentu yang sejenis
atau aktivitas untuk menyusun satuan-satuan yang diperlukan untuk melaksanakan
fungsi yang ada. Dikatakan pula merupakan proses penentuan bagian-bagian dalam
organisasi yang akan bertanggungjawab dalam melakukan berbagai jenis pekerjaan
yang telah dikategorikan berdasarkan faktor-faktor tertentu. Beberapa bentuk departementalisasi yang dapat
digunakan, antara lain :
a. Fungsi;
pemasaran, produksi, keuangan, dsb
b. Produk
atau jasa; divisi mesin cuci, lemari es, televise, atau radio
c. Wilayah;
divisi DKI Jakarta, Jawa Barat, dsb
d. Langganan;
penjualan industry, pengecer, pemerintah, dan konsumen
e. Proses
atau peralatan; departemen pemotongan,
perakitan, pembungkusan, dsb
f.
Waktu; shift pagi, siang, dan malam
g. Pelayanan;
kelas bisnis, eksekutif, ekonomi
3. Penentuan relasi antar bagian dalam
organisasi (Hierarchy)
Adalah berapa
banyak pekerjaan dan berapa orang yang perlu dikelompokkan untuk setiap bagian
atau departemen. Dua konsep penting dalam penentuan hierarki, yaitu span of management control yang terkait dengan jumlah orang atau bagian
di bawah suatu departemen yang akan bertanggungjawab pada departemen atau
bagian tertentu dan chain of command
yang menjelaskan bagaimana batasan kewenangan dibuat dan siapa , serta bagian
mana akan melapor ke bagian mana. Chain
of command juga menunjukkan garis perintah dalam sebuah organisasi dari
hierarki yang paling tingi hingga hierarki yang paling rendah.
4.
Koordinasi
(Coordination)
Adalah bagaimana
agar pembagian kerja yang telah dilakukan beserta penentuan desain
organisasinya berjalan secara efektif dan efisien. Menurut Stoner, Freeman, dan
Gilbert (1995) ‘coordination is the
process of integrating the activities of separate departments in order to
pursue organizational goals effectively’, artinya koordinasi adalah proses
dalam mengintegrasikan seluruh aktivitas dari berbagai departemen atau bagian
dalam organisasi agar tujuan organisasi bias tercapai secara efektif.
STRUKTUR ORGANISASI
Struktur
organisasi pada dasarnya merupakan desain organisasi di mana manajer melakukan
alokasi sumber daya yang dimiliki organisasi.,serta bagaimana keseluruhan kerja
tersebut dapat dikoordinasikan dan dikomunikasikan. Struktur organisasi disebut juga desain organisasi (Organization Design) dapat didefinisikan
sebagai mekanisme-mekanisme formal dengan mana organisasi dikelola. Struktur
organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap
hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi,
maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung
jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Sementara Stoner mengartikan
struktur organisasi sebagai susunan dan hubungan-hubungan antar komponen
bagian-bagian dan posisi-posisi dalam suatu organisasi.
Suatu
struktur organisasi merinci pembagian aktivitas kerja dan menunjukkan bagaimana
berbagai tingkatan aktivitas berkaitan satu sama lain, sampai tingkat tertentu
dan juga menunjukkan spesialisasi dari aktivitas kerja. Beberapa faktor utama
yang menentukan perancangan struktur organisasi adalah sebagai berikut :
1.
Strategi organisasi
Chandler
mengemukakan bahwa struktur akan mengikuti strategi. Strategi akan menjelaskan
aliran wewenang dan saluran komunikasi akan dapat disusun diantara para manajer
dan bawahan. Apabila terjadi perubahan pada strategi organisasi, akan berdampak
pula pada struktur organisasi.
2.
Teknologi
Perbedaan
teknologi yang digunakan akan membedakan bentuk struktur organisasi. Teknologi
yang digunakan terkait dengan cara bagaimana sebuah produk dari sebuah
organisasi bisnia dihasilkan atau juga dengan cara bagaimana pekerjaan
dilakukan.
3.
Lingkungan
Kemampuan dan
cara berfikir karyawan serta kebutuhan mereka untuk bekerja sama harus
diperhatikan dalam rancangan struktur organisasi. Termasuk di dalamnya
pihak-pihak di luar organisasi seperti supplier, pelanggan, dsb.
4.
Ukuran organisasi (Skala organisasi)
Besarnya
organisasi secara keseluruhan maupun satuan-satuan kerjanya akan sangat
mempengaruhi struktur organisasi. Semakin besar ukuran organisasi, maka
struktur organisasi akan semakin kompleks. Ukuran organisasi dapat dilihat dari
jumlah penjualan, pangsa pasar, hingga jumlah tenaga kerja.
Beberapa pendekatan dalam
Departementalisasi
1. Pendekatan Fungsional (Functional departementalization)
Proses
departementalisasi dilakukan berdasarkan fungsi-fungsi tertentu yang mesti
dijalankan dalam sebuah organisasi.
Funcional
Departmentalization
2.
Pendekatan
Produk (Product Departementalization)
Penentuan bagian-bagian
dalam organisasi ditentukan berdasarkan jenis produk yang dibuat oleh
organisasi.
Product
Departmentalization
Gambar 13.
Gambar 14
3.
Pendekatan
Pelanggan (Customer Departementalization)
Penentuan
bagian-bagian dalam organisasi ditentukan berdasarkan karakteristik pelanggan
yang menjadi sasaran pelanggan dari organisasi
Customer
Departmentalization
Gambar 15
4. Pendekatan Geografis
Penentuan
bagian-bagian dalam organisasi ditentukan berdasarkan wilayah geografis di mana
organisasi beroperasi
Geographic
Departmentalization
Gambar 16
5. Pendekatan Matrix
Pendekatan ini
pada dasarnya merupaka proses departementalisasi yang menggabungkan antara
pendekatan fungsional dengan pendekatan lain, seperti berdasarkan proyek
tertentu, produk tertentu, ataupun berdasarkan pendekatan lainnya.
Manajer Riset
& Pengembangan
|
Gambar 17
BAB 9
KEKUASAAN, WEWENANG, TANGGUNG JAWAB dan
PENDELEGASIAN WEWENANG
Desain organisasi merupakan bagian
dari proses pengorganisasian sebuah organisasi, khususnya organisasi bisnis.
Pendekatan-pendekatan yang diambil dalam menyusun organisasi melahirkan empat konsep yang penting dalam
struktur organisasi, yaitu :
KEKUASAAN (POWER)
Kekuasaan
atau power diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi orang atau
merubah orang atau situasi. Kekuasaan merupakan konsekuensi logis yang muncul
dari setiap organisasi yang di dalamnya terdapat pimpinan dan bawahan.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu. Kekuasaan manajer adalah
potensi pimpinan untuk mempengaruhi bawahan untuk melakukan apa yang
dikehendali oleh atasan dalam mencapai tujuannya bias dengan perintah,
pemaksaan ataupun sangsi.
Faktor yang mendasari kekuasaan
Menurut French dan Raven , seperti dikutip Stoner, Freeman dan Gilbert (1995) terdapat lima factor yang
mendasari lahirnya sebuah kekuasaan (source
of power), yaitu :
1. Reward Power
(kekuasaan atas penghargaan)
Adalah kekuasaan untuk memberikan
penghargaan adalah kekuasaaan yang muncul sebagai akibat dari seseorang yang
posisisnya memungkinkan dirinya untuk memberikan penghargaan terhadap
orang-orang yang berada di bawahnya. Contoh adalah kekuasaaan yang dimiliki
oleh seorang manajer SDM, disebabkan posisi dirinya membawahi seluruh SDM
organisasi.
2. Coercive Power
(Kekuasaan paksaan)
Yaitu kekuasaan untuk memberikan
hukuman adalah kebalikan dari reward power. Kekuasaan ini merupakan kekuasan
seseorang untuk memberikan hkuman atas kinerja yang buruk yang ditunjukkan oleh
SDM atau tenaga kerja dalam sebuah organisasi.
3. Legitimate Power (Kekuasaan Sah)
Adalah kekuasaan yang muncul akibat
dari suatu legitimasi tertentu. Misalnya seseorang yang diangkat menjadi
pemimpin, secara otomatis dia memiliki kekuasaan yang sah atau terlegitimasi.
4. Expert Power
(kekuasaan karena keahlian)
Adalah kekuasan yang berdasarkan
keahlian keahlian atau kepakaran, yaitu kekuasan yang muncul sebagaia akibat
dari kepakaran atau keahlian yan dimiliki oleh seseorang. Misalnya, dokter
memiliki keahlian mendiagnosa
5. Referent Power
(kekuasaan panutan)
Adalah kekuasaan yang muncul akibat
adanya karakteristik yan diharapkan oleh seseorang atau sekelompok orang
terhadap seseorang yan memiliki pengaruh terhadap seseorang yang memiliki
pengaruh terhadap seseorang atau sekelompok orang tersebut. Misal ketika rakyat
menginginkan sosok pemimpin yang jujur maka mereka akan memilih pemimpin yang
dikenal jujur.
Menurut
Amitai Etzioni, seorang pemimpin dapat mempengaruhi perilaku adalah hasil dari
kekuasaan, yaitu :
1. Kekuasaan Posisi (Position Power)
Adalah kekuasaan yang diperoleh dari
wewenang formal suatu organisasi. Besarnya kekuasaan ini tergantung seberapa
besar wewenang didelegasikan kepada individu, yangmenduduki posisi tersebut.
2. Kekuasaan Pribadi (personal Power)
Adalah kekuasaan yang diperoleh dari
para pengikut dan didasarkan atas seberapa besar para pengkiut mengagumi,
respek, dan merasa terikat pada seorang pemimpin.
KEWENANGAN (AUTHORITY)
Kewenangan
pada dasarnya merupakan bentuk lain dari kekuasaan yang sering kali
dipergunakan dalam sebuah organisasi. Kewenangan merupakan kekuasaan formal
atau terlegitimasi. Wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah
orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan
tertentu. Menurut G.R. Terry ‘Auttority
is the official and legal right to command action by others and enforce
compliance’, artinya wewenang adalah kekuasaan resmi dan kekuasaan untuk
menyuruh pihak lain supaya bertindak dan taat kepada pihak yang memiliki
wewenang. Menurut Robbins wewenang adalah hak-hak yang melekat pada posisi
manajerial tertentu yang member tahu orang apa yang harus dilakukan dan
mengharapkan orang itu melakukannya.
Ada dua pandangan mengenai sumber kewenangan formal, yaitu :
Pandangan
Klasik (Teori Formal)
Pandangan ini menyebutkan bahwa
wewenang adalah dianugerahkan, wewenang ada karena seseorang diberi atau
dilimpahkan atau diwarisi. Kewenangan pada dasarnya lahir sebagai akibat adanya
kewenangan yang lebih tingi dari kewenangan yang diberikan. Wewenang formal
berasal dari tingkat masyarakat yang lebih tinggi kemudian secara hukum
diturunkan dari tingkat yang atas ke tingkat yang lebih bawah, atau bersifat
pendekatan top-down.
Pandangan
berdasarkan Penerimaan (acceptance theory of authority)
Pandangan ini memandang bahwa
kewenangan formal akan dijalankan atau diterima bawahan tergantung dari
beberapa persyaratan. Menurut Chester Barnard persyaratan tersebut terdiri atas
4 hal, yaitu (1) bawahan dapat memahami apa yang diinginkan atau
dikomunikasikan oleh pimpinan, (2) bawahan merasa yakin apa yang diperintahkan
konsisten atau tidak bertentangan dengan rencana pencapaian tujuan organisasi,
(3) bawahan meyakini bahwa apa yang diperintahkan konsisten mendukung nilai,
misis, maupun potif pribadi atau kelompoknya, (4) bawahan memiliki kemampuan
secara mental maupun fisik menjalankan apa yang diperintahkan.
Beberapa jenis kewenangan dalam organisasi, yaitu :
1. Kewenangan Lini (Line Authority)
Adalah kewenangan, hak dan tanggung
jawab langsung berada pada seseorang atas tercapainya tujuan. Kewenangan garis
direpresentasikan oleh chain of command dari mulai hierarki yang tertingi
hingga hierarki terendah. Pimpinan berwenang mengambil keputusan dan berkuasa,
berhak serta bertanggungjawab langsung untuk merealisasikan keputusan tersebut.
Line Authority dalam struktur organisasi disimbolkan dengan garis.
Line of
Authority
Gambar 18
Kewenangan
garis dalam bisnis restoran
2. Kewenangan Staf (Staff Authority)
Adalah kewenangan dan hak,”hanya’
untuk memberikan data, informasi dan saran-saran saja untuk membantu lini
supaya bekerja efektif dalam mencapai tujuan. Seseorang yang memiliki staff authority tidak berhak mengambil
keputusan dan merealisasikan keputusan serta tidak bertanggungjawab langsung
atas tercapainya tujuan. Tugasnya hanya membantu lini untuk menyediakan data,
informasi dan saran-saran. Dalam struktur organisasi disimbolkan dengan garis
putus-putus.
3. Kewenangan Fungsional (Functional Authority)
Adalah kewenangan seorang manajer
karena proses, praktek, kebijakan-kebijakan tertentu atau soal lain yang
berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan oleh pegawai. Wewenangnya adalah dapat
melakukan control atau koordinasi dengan bagian lainnya.
Konsultan Manajemen, Pajak, dll
|
Staff
Authority
Functional
Authority
Gambar 19 Kewenangan staf dan fungsional dalam
bisnis restoran
Kadangkala terjadi konflik antara
mereka yang berada di bagian lini dan staf yang disebabkan oleh perbedaan usia,
pengalaman, pendidikan, atau karena factor perilaku dari orang-orang yang
berada di perusahaan.
4. Kewenangan Pribadi (Personality Authority)
Adalah kewibawaaan seseorang karena
kecakapan perilaku, kemampuan, keahlian sehingga ia disegani oleh orang lain.
TANGGUNG JAWAB (RESPONSIBILITY)
Tanggung
jawab (responsibility) adalah
kewajiban untuk melakukan sesuatu yang
timbul bila seorang bawahan menerima wewenang manajer untuk mendelegasikan
tugas atau fungsi tertentu. Jika kewenangan merupakan kekuasaan untuk melakukan
sesuatu, tanggung jawab adalah memberikan arah untuk apa dan kemana semestinya
kekuasaan itu dipergunakan. Menurut Hasibuan
(2001) tangung jawab adalah sebuah keharusan untuk melakukan semua kewajiban/tugas
yang dibebankan kepadanya sebagai akibat dari wewenang yang diterima atau
dimilikinya. Menurut Robbins (2005)
tanggung jawab adalah kewajiban untuk melaksanakan tugas apa saja yang
dibebankan. Dalam setiap bagian dalam organisasi memiliki kewenangan sekaligus
juga tangung jawab dalam pencapaian tujuan organisasi. Istilah lain yang sering
digunakan adalah akuntabilitas (accountability)
yang berkenaan dengan kenyataan bahwa bawahan akan selalu diminta
pertanggungjawabannya atas pemenuhan tanggung jawab yang dilimpahkan kepadanya.
PELIMPAHAN WEWENANG (DELEGATION)
Pelimpahan pada
dasarnya merupakan proses pengalihan tugas kepada orang lain yang sah atau
terlegitimasi (menurut mekanisme tertentu dalam organisasi) dalam melakukan
berbagai aktivitas yang ditujukan untuk pencapaian tujuan organisasi. Delegation pmerupakan pelimpahan
wewenang dan tanggung jawab formal kepada orang lain untuk melakukan kegiatan
tertentu. Pelimpahan wewenang adalah proses di mana para manajer mengalokasikan
wewenang ke bawah yaitu kepada orang-orang yang melapor kepadanya. Dengan
demikian maka pendelegasian wewenang merupakan proses yang bertahap dan yang
menciptakan pembagian kerja, hubungan kerja, dan adanya kerja sama dalam suatu
organisasi.
Manfaat pelimpahan wewenang :
1. Pelimpahan wewenang memungkinkan sub
bagian atau bawahan mempelajari sesuatu yang baru dan memperoleh kesempatan
untuk melakukan sesuatu yang baru. Keadaan ini memungkinkan bawahan untuk
belajar bertanggungjawab akan sesuatu yang baru.
2. Pelimpahan wewenang mendorong
tercapainya keputusan yang lebih baik dalam berbagai hal. Memungkinkan manajer
memusatkan tenaganya pada tugas-tugas prioritas yang lebih penting.
3. Pelimpahan wewenang dapat
menyelesaikan pekerjaan dilakukan dengan lebih cepat sekiranya pelimpahan
wewenang tersebut berjalan sebagaimana mestinya dan diberikan kepada orang yang
bertangungjawab.
Kendala pelimpahan wewenang :
1. Staf yang tidak memiliki kemampuan
atau kapabilitas untuk menerima dan menjalankan sesuatu yang didelegasikan
kepadanya akan menghambat pencapaian tujuan yang lebih baik
2. Pelimpahan wewenang seringkali
dilakukan bukan sebagai proses pembelajaran dan pemberian kepercayan dari
atasan kepada bawahan
3. Pelimpahan wewenang tidak berarti
juga terjadi pelimpahan tanggung jawab, karena hanya merupakan pelimpahan
beberapa hal yang dapat dikerjakan oleh bawahan, tetapi tanggung jawab
sepenuhnya masih berada di tangan pihak yang melimpahkan wewenang.
Kunci pokok pelimpahan wewenang efektif
a. Kepercayaan manajer terhadap bawahan
dalam melimpahkan wewenang.
b. Adanya komunikasi yang terbuka antara manajer dan bawahan
c. Kemampuan manajer dalam memahami
tujuan organisasi, tuntutan dari setiap pekerjaan, dan kemampuan bawahan.
Menurut Stoner prinsip klasik mengenai dasar agar pelimpahan
wewenang jadi efektif, yaitu :
1. Prinsip Scalar (Scalar Principle)
Dalam proses pelimpahan wewenang
harus ada garis wewenang yang jelas mengalir setingkat demi setingkat dari
tingkat organisasi paling atas ke tingkat paling bawah. Garis wewenang yang
jelas akan memberikan kemudahan mengenai kepada siapa delegasi harus diberikan,
siapa yang memberikan delegasi, dan kepada siapa pertangungjawaban harus
dilakukan.
Garis wewenang uga dimaksudkan agar
terhindar dati (a) kesenjangan (gap),
(b) tumpang tindih (overlaps), (c)
perintah berganda (splits of command)
2. Prinsip Kesatuan Perintah (Unity of Command)
Prinsip ini menyatakan bahwa setiap
bawahan dalam organisasi seharusnya melapor kepada hanya seorang atasan yang
memberikan kewenangan kepadanya.
3. Tanggung jawab, kewenangan, dan
pertanggungjawaban
Prinsip ini beranggapan bahwa
pelimpahan wewenang dilakukan untuk memperjelas siapa yang akan
bertanggungjawab atas suatu pekerjaan dan dengan kewenangan seperti apa,
sehingga proses pertanggungjawaban dari apa yang telah didelegasikan juga akan
menjadi lebih mudah dan jelas.
Tindakan agar pelimpahan wewenang
berjalan efektif
a. Penentuan hal-hal yang dapat
didelegasikan
b. Penentuan orang yang layak menerima
delegasi
c. Penyediaan sumber daya yang
dibutuhkan
d. Pelimpahan tugas yang akan diberikan
e. Intervensi pada saat diperlukan
Rentang Kendali (Span of Control)
Span of
Controla adalah jumlah karyawan yang dapat dikelola oleh seorang manajer secara
efisien dan efektif (Robbins, 2005). Rentang kendali juga dapat berarti jumlah
bawahan yang secara langsung memberikan laporan kepada seorang manajer
tertentu.
Rentang
kendali perlu dalam suatu organisasi karena adanya ‘limits factors’
(keterbatasan) manusia, yaitu :
a. Keterbatasan waktu, artinya bahwa pada
saat yang bersamaan seorang pemimpin tidak dapat melakukan pekerjaan yang
beraneka macam. Misalnya pada jam yang sama tidak mungkin manajer mengerjakan
dua pekerjaan sekaligus, karena itu perlu bantuan orang lain.
b. Keterbatasan pengetahuan, artinya
bahwa seorang pemimpin tidak mungkin dapat mengetahui semua pekerjaan dalam
perusahaan, karena itu perlu diadakan pembagian pekerjaan kepada bawahannya.
c. Keterbatasan kemampuan, artinya bahwa
seorang pemimpin perusahaan kemampuannya terbatas, karena itu perlu diadakan
batas jumlah bawahan langsungnya.
d. Keterbatasan perhatian, artinya bahwa
seorang pemimpin terbatas perhatiannya, ia tidak dapat memperhatikan semua
masalah yang dilakukan bawahannya, sehingga perlu diadakan pembatasan jumlah
bawahan yang dipimpinnya.
Ukuran rentang yang ideal merupakan
hal yang diharapkan karena berkaitan dengan aspek efisiensi. Ada beberapa
factor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan rentang kendali, yaitu :
1. Kesamaan fungsi-fungsi; semakin sejenis fungsi-fungsi yang dilaksanakan maka rentang kendali
semakin lebar
2. Kedekatan geografis; semakin dekat
kelompok kerja maka rentang kendali semakin lebar
3. Tingkat pengawasan langsung yang
dibutuhkan; semakin sedikit pengawasan langsung yang dibutuhkan, rentang
semakin melebar
4. Tingkat koordinasi pengawasan yang
dibutuhkan; semakin berkurang koordinasi yang dibutuhkan, rentang semakin lebar
5. Perencanaan yang dibutuhkan manajer;
semakin sedikit perencanan yang dibutuhkan rentang semakin lebar
6. Bantuan organisasional yang tersedia
bagi pengawas; lebih banyak bantuan yang diterima pengawas dalam fungsi-fungsi
organisasi rentang semakin lebar
Sentralisasi, Desentralisasi dan Formalisasi dalam Pengorganisasian
Sebagai
konsekuensi logis adanya pelimpahan wewenang, maka terdapat dua cara pokok
dalam menjalankan fungsi pengorganisasian, yaitu :
·
Sentralisasi, merujuk pada cara pengorganisasian
di mana keseluruhan tugas, tanggung jawab, dan perintah dipusatkan dari
hierarki yang paling tinggi ke hierarki paling bawah.
·
Desentralisasi, merujuk pada konsep
pengorganisasian yang memandang bahwa perlu adanya pembagian porsi dalam hal
pengambilan keputusan dan kebijakan menyangkut dengan cara bagaimana organisasi
dijalankan.
·
Formalisasi, adalah tingkat di mana pekerjaan
dalam organisasi itu terstandarisasi dan sejauh mana perilaku karyawan
dibimbing oleh peraturan dan prosedur
Desain Pekerjaan (Job Design)
Proses
pembagian pekerjaan dalam suatu
organisasi dinamakan Job Design
(desain pekerjaan). Pada dasarnya merupakan pembagian kerja yang akan dilakukan
organisasi pada seluruh anggota organisasi. Menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995) terdapat tiga pendekatan dalam
melakukan desain pekerjaan, yaitu :
a. Pendekatan mekanis
Menurut pendekatan ini pekerjaan
dibagi berdasarkan beban pekerjaannya apakah bersifat rutin dan tidak rutin.
b. Pendekatan Motivasi
Menurut pendekatan ini pekerjaan
harus didesain dan dibagi berdasarkan motif yang berbeda-beda yang dimiliki
oleh para pekerja. Untuk meningkatkan motivasi para pekerja adalah melakukan
(1) Job Enlargement atau perluasan
pekerjaan adalah upaya yang dilakukan seorang manajer dengan memperluas
pekerjaan yang harus dilakukan seorang pekerja pada level pekerjaan yang sama
menjadi satu pekerjaan. (2) Job Enrichment
atau pemerkayaan pekerjaan merupakan perluasan kesempatan dari seorang pekerja
untuk melakukan suatu pekerjaan yang berbeda atau mungkin lebih luas dari
keadaan pekerjaannya semula. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
Job Rotation atau rotasi tenaga
kerja, yaitu menempatkan tenaga kerja pada posisi yang berbeda-beda menurut
periode waktu yang berbeda-beda sehingga pekerja tidak merasa bosan atas
pekerjaannya
c. Pendekatan Biologis
Menurut pendekatan ini pekerjaan
didesain sedemikian rupa dengan mempertimbangkan aspek biologis para tenaga
kerja seperti keamanan gender (terkait isu pelecehan seksual), keamanan lingkungan
(sirkulasi udara yang baik dalam ruang tempat bekerja).
BAB 10
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Sumber daya manusia merupakan sumber daya penting dalam suatu organisasi.
Tanpa orang-orang yang cakap organisasi dan manajemen akan gagal mencapai
tujuannya. Oleh karena itu manajer perlu melakukan perekrutan orang-orang yang
memiliki kemampuan dan keahlian sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan. Tujuan
semua itu adlah untuk mengoptimalkan kegunaan/produktivitas semua pekerja dalam
suatu organisasi sehingga mampu memberikan kontribusi yang positif terhadap
pencapaian tujuan ynag telah ditetapkan.
Manajemen sumber daya manusia bisa
didefinisikan sebagai prosesserta upaya untuk merekrut, mengembangkan,
memotivasi, serta mengevaluasi keseluruhan sumber daya manusia yang diperlukan
perusahaan dalm pencapaian tujuannya. Hal itu mencakup dari mulai memilih siapa
saja yang memiliki kualifikasi dan tepat untuk menempati posisi dalam
perusahaan (the man on the right place)
Pada dasarnya fungsi bagian
personalia adalah merencanakan konsep perekrutan, pengembangan dan peningkatan
kualitas sumber daya manusia yang diperlukan oleh perusahaan.
Kebijakan-kebijakan yang menyangkut peraturan tenaga kerja, kualifikasi
perekrutan, pengembangan karier dari mulai pengiriman tenaga kerja untuk
mengikuti pelatihan-pelatihan hingga melanjutkan studi, program insentif maupun
bonus bagi tenaga kerja, dan lain-lainnya merupakan fungsi utama dari bagian
personalia ini.
Proses Manajemen Sumber Daya Manusia
Proses manajemen sumber daya manusia
adalah segala proses yang berkaitan dengan upaya yang dilakukan dari mulai
perencanaan sumber daya manusia, perekrutan, penandatanganan kontrak kerja,
penempatan tenaga kerja hingga pembinaan dan pengembangan tenaga kerja guna menempatkan
dan tetap memeilhara tenaga kerja pada posisi dan kualifikasi tertentu serta
bertanggungjawab sesuai dengan persyaratan yang diberikan kepada tenaga kerja
tersebut.
Secara garis
besar proses manajemen sumber daya manusia dibagi dalam lima bagian fungsi
utama, yaitu :
Personnel Procurement; rekrutmen,
seleksi, penempatan,
|
Personnel
Development; orientasi, pendidikan, pelatihan
|
Personnel
Utilization; promosi, demosi, transfer
|
Personnel
Maintenance; insentif, penghargaan, dll
|
Gambar 20. Proses Manajemen Sumber Daya Manusia
1.
Perencanaan Sumber Daya Manusia (Human Resource Planning)
Adalah perencanaan strategis untuk
mendapatkan dan memelihara kualifikasi sumber daya manusia yang diperlukan bagi
organisasi atau perusahaan dala mencapai tujuan perusahaan.
Ada beberapa langkah strategis
sehubungan dengan perencanan sumber daya manusia menurut Cesto, Husted, dan
Douglas, yaitu :
a.
Representasi
dan refleksi dari rencana strategis perusahaan, artinya kualifikasi sumber daya
manusia yang nantinya dirumuskan sudah seharusnya memenuhi criteria sebagaimana
disyaratkan dalam perencanaan strategis perusahaan secara keseluruhan, serta
terintegrasi dengan bagian-bagian perusahaan lainnya seperti bagian produksi,
pemasaran, dan lain sebagainya.
b.
Analisa
dari kualifikasi tugas yang akan diemban oleh tenaga kerja. Langkah ini adalah
upaya pemahaman atas kualifikasi kerja yang diperlukan untuk pencapaian rencana
strategis perusahaan. Ada tiga hal yang yang dilakukan yaitu :
-
Analisa
jabatan (Job analysis), merupakan
persyaratan detail tentang jenis pekerjaan yang diperlukan serta kualifikasi
tenaga kerja yan diperlukan untuk mampu menjalankannya.
-
Deskripsi
jabatan (Job description), meliputi rincian pekerjaan
yang akan menjadi tugas tenaga kerja tersebut.
-
Spesifikasi
jabatan (Job specification), merupakan rincian karakteristik atau kualifikasi
yang diperlukan bagi tenaga kerja yang dipersyaratkan, biasa disebut pula
kualifikasi personal (personnel
qualification). Kualifikasi personal juga terbagi atas kualifikasi umum (general qualification), yaitu
kualifikasi minimal yang diperlukan
seperti pendidikan, status, jenis kelamin, usia, dll dan kualifikasi
spesifik (Specific qualification)
yaitu kualifikasi tambahan yang secara spesifik sangat dibutuhkan untuk mengisi
jabatan tertentu.
c.
Analisa
ketersediaan tenaga kerja, merupakan sebuah perkiraan tentang jumlah tenaga
kerja beserta kualifikasinya yang ada dan diperlukan bagi perencanaan
perusahaan di masa yang akan datang
d.
Melakukan
tindakan inisiatif, merupakan analisa terhadap ketersediaan tenaga kerja yang
ada di perusahaan dan keperluannya bagi masa yang akan datang.
e.
Evaluasi
dan modifikasi tindakan, merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengevaluasi
apa yang telah direncanakan serta dilakukan dalam manajemen sumber daya manusia
dan dilakukan tindakan korektif apabila ada ketidaksesuaian atau terjadi
perubahan seiring perkembangan yang terjadi di perusahaan.
2.
Penyediaaan Sumber Daya Manusia (Personnel Procurement)
Ada beberapa aktivitas yang masuk
dalam kegiatan penyediaan tenaga kerja diantaranya yaitu :
·
Rekrutmen,
adalah upaya perusahaan untuk mendapatkan tenaga kerja yang diperlukan sesuai
dengan kualifikasi yang telah ditetapkan dalam perencanaan tenaga kerja. Ada
dua jenis rekrutmen yaitu :
-
Rekrutmen
internal (internal recruitment),
adalah proses untuk mendapatkan tenaga kerja yang dibutuhkan dengan
mempertimbangkan tenaga kerja yang sudah ada atau yang sudah dimiliki oleh
perusahaan, seperti berupa rotasi jabatan.
-
Rekrutmen
eksternal (external recruitment), yaitu perusahaan mendapatkan tenaga
kerja yang akan ditempatkan pada suatu jabatan tertentu yang diperolehnya dari
luar perusahaan, seringkali dinamakan outsourcing.
·
Seleksi,
adalah upaya untuk memperoleh tenaga kerja yang memenuhi syarat kualifikasi
dari sekian banyak calon tenaga kerja. Seleksi yang dilakukan antara lain
seleksi administrasi, seleksi kualifikasi, serta seleksi sikap dan perilaku.
·
Penempatan
tenaga kerja, adalah proses pemilihan tenaga kerja yang disesuaikan dengan
kualifikasi yang dipersyaratkan serta menempatkannya pada tugas yang telah
ditetapkan.
3.
Pengembangan Sumber Daya Manusia (Personnel Development)
Merupakan langkah yang bertujuan
untuk memastikan dan memelihara tenaga kerja yang tersedia tetap memenuhi
kualifikasi yang dipersyaratkan sehingga sesuai dengan perencanaan strategis
perusahaan serta tujuan perusahaan dapat tercapai sebagaimana direncanakan.
Secara garis besar program pengembangan tenaga kerja dapat dibagi dua yaitu :
a)
On the job bisa berupa :
·
Coaching, yaitu program berupa bimbingan yang diberikan atasan kepada bawahan mengenai
barbagai hal yang terkait dengan pekerjaan.
·
Planned progression, yaitu program berupa pemindahan
tenaga kerja kepada bagian-bagian lain melalui tingkatan yang berbeda-beda
·
Job rotation, yaitu program pemindahan tenaga
kerja ke bagian yang berbeda-beda dan tugas yang berbeda pula
·
Temporary task, yaitu berupa pemberian tugas pada
suatu kegiatan atau proyek atau jabatan tertentu untuk periode waktu tertentu.
·
Performance appraisal, adalah program penilaian prestasi
kerja dari para karyawan.
b)
Off the job bisa berupa :
·
Executive development programme, yaitu berupa program pengiriman
manajer atau tenaga kerja untuk berpartisipasi dalam berbagai program-program
khususdi luar perusahaan yang terkait dengan analisa kasus, simulasi, maupun
metode pembelajaran lainnya.
·
Laboratory training, yaitu berupa program yang ditujukan
kepada tenaga kerja untuk mengikuti program-program berupa simulasi atas dunia
nyata yang terkait dengan kegiatan perusahaan, metode yang biasa digunakan
antara lain berupa role playing, simulasi, dll.
·
Organizational development, yaitu program yang ditujukan pada
tenaga kerja dengan mengajak mereka berfikir mengenai bagaimana cara memajukan
perusahaan.
4.
Pemeliharan Tenaga Kerja (Personnel Maintenance)
Pemeliharaan tenaga kerja sangat
penting untuk dilakukan guna menjamin agar tenaga kerja yang dimiliki
perusahaan terpelihara produktivitas, efektivitas, dan efisiensinya. Perusahaan
perlu memahami bahwa tenaga kerja memiliki motif yang berbeda sehingga
perusahaan harus dapat melakukan pemeliharaan tenaga kerja agar tidak terjadi
hijacking atau pembajakan tenaga kerja. Perusahaan perlu mengagendakan program
pemeliharaan tenaga kerja melalui konsep pemeliharan yang selain memberikan
pernghargaan yang sesuai dengan apa yang telah ditunjukkan oleh tenaga
kerjanya, juga mampu untuk tetpa memelihara tenaga kerja yang terbaik bagi
perusahaan untuk jangka panjang
a.
Kompensasi
Adalah
penghargaan yang diberikan perusahaan sebagi balasan atas prestasi kerja yang
diberikan oleh tenaga kerja. Kompensasi umumnya terkait dengan penghargaan
dalam bentuk uang atau sejenisnya yang seringkali dinamakan sebagai insentif.
Ada beberapa hal yan berhubungan dengan program perusahaan berkaitan dengan
pemberian kompensasi, yaitu :
-
Tingkat
upah atau pendapatan (wage-levels),
yaitu berapa pendapatan yang akan diberikan kepada tenaga kerja sesuai dengan
pekerjaaan yang dilakukan.
-
Struktur
penggajian (wage-structure), yaitu tingkatan-tingkatan upah yang
akan diberikan perusahaan pada masing-masing pegawai sesuai jabatannya.
-
Pengupahan
individual (individual-wage decisions),
akan memberikan kejelasan untuk setiap
individu mengenai kompensasi yang akan diterima jika bekerja sesuai dengan
tingkat pengorbanan yang berbeda-beda.
b.
Benefit
Adalah
penghargaan selain kompensasi yang diprogramkan bagi tenaga kerja dengan tujuan
agar kebutuhan tenaga kerja tetap dapat terpelihara sehingga tenaga kerja dapat
tetap memberikan kinerja yang terbaik bagi perusahaan. Benefit dapat berupa
cuti bergaji, auransi kesehatan dan kecelakaan kerja, poliklinik gratis bagi
pihak keluarga dari tenaga kerja. Tujuan pemberian benefit adalah agar para
tenaga kerja tersebut tetap terpelihara produktivitasnya melalui pemberian
penghargaan dan bentuk perhatian yang memperhatikan motif-motif yang dimilki
para pekerja.
5.
Pemanfaatan Sumber Daya Manusia (Personnel Utilization)
Pada dasarnya upaya untuk memelihara
tenaga kerja agar senantiasa sejalan dengan perencanaan strategis perusahaan
diantaranya dengan melakukan program :
-
Promosi,
adalah proses pemindahan tenaga kerja ke posisi yang lebih tinggi secara
structural dalam organisasi perusahaan.
-
Demosi,
atau penurunan tenaga kerja ke bagian kerja yang lebih rendah yang biasanya
disebabkan karena adanya penurunan kualitas tenaga kerja dalam pekerjaannya.
-
Transfer,
merupakan upaya untuk memindahkan tenaga kerja ke bagian lain dengan harapan
tenaga kerja tersebut dapat lebih produktif.
-
Separasi,
merupaka upaya perusahaan untuk melakukan pemindahan lingkungan kerja tertentu
ke lingkungan kerja yang lain. Separasi biasanya dilakukan sekiranya ada
konflik atau masalah yang timbul dari tenaga kerja.
Mengelola keragaman dalam pekerjaan
Setelah
perusahaan berhasil mendapatkan tenaga kerja yang terbaik bagi perusahaan,
selanjutnya perusahaan harus menegelola keragaman yan terdapat diantara tenaga
kerja yang dimilikinya. Keragaman akan muncul ketika terdapat perbedaan antara
satu anggota organisasi dengan anggota lainnya. Keragaman tersebut dapat berupa
keragaman dari segi usia, suku bangsa, gender, status, budaya, dll. Diharapkan
dengan pengelolaan yang baik oleh pihak perusahaan keragaman yang ada tujuan
organisasi tetap dapat tercapai sebagaimana mestinya. Dengan adanya keragaman
dampak menimbulkan beberapa dampak antara lain :
a. Keragaman sebagai keunggulan kompetitif
b. Keragaman sebagai sumber konflik
BAB 11
FUNGSI PENGARAHAN
G.R. Terry mendefinisikan pengarahan (Actuating) adalah ‘Actuating is setting all members of the group to want to achieve and
to strike to achieve the objective willingly and keeping with the managerial
planning and organizing effort’, artinya adalah bahwa pengarahan adalah
membuat semua anggota kelompok, agar mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas
serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha
pengorganisasian.
Dengan demikian maka pengarahan
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan untuk membimbing, menggerakkan,
mengatur segala kegiatan yang telah diberi tugas dalam melaksanakan suatu
kegiatan usaha.
Pokok-pokok masalah yang dipelajari
dalam fungsi pengarahan (actuating)
adalah :
·
Tingkah
laku manusia (human behavior)
·
Hubungan
manusiawi (human relation)
·
Komunikasi
(communication)
·
Kepemimpinan
(leadership)
Dalam implementasi fungsi pengarahan
sangat bergantung pada individu yang ada dalam organisasi, atau
karyawan/pekerja dalam perusahaan. Ada dua konsep yang mendasari mengapa factor
individu perlu untuk dipelajari dan dipahami sehubungan dengan manajemen
perusahaan , yaitu (1) Kontribusi (contribution),
adalah apa yang bisa diberikan oleh individu bagi organisasi atau perusahaan,
(2) Kompensasi (Inducement), adalah
apa yang dapat diberikan oleh organisasi atau perusahaan bagi individu.
Contoh dari kontribusi dan kompensasi dapat dilihat pada
gambar berikut :
Kontribusi
·
Usaha
·
Kemampuan
·
Keahlian
·
Loyalitas
·
Waktu
·
kompetensi
|
Kompensasi
:
·
Upah
·
Kepastian dan keamanan kerja
·
Benefit
·
Peluang karier
·
Status
·
Peluang promosi
|
Gambar 22. Bentuk-bentuk kontribusi dan
kompensasi dalam organisasi
Beberapa hal yang perlu dipahami
berkaitan dengan factor individu dalam organisasi adalah :
1. Kontrak Psikologis (psychological contract), adalah suatu
kesepakatan tak tertulis yang muncul ketika seseorang bergabung dengan sebuah
organisasi atau ketika tenaga kerja bergabung dalam sebuah perusahaan.
Kesepakatan tersebut adalah bahwa secara psikologis tenaga kerja tersebut akan
memberikan hal yang terbaik yang dimilikinya untuk organisasi di mana ia
bergabung, sebaliknya tenaga kerja tersebut juga memiliki pengharapan bahwa
organisasi akan memberikan kompensasi yang terbaik atas kontribusi yang
diberikan oleh tenaga kerja.
2. Kesesuaian tenaga kerja yang
dibutuhkan (the person-job fit).
Kesesuaian tenaga kerja yang dibutuhkan perusahaan terkait dengan factor
individu dari tenaga kerja dengan jenis pekerjaan yang ada dalam perusahaan.
3. Keragaman individu dalam organisasi (the individual differences in organization).
Perusahaan harus dapat mengelola keragaman tenaga kerja di perusahaan baik dari
seperti perbedaan secara biologis, latar belakang pendidikan, gender,
kemampuan, dll.
Perilaku Individu dan
Organisasi
Kita perlu mempelajari
dan memahami konsep perilaku dan kepribadian dari individu. Kepribadian (personality) pada dasarnya merupakan
karakteristik psikologis dan perilaku dari individu yang sifatnya relative
permanen yang membedakan satu individu dengan individu lainnya. Perilaku
merupakan perwujudan tingkah laku dari individu yang ditentukan oleh
kepribadiannya masing-masing. Memahami perilaku dan kepribadian individu adalah
hal mendasar yang perlu dipahami oleh seorang manajer perusahaan.
Beberapa
perilaku yang dapat mempengaruhi organisasi dilihat dari sudut kepribadian adalah
dengan mengidentifikasi lima jenis perilaku yang terdapat dalam setiap
individu, yang dikenal dengan Model Lima Dimensi kepribadian (The Big Five Model of Personality, Griffin:
2000), yaitu :
1. Tingkat persetujuan (agreeableness), menunjukkan tingkat
kemampuan individu dalam berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain.
Individu yang memiliki tingkat persetujuan tinggi cenderung memiliki
kepribadian mau meneima orang lain, mau bekerja sama, pemaaf, dan pengertian.
2. Tingkat kesadaran dan keseriusan (conscientiousness), menunjukkan tingkat
keseriusan individu terhadap rencana pencapaian tujuan organisasi. Individu
yang memiliki tingkat kesadaran tinggi cenderung memiliki perhatian pada
pekerjaannya, kerjanya terorganisir.
3. Tingkat emosi yang negative (negative emotion), menunjukkan tingkat
ketidakstabilan emosi yang dimilii oleh individu dalam pekerjaan. Individu yang
memiliki tingkat ketidkstabilan tinggi cendeung memiliki perilaku yang reaktif,
kurang sabar dan cenderung agresif.
4. Tingkat keleluasaan berinteraksi (extraversion), menunjukkan kemampuan
individu untuk merasa nyaman dan leluasa bagi orang lain untuk berinteraksi
dengannya. Orang yneg memiliki extraversion tinggi akan membawa perilaku positif
karena mudah menerima dan diterima orang lain.
5. Tingkat keterbukaan (openness), menunjukkan tingkat
keterbukaan terhadap orang lain, mencakup kesiapan menerima ide-ide baru,
belajar dari orang lain, keterbukaan menerima kritik dan saran.
Selain model lima dimensi
kepribadian terdapat pula beberapa perilaku lain yang mempengaruhi
perilaku di dalam organisasi, yaitu :
a. Locus of Control; perilaku ini merujuk pada sebuah keyakinan yang dimiliki individu
mengenai hasil yang mereka peroleh merupakan akibat dari apa yang mereka
lakukan.
b. Self Efficacy;
perilaku yang merujuk pada kepercayaan diri dari individu untuk dapat melakukan
sesuatu.
c. Authoritarianism; perilaku yang menunjukkan keyakinan individu akan peran tingkatan
hierarki dalam sebuah organisasi dan kaitannya dengan kekuasaan dalam
organisasi.
d. Machivellianism;
perilaku yang menunjukkan pada perilaku untuk merekayasa perilaku orang lain
selama rekayasa perilaku tersebut akan membantu dalam pencapaian tujuan.
e. Self-esteem;
perilaku yang merujuk pada sebuah keyakinan dari seseorang atau individu bahwa
dirinya layak untuk mendapatkan penghargaan.
f.
Risk Propensity; perilaku yang merujuk pada
kecenderungan individu dalam hal pengambilan resiko dan menjawab tantangan
Perilaku Individu dan
Sikap dalam Beorganisasi
Setiap individu akan mendorong
individu tersebut untuk menunjukkan suatu sikap tertentu dalam berorganisasi.
Sikap atau attitude pada dasarnya merupakan prinsip yang diambil oleh individu
berdasarkan kepribadian, keyakinan, dan perasaannya yang menyangkut suatu
gagasan, situasi, atau lingkungan yang dihadapinya. Menurut Griffin (2000)
sikap memiliki tiga komponen utama, yaitu :
-
Afektif,
menyangkut perasaan yang dirasakan oleh seseorang mengenai gagasan, situasi
atau lingkungan yang dihadapinya
-
Kognitif,
menyangkut pengetahuan seseorang mengenai sesuatu yang terkait dengan gagasan,
situasi maupun lingkungan yang dihadapinya.
-
Intensi,
menyangkut harapan dari seseorang sebagai akibat dari gagasan, situasi maupun
lingkungan yang dihadapinya.
BAB 12
MOTIVASI DAN KEPEMIMPINAN
MOTIVASI
Seorang
manajer yang mampu mendorong, mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi
dengan para bawahannya akan menentukan efektivitas manajer. Motivasi merupakan
kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, dan memelihara perilaku manusia.
Motivasi bukan merupakan satu-satunya factor yang mempengaruhi tingkat prestasi
seseorang. Motivasi dapat disebut sebagai dorongan atau daya penggerak.
Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah bawahan, agar mereka
mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk
mewujudkan tujuan perusahaan.
Menurut
French dan Raven sebagaimana dikutif Stoner,
freeman dan Gilbert (1995) dikatakan ‘Motivation
is the set of forces that cause people to behave in certain ways’, artinya
motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk menunjukkan perilaku
tertentu.
Menurut Robbins (2002) mendefinisikan motivasi ‘ motivation as the willingness to exert high levels of effort toward
organizational goals, conditional by efforts ability to satisfy some individual
need’, artinya bahwa motivasi merupakan suatu kerelaan untuk berusaha
seoptimal mungkin dalam pencapian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh
kemampuan usaha untuk memuaskan beberapa kebutuhan individu.
Menurut Wayne F. Cascio mendefinisikan motivasi ‘
Motivation is a force that result from an individuals desire to satisfy their
needs’ artinya bahwa motivasi adalah suatu kekuatan yang dihasilkan dari
keinginan untuk memuaskan kebutuhan (seperti : rasa lapar, haus dan
bermasyarakat).
Kinerja
menurut Griffin (2000) ditentukan
oleh 3 faktor yaitu : (1) motivas (motivation),
yaitu yang terkait dengan keinginan untuk melakukan pekerjaan, (2) kemampuan (ability) yaitu kapabilitas dari tenaga
kerja atau SDM untuk melakukan pekerjaan, (3) lingkungan pekerjaan (work environment) yaitu sumber daya dan
situasi yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan tersebut.
Kebutuhan
atau kesenjangan kebutuhan
|
Pencarian
jalan keluar bagi memenuhi dan memuaskan kebutuhan
|
Pilihan
perilaku untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan
|
Penentuan
kebutuhan di masa yang akan datang dan pencarian bagi cara pemenuhannya
|
Evaluasi atas pemuasan kebutuhan
|
Gambar 23. Proses motivasi sebagai pendorong
perilaku individu
Beberapa pendekatan Motivasi
Terdapat
beberapa pendekatan motivasi seperti dikemukakan oleh Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995) paling tidak terdapat tiga
pendekatan yaitu :
1. Pendekatan Tradisional, pendekatan
ini memandang bahwa pada dasarnya manajer memiliki kinerja yang baik sekiranya
diiming-imingi dengan kompensasi berupa uang. Semakin banyak produk yang
dihasilkan oleh pekerja, maka pekerja tersebut dinyatakan lebih produktif, dan
oleh karena lebih produktif, maka pekerja tersebut berhak untuk memperoleh upah
yang lebih dibandingkan pekerja lainnya. Tokohnya Frederick Winslow Taylor.
2. Pendekatan Relasi Manusia. Menurut
Elton Mayo bahwa pekerjaan sama yang terus menerus dilakukan akan menyebabkan
kebosanan dan justru akan berimplikasi pada penurunan motivasi. Kontak social
atau relasi antar manusia akan membantu dan memelihara motivasi para pekerja.
Manajer berkewajiban untuk membantu para pekerja untuk melakukan interaksi
social di lingkungan pekerjaannya dan membuat mereka merasa diperlukan dan
penting bagi perusahaan
3. Pendekatan sumber Daya Manusia.
Menurut McGregor para manajer perlu menyadari bahwa pada dasarnya manusia dapat
dikategorikan pada dua jenis karakter yaitu :
Tipe X dengan cirri-ciri :
-
Memiliki
kecenderungan malas untuk bekerja
-
Mereka
hanya akan bekerja jika dipaksa
-
Mereka
cenderung menghindari pekerjaan dan tanggung jawab
Tipe Y dengan cirri-ciri:
-
Para
pekerja cenderung menyukai pekerjaan dan bersikap aktif
-
Mereka
cenderung memiliki inisiatif, kreatif, dan sangat menyukai tantangan dalam
pekerjaan
-
Mereka
cenderung memiliki rasa tanggung jawab atas pekerjaannya.
PENDEKATAN KONTEMPORER
CONTENT THEORY
Perspektif kebutuhan (Need Perspectives)
a.
Teori Kebutuhan Abraham Maslow
Menurutnya bahwa orang-orang
termotivasi untuk berperilaku dalam pekerjaannya untuk memenuhi kebutuhannya
yang terdiri atas lima tingkatan yaitu :
·
Kebutuhan
fisik (physical needs), merupakan kebutuhan dasar dari manusia yang
akan memotivasi mereka untuk bekerja seperti kebutuhan makanan, seksual, dan
kebutuhan biologis lainnya.
·
Kebutuhan
rasa aman (safety needs), merupakan kebutuhan berikutnya yang harus
dipenuhi. Kebutuhan dan keamanan ini bukan hanya sekedar rasa aman dari
berbagai gangguan fisik maupun mental, tapi juga rasa aman akan ketidakpastian
di masa yang akan dating seperti rencana pasca pension, tunjangan di hari tua.
·
Kebutuhan
social/cinta kasih (social/belongness needs). Kebutuhan selanjutnya yang akan
memotivasi pekerja adalah kebutuhan untuk berinteraksi dan diterima oleh
lingkungan sosial
·
Kebutuhan
penghargaan (esteem needs). Kebutuhan akan penghargaan merupakan salah satu
kebutuhan yang akan memotivasi pekerja untuk bekerja lebih baik, kebutuhan ini
dapat berupa penghargaan dari lingkungan sekitar, dari atasan, adanya kejelasan
atas penghargaan bagi tenaga kerja yang berprestasi
·
Kebutuhan
aktualisasi diri (self actualization needs). Kebutuhan ini menyangkut kebutuhan
untuk menempatkan diri individu dalam lingkungan dan untuk pengembangan diri.
Kebutuhan ini dapat berupa tuntutan pengembangan karier yang jelas, pekerjaan
yang menantang.
CONTOH
Prestasi Aktualisasi Pekerjaan yang CONTOH
SECARA UMUM Diri Menantang
DALAM
OGANISASI
Status Penghargaan Jabatan Tertentu
Persahabatan Sosial Teman Sekerja
Kestabilan Keamanan Rencana
Pascapensiun
Makanan
Fisik
Upah Minimum
Gambar 12.1 Hierarki Kebutuhan Maslow
b.
Teori ERG Clayton Alderfer
Aldefar pada dasarnya setuju akan
pendapat Maslow bahwa kebutuhan manusia yang mendorong seseorang untuk
termotivasi dalam melakukan sesuatu bersifat hierarkis. Menurut Aldefar bahwa
kebutuhan seseorang bersifat tidak tetap. Alderfer membagi tingkatan kebutuhan
manusia menjadi :
·
Kebutuhan
eksistensi atau bertahan hidup (Exixtence)
·
Kebutuhan
untuk berinteraksi dangan sesame (Relatedness)
·
Kebutuhan
untuk menyalurkan kreatifitas dan bersifat produktif (Growth)
Aktualisasi GROWTH Needs
Diri
Penghargaan
RELATEDNES
Needs
Sosial
Keamanan
EXISTENCE Needs
Fisik
Tingkatan
Kebutuhan dari Maslow Teori ERG dari Alderfer
Gambar 12.2.
Hubungan teori Kebutuhan A. Maslow dengan Teori ERG
c.
Teori Kebutuhan McCleland
Menurut teori ini bahwa terdapat tiga
jenis kebutuhan manusia yang mendorong seseorang untuk termotivasi dalam
berperilaku dan melakukan sesuatu. Ketiga kebutuhan tersebut adalah :
·
Kebutuhan
untuk berprestasi (needs for Achievement)
Merupakan
daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang. Kebutuhan ini akan
mendorong seseorang untuk mengembangkan kreatifitas dan mengarahkan semua
kemampuan serta energy yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang
optimal.
·
Kebutuhan
untuk berafiliasi (needs for Affiliation)
Kebutuhan
ini menjadi daya penggerak yang akan memotivasi semangat kerja seseorang karena
pada hakekatnya manusia menginginkan :
-
Kebutuhan
akan perasaan diterima oleh orang lain di lingkungan ia hidup dan bekerja (sense of belonging)
-
Kebutuhan
akan perasaan dihormati, karena setiap manusia merasa dirinya penting (sense of importance)
-
Kebutuhan
akan perasaan untuk maju dan tidak gagal (sense
of achievement)
-
Kebutuhan
akan perasaan ikut serta (sense of
participation)
·
Kebutuhan
akan kekuasaan (needs for Power)
Kebutuhan
akan kekuasaan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seorang
karyawan. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa ego manusia yang ingin lebih
berkuasa dari manusia lainnya mendorong mereka untuk mencurahkan segala
kemampuannya dalam bekerja untuk mendapatkan kekuasaan.
d.
Teori Dua Factor Frederich Hezberg
·
Motivating factors, merupakan factor pendorong pada
kepuasan dalam pekerjaan, adalah berbagai kebutuhan yang terdapat dalam diri
seseorang yang menuntut untuk terpenuhi sehingga jika terpenuhi akan mendorong
tercapainya kepuasan seseorang dalam pekerjaannya. Yang termasuk faktor ini
antara lain kesempatan berprestasi (achievement),
adanya pengakuan dalam lingkungan pekerjaan (recognition),
adanya kesempatan untuk bertanggungjawab (responsibility),
adanya kesempatan berkembang dan mengembangkan diri (advancement and growth)
·
Hygiene factors, merupakan factor pendorong pada
ketidakpuasan dalam pekerjaan, kebutuhan yang terdapat dalam seseorang akan
kondisi dari lingkungan pekerjaannya, yang jika kebutuhan akan kondisi
lingkungan yang diinginkannya tidak terpenuhi, maka dirinya akan mengalami
ketidakpuasan. Yang termasuk factor ini antara lain kebutuhan akan kebijakan
dan administrasi perusahaan yang jelas dan adil (company policy and administration), adanya supervise (relationship and supervision), kondisi
pekerjaan yang kondusif (working
condition), gaji atau upah yang layak (salary),
adanya penghargaan terhadap kehidupan pribadi (personal life), kejelasan status pekerjaan (job status), masa depan dari pekerjaan yang dijalani (job safety)
PROCESS THEORY
1.
Perspektif keseimbangan dan keadilan (equity perspective)
Pada dasarnya keseimbangan dan
keadilan dapat diukur sebagai perbandingan antara kontribusi pekerjaan dari
individu atau job input (seperti keahlian, pengetahuan, kerja keras, dll)
dengan penghargaan yang diterima oleh individu tersebut atau job rewards
(seperti upah, insentif, dsb). Seseorang pada dasarnya memiliki kecenderungan
untuk membandingkan dirinya dengan orang lain dalam berbagai hal, termasuk
dalam hal pekerjaan.
2.
Persperctive pengharapan (expectancy perspective)
Perspektif ini memandang bahwa
motivasi seseorang dalam berperilaku dan bekerja sangat tergantung pada
berbagai pilihan penghargaan yang akan diperolehnya berdasarkan tingkatan
perilaku dan pekerjaan yang akan dilakukannya.
3.
Perspective penyusunan tujuan (goal setting theory)
Perspektif ini beranggapan bahwa
perilaku individu yang didorong oleh motivasi individu sesungguhnya dapat
dijelaskan melalui keterlibatan individu dalam penyusunan tujuan dari setiap
apa yang dikerjakan atau dibebankan kepadanya.
4.
Perspective penguatan (reinforcement perspectives)
Perspektif ini menjelaskan bahwa
tindakan akan sangat dipengaruhi oleh perlakuan yang diterima akibat perilaku
yang dilakukan di masa lalu.
KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan
para pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka.
Menurut Stoner (1995), ‘leadership is the process of directing and
influencing the task-related activities of graoup members’ artinya Kepemimpinan adalah suatu proses
pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok
anggota yang saling berhubungan tugasnya. Griffin
(2000) membagi pengertian kepemimpinan menjadi 2 konsep yaitu (1) sebagai proses, kepemimpinan difokuskan pada
apa yang dilakukan oleh para pemimpin, yaitu proses di mana para pemimpin
menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi bagi para pegawai,
bawahan, atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai tujuan, serta
membantu menciptakan suatu budaya produktif dalam organisasi, (2) sebagai atribut, kepemimpinan adalah kumpulan
karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, sebagai seseorang yang
memilik kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain tanpa menggunakan
kekuatan, sehingga orang-orang yang dipimpinya menerima dirinya sebagai sosok
yang layak memimpin mereka.
Pendekatan-pendekatan
mengenai Kepemimpinan
1.
Pendekatan Personal (personal traits of leadership approach)
a.
Pemimpin
dan bukan pemimpin
b.
Pemimpin
efektif (seseorang yang mampu membawa anggotanya untuk bersama-sama mencapai
tujuan) dan pemimpin tidak efektif (seseorang yang tidak mampu mempengaruhi
anggotanya untuk bersama-sama mencapai tujuan )
2.
Pendekatan Perilaku (behavioral approach)
Pendekatan ini mempfokuskan pada
beberapa tindakan yang dilakukan pemimpin seperti bagaimana melakukan delegasi,
bagaimana berkomunikasi, bagaimana memotivasi para pegawai. Pendekatan ini
memusatkan perhatiannya pada 2 aspek, yaitu :
a.
Fungsi
kepemimpinan (leadership functional)
Aspek
ini terkait dengan fungsi-fungsi yang akan mendukung tercapainya tim yang
efektif sehingga manajemen dapt dijalankan secara efektif dalam mencapai
tujuan. Terdapat dua fungsi yaitu :
(1) Fungsi-fungsi
yang terkait dengan tugas atau pekerjaan (task-related
functions)
(2)
fungsi yang terkait dengan hubungan social atau pemeliharaan kelompok (group- maintenance functions)
b.
Gaya
kepemimpinan (leadership style)
Gaya
kepemimpinan akan ditentukan oleh berbagai factor seperti latar belakang,
pengetahuan, nilai, dan pengalaman dari pemimpin. Terdapat dua gaya
kepemimpinan, yaitu :
(1)
Kepemimpinan
yang berorientasi pada pekerjaan (task-oriented
or job style)
Manajer
mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas
dilaksanakan sesuai dengan keinginannya. Manajer lebih memperhatikan pelaksanaan
pekerjaan daripada pengembangan dan pertumbuhan karyawan.
(2) Kepemimpinan yang berorientasi pada
pegawai atau orang-orang (employee-oriented
style)
Manajer
lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi mereka. Manajer mendorong para
anggota kelompok untuk melaksanakan tugas dengan memberikan kesempatan bawahan
untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan.
Penelitian
empiris mengenai gaya kepemimpinan
a.
Penelitian
Rinses Likert di Universitas Michigan
Hasil
penelitian yang dilakukan dengan wawancara pada manajer dan pegawai yaitu bahwa
manajer memiliki kecenderungan untuk memiliki gaya kepemimpinan yang
berorientasi pada orang-orang lebih efektif daripada berorientasi pada tugas
atau pekerjaan.
b.
Penelitian
di Universitas Ohio
Hasil
penelitian yaitu membagi para manajer pada dua kelompok manajer yang
berorientasi pekerjaan (initiating structure group) dan manajer yang
berorientasi pada orang (consideration group). Kesimpulannya bahwa para manajer
yang berorientasi pada pekerjaan menginginkan pemimpin yang memilki gaya
kepemimpinan yang berorientasi social. Para pemimpin yang efektif memiliki
beberapa karakteristik seperti memberikan hubungan sportif dengan orang-orang,
mendorong para oekerja untuk terlibat dalam penyusunan dan pencapaian tujuan,
dan menekankan pentingnya untuk bekerja secara tim.
Orientasi
Pekerjaan rendah
Dan
Orientasi
Pekerja tinggi
|
Orientasi
Pekerjaan
Dan
Orientasi
Pekerjaan tinggi
|
Tinggi
ORIENTASI
Orientasi
Pekerjaan
Dan
Orientasi
Pekerjaan rendah
|
Orientasi
Pekerjaan tinggi
Dan
Orientasi
Pekerjaan rendah
|
PEKERJAAN
(CONSIDERATION)
Rendah Tinggi
ORIENTASI PEKERJAAN (INITIATING STRUCTURE)
Gambar 12.3 Gaya Kepemimpinan
3.
Pendekatan Kontingensi/Situasional (Contingency Approach)
Pendekatan ini menggambarkan bahwa
gaya yang digunakan adalah bergantung pada factor-faktor seperti situasi,
karyawan, tugas, organisasi dan variabel-variabel lingkungan lainnya.
Pendekatan ini memandang bahwa gaya manajemen atau gaya kepemimpinan yang akan
memberikan kontribusi positif bagi organisasi sangat beragam dan sangat
ditentukan oleh keragaman situasi dan keadaan yang dihadapi oleh organisasi
tersebut dari waktu ke waktu.
Model Kepemimpinan Situasional (Situasional
Leadership Model)
Paul Hersey dan Kenneth Blanchard
membuat suatu model kepemimpinan yang menjelaskan bahwa para manajer perlu
menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka sebagai repons terhadap berbagai karakter
dari orang-orang yang menjadi bawahannya seperti harapan pekerja, pengalaman,
keahlian, dan kesanggupan dalam menerima tanggung jawab
High Relationship
And
Low Task
|
High Task
And
High Relationship
|
High
RELETIONSHIP
Low Relationship
And
Low Task
|
Low Relationship
And
High Task
|
BEHAVIOR
(Memberikan
Dukungan)
Low
Low High
TASK
BEHAVIOR
(Memberikan
Panduan)
Gambar 12.4. Model Kepemimpinan Situasional
Berdasarkan model tersebut gaya
kepemimpinan dapat dibagi empat kuadran menurut situasi yang dihadapi
dihubungkan dengan tinggi rendahnya kecenderungan pada pekerjaan (task
behavior) dan tinggi rendahnya kecenderungan pada orang (relationship behavior)
Kuadran I : (high task and low relationship), situasi yang dihadapi adalah adanya
tuntutan pekerjaan yang tinggi dan rendah terhadap orang-orang, maka pemimpin
yang berorientasi pada pekerjaan yang tinggi lebih dibutuhkan, karena pada
situasi ini pekerjaan lebih penting daripada membangun relasi dengan
orang-orang sehingga pemimpin cenderung bersikap otoriter.
Kuadran II : (high task and relationship), situasi yang dihadapi memerlukan
perhatian yang tinggi terhadap pekerjaan sekaligus orang-orang. Gaya
kepemimpinan demokratis dan berorientasi pada kemajuan dan perubahan sangat
diperlukan. Selain pekerjaan dapat diselesaikan, pemimpin juga berhadapan
dengan tim kerja yang baik sehingga mereka tidak perlu lagi diarahkan secara
ekstar untuk bekerja.
Kuadran III : (high relationship and low task), pekerja memiliki karakteristik tim
kerja yang baik dan mereka termotivasi dengan baik untuk berada dalam organisasi,
akan tetapi belum banyak diarahkan pada pekrjaan yang memberikan tantangan
kepada mereka, sehingga orientasi pekerjaannya masih rendah. Pemimpin harus
memberikan motivasi akan pentingnya peningkatan prestasi
Kuadran IV : (low relationship and low task), orientasi terhadap pekerjaan dan
orang-orang rendah, manajer perlu bekerja keras memotivasi para pekerja serta
member panduan mengenai apa yang seharusnya mereka lakukan.
Model Kepemimpinan LPC (Least
Preferred Coworker)
Model ini diperkenalkan oleh Fred
Fiedler yang menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan yang sebaiknya digunakan
beragam dan teragntung pada kecenderungan situasi yang terjadi. Manajer perlu
mengidentifikasi gaya kepemimpinan mana yang paling cocok untuk
diimplementasikan yang sesuai dengan kondisi minimum pekerja yang dihadapinya.
Pada dasarnya menyatakan bahwa efektivitas suatu kelompok atau organisasi
tergantung pada interaksi antara kepribadian pemimpin dan situasi. Model ini
menekankan pentingnya factor situasi, di mana untuk jadi pemimpin yang efektif
maka perlu menyesuaikan gaya-gaya kepemimpinannya terhadap situasi yang
dihadapi.
Model Jalan Tujuan (Path Goal
Theory)
Model ini diperkenalkan oleh Martin
G. Evans dan Robert J. House. Factor terpenting yang perlu diperhatikan adalah bahwa
pemimpin harus mampu menyediakan dan menjelaskan penghargaan apa yang diterima
oleh para pekerja apabila mereka mengikuti apa yang diperintahkan atau
diarahkan pimpinan. Manajer harus menentukan tujuan (reward yang diharapkan
pekerja) serta jalan/cara (path) yang perlu dilakukan pekerja untuk meraih
tujuan tersebut. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dari model ini adalah
perilaku pemimpin (leader behavior)
dan factor situasional (situasional
factors).
Dalam hal perilaku pemimpin ada empat
tipe pemimpin berdasarkan model jalan tujuan ini, yaitu :
·
Pemimpin
direktif, yaitu pemimpin yang
cenderung untuk menentukan langsung apa yang harus dilakukan oleh bawahan dan
apa yang diharapkan oleh pemimpin. Pemimpin sperti ini langsung memberikan arah
dan panduan, serta memberikan jadwal kerja yang spesifik.
·
Pemimpin
suportif, yaitu pemimpin yang
cenderung bersahabat dan mudah diajak berdialog oleh siapa pun, memberikan
perhatian penuh pada kesejahteraan bawahan, serta memperlakukan anggota secara
setara.
·
Pemimpin
partisipatif, yaitu pemimpin yang
cenderung untuk memberikan konsultasi kepada bawahan, mengakomodasi berbagai
masukan, serta melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan.
·
Pemimpin
prestatif, yaitu pemimpin yang
memiliki visi perubahan dan standar yan tinggi akan produktivitas, memberikan
dorongan kepada bawahan untuk berprestasi, dan memotivasi kemampuan bawahan
dalam melakukan berbagai pekerjaan.
Dalam factor situasi dua hal yang
perlu dipertimbangkan oleh pemimpin dalam menggunakan gaya kepemimpinannya
yaitu :
·
Factor
personal, pemimpin perlu memastikan latar belakang, karakteristik, kemampuan
individu yang dihadapinya
·
Factor
lingkungan, ruang lingkup situasinya adalah segala sesuatu yang berada di luar
control individu seperti struktur pekerjaan/tugas, tim kerja.
Model
Vroom-Yetton-Jago (VYJ)
Model ini diperkenalkan oleh Victor Vroom, Philip Yetton, dan
disempurnakan oleh Vroom dan Arthur G. Jago. Model ini lebih memfokuskan pada
tingkat partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan. Model ini memiliki
dasar asumsi bahwa sebuah keputusan dikatakan efektif jika memiliki dua cirri
yaitu (1) berkualitas, yaitu sekiranya keputusan memberikan implikasi positif
pada kinerja, (2) diterima, yaitu bahwa keputusan dapat diterima oleh bawahan
dan bawahan berkomitmen untuk menjalankannya.
Pendekatan lainnya mengenai kepemimpinan :
1.
Pendekatan
substitusi
Adalah sebuah konsep yang mengidentifikasi situasi di
mana peran kepemimpinan bersifat netral dan cenderung tidak dipelukan serta
bisa digantikan oleh karakteristik dari para bawahan, pekerjaan, dan
organisasi.
2.
Kepemimpinan
Karismatik
Adalah kepemimpinan yang mengasumsikan bahwa karisma
merupakan karakteristik individu yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang dapat
membedakannya dengan pemimpin lain, terutama dalamhal implikasi terhadap
inspirasi, penerimaan, dan dukungan para bawahan. Menurut Robert House (1977)
pemimpin karismatik harus memiliki criteria sebagai seorang yang tinggi tingkat
kepercayaan dirinya, kuat keyakinan dan idelismenya, serta mampu mempengaruhi
orang lain, mampu berkomunikasi secara persuasive dan memotivasi para
bawahannya.
3.
Kepemimpinan
Transformatif
Adalah gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh manajer
atau pemimpin yang kemampuannya bersifat tidak umum dan diterjemahkan melalui
kemampuan untuk merealisasikan misi, mendorong para anggota untuk melakukan
pembelajaran, serta mampu memberikan inspirasi pada bawhan mengenai berbagai
hal baru yang perlu diketahui dan dikerjakan. Transformatif merupakan kemampuan
beradaptasi dengan perubahan, kemampuan seorang pemimpin untuk membawahi
orang-orang dan organisasi untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan untuk
kesuksesan di masa yang akan datang.
BAB 13
KELOMPOK KERJA DAN KOMUNIKASI
KELOMPOK KERJA
Stoner,
Freeman, dan Gilbert (1995) mendefinisikan kelompok ‘two or more people who interact and influence each other toward a common
purpose’ sebagai
kumpulan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi
untuk suatu tujuan tertentu yang dipahami bersama. Jadi kelompok memiliki
karakteristik sebagai berikut :
·
Merupakan kumpulan yang beranggotakan
lebih dari satu orang, yang berarti adanya karakteristik yang berbeda dari
setiap orang
·
Adanya
interaksi di antara kumpulan orang tersebut
·
Adanya
tujuan bersama yang ingin dicapai.
Kelompok kerja didefinisikan sebagai
kelompok yang disusun oleh organisasi dengan tujuan untuk menjalankan berbagai
pekerjaan yang terkait dengan pencapaian tujuan organisasi.
Secara teoritis maupun praktek
kelompok kerja dapat dibagi atas :
1. Kelompok Kerja Formal
Adalah kelompok keja yang dibentuk
atau disusun secara resmi oleh manajer di mana kelompok kerja tersebut
diberikan tugas dan pekerjaan yang terkait dengan pencapaian tujuanorganisasi.
Bentuk kelompok kerja :
a.
Kelompok
keja langsung (command team),
merupakan kelompok kerja yang disusun oleh manajer dan beranggotakan beberapa
orang bawahan yang berada di bagian di mana manajer tersebut ditugaskan.
Biasanya terbentuk dengan sednririnya sebagai konsekuensi langsung dari rencana
organisasi yan telah dibuat dan ketika struktur organisasi terbentuk.
b.
Kepanitiaan
(comitee), adalah kelompok kerja yang
disusun oleh manajer dan beranggotakan beberapa orang yang bisa berasal dari
bagian yang sama, atau juga dari bagian lain dari organisasi. Biasanya disusun
berdasarkan tugas-tugas tertentu yang tidak rutin, dibuat untuk jangka waktu
tertentu yang telah ditetapkan organisasi.
c.
Kelompok kerja temporal (task force team/specific team), adalah
kelompok kerja yang disusun untuk kepentingan-kepentingan khusus yang bersifat
sementara, biasanya dibentuk dari program-program yang sifatnya tidak tetap dan
sementara.
2. Kelompok Kerja Informal
Adalah kelompok kerja yang disusun
dengan sendirinya ketika beberapa anggota organisasi yang kegiatannya biasanya
tidak terkait langsung dengan rencana-rencana rutin dari organisasi, naum
secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerja dari orang-orang dalam
organisasi. Contoh kelompok kerja informal adalah kelompok olehraga , kelompok
hobi, yang biasanya terbentuk untuk memelihara udaya organisasi tertentu yang
akan mendukung terpeliharanya kekompakan, persatuan, dan kinerja dari kelompok
kerja formal. Ada empat tujuan mengapa kelompok kerja informal dibentuk :
·
Untuk
memelihara dan memperkuat perilaku positif dari para anggota
·
Untuk
menciptakan dan memelihara interaksi sesame anggota, sehingga anggota merasa
nyaman, puas, dan aman.
·
Untuk
membantu para anggota agar dapat saling berkomunikasi dan berinteraksi dalam
bentuk yang informal dan fleksibel
·
Untuk
membantu manajer dalam menyelasaikan persoalan-persoalan yang mungkin dalam
kondisi formal tidak dapat diselesaikan.
Untuk mengelola kelompok kerja yang
efektif salah satu kuncinya adalah dengan mengenali karakteristik dari kelompok
kerja tersebut seperti
a. Tahapan kelompok kerja terbentuk dan
berinteraksi (team development),
·
forming (pembentukan), kelompok kerja
dibentuk oleh manajer, penentuan tugas yang harus dikerjakan
·
storming (penguatan), anggota kelompok
mulai berinteraksi satu sama lainnya, konflik bisa terjadi
·
norming (penyesuaian), seluruh anggota
organisasi harus menyesuaikan diri dengan berbagai perbedaan yang ada
·
performing (perwujudan), hasil pekerjaan
masing-masing anggota dapat terwujud
·
adjourning (pencairan/penilaian), tahap
akhir dari dari proses pengerjaan bersama kelompok kerja
b. Peran kepemimpinan dalam kelompok
kerja (leadership roles), pemimpin
formal adalah seseorang yang ditunjuk atau ditugaskan secara formal oleh
organisasi untuk memimpin orang-orang dalam melakukan suatu pekerjaan. Pemimpin
informal adalah seseorang yang secara alamiah mampu memainkan perannya sebagai
pemimpin ketika kelompok kerja telah bekerja dan saling berinteraksi
c. Norma (norms), adalah sesuatu yang diterima dan disepakati oleh
kelompok sebagai aturan main yang disepakati oleh para anggota sebagai sesuatu
yang mengikat mereka. Hal itu penting terkait dengan keragaman karakteristik
individu
d. tingkat solidaritas dan integritas
dari kelompok kerja (cohesiveness), adalah tingkat
kekompakan dan rasa memiliki, serta pandangan positif para anggota kelompok
terhadap kelompok mereka.
Cara membentuk
solidaritas dan integritas :
·
memperkenalkan kompetisi atau persaingan
antar kelompok kerja dalam pengertian positif
·
meningkatkan tingkat interaksi antar
anggota dalam kelompok kerja
·
mengangkat isu bersama berupa tujuan
atau target-target yang harus dicapai bersama
BAB 14
FUNGSI PENGAWASAN
PENGERTIAN PENGAWASAN
Menurut Schemerhorn (2002) ‘Controling is the process of measuring performance and taking action
to ensure desired result’ artinya pengawasan adalah proses dala menetapkan
ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil
yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut.
Menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995), ‘controlling is the process of ensuring that
actual activities conform the planned activities’, artinya pengawasan
adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktivitas yang terlaksana sesuai
dengan apa yang telah direncanakan.
Menurut Harold Koontz, ‘controlling in the measurement and correction of the performance of
subordinates in order to make sure that enterprise objectives and the plans
devised to attain than are accomplished’ artrinya bahwa pengawasan
merupakan pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar
rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan perusahaan dapat
terselenggara.
Berdasarkan beberapa pengertian
tersebut, maka dapat disimpulkan beberapa hal:
·
Mengetahui
jalannya pekerjaan lancAr atau tidak
·
Mengetahui
apakah pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana, tujuan, arahan dan
kebijaksanaan yang ditentukan sebelumnya atau tidak
·
Memperbaiki
kesalahan-kesalahan yang terjadi dan berupaya mencegah terulangnya kesalahan
yang sama timbul kembali
·
Mengetahui
apakan hasil pekerjaan sesuai dengan standar yang telah ditentukan
Fungsi pengawasan dalam manajemen adalah upaya
sistematis dalam menetapkan standar kinerja dan berbagai tujuan yang
direncanakan, mendesain sistem informasi umpan balik, membandingkan antara
kinerja yang dicapai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,
menentukan apakah terjadi penyimpangan dan tingkat signifikansi dari setiap
penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan
bahwa seluruh sumber daya perusahaan dipergunakan secara efektif dan efisien
dalam pencapaian tujuan perusahaan.
Tujuan fungsi pengawasan :
- Adaptasi lingkungan
- Meminimalkan kegagalan
- Meminimumkan biaya
- Mengantisipasi kompleksitas dari
organisasi
Tipe-tipe pengawasan
berdasarkan proses kegiatan
Ø
Feedforward
control (pengawasan pendahuluan/awal)
Sering disebut
pula dengan istilah steering control,
dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan
dari standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahapan
kegiatan tertentu diselesaikan. Jadi pengawasan ini sifatnya lebih aktif dan
agresif dengan mendeteksi masalah-masalah dan mengambil tindakan yang
diperlukan.
Ø
Concurrent
control (pengawasan proses)
Merupakan
pengawasan yang dilakukan bersama selama kegiatan berlangsung
Ø
Feedback
control (pengawasan umpan balik/akhir)
Disebut juga
dengan istilah past-action control,
mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan. Pengawasan
ini bersifat histories, pengukuran dilakukan setelah kegiatan terjadi.
Selain itu
pengawasan bisa juga
dilaksanakan dalam satu organisasi dalam beberapa bentuk, diantaranya adalah :
1.
Pengawasan
dari dalam (Internal control)
Adalah pengawasan yang dilakukan oleh unit
pengawasan yang dibentuk dalam organisasi itu sendiri. Unit pengawasan ini
bertindak atas nama pimpinan organisasi. Unit pengawasan ini bertugas bertindak
atas nama pimpinan organisasi yang bertugas mengumpulkan segala data dan
informasi yang diperlukan oleh pimpinana organisasi untuk digunakan dalam
menilai kemajuan atau kemunduran dalam pelaksanaan pekerjaan. Hasil pengawasan ini dapat pula digunakan
dalam menilai kebijaksanaan pimpinan. Pimpinan dapat meninjau kembali
kebijaksanaan/keputusan yang telah dikeluarkan, juga dapat melakukan
tindakan-tindakan perbaikan atau korektif terhadap pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan oleh bawahannya.
2.
Pengawasan
dari luar (Eksternal control)
Adalah pengawasan yang dilakukan oleh unit
pengawasan dari luar organisasi. Unit pengawasan dari luar organisasi adalah
aparat pengawasan yang bertindak atas nama atasan dari pimpinan organisasi,
atau bertindak atas nama pimpinan organisasi itu karena permintaannya.
3.
Pengawasan
Preventif
Adalah pengawasan yang dilakukan sebelum rencana
itu dilaksanakan dengan maksud untuk mencegah terjadinya kekeliruan/kesalahan
dalam pelaksanaan. Pengawasan preventif dapat dilakukan dengan usaha-usaha
sebagai berikut :
·
Menentukan
peraturan yang berhubungan dengan sistem prosedur, hubungan dan tata kerjanya
·
Membuat
pedoman sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan
·
Menentukan
kedudukan, tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya
·
Mengorganisasikan
segala macam kegiatan, penempatan pegawai dan pembagian pekerjaannya
·
Menetapkan
sangsi-sangsi terhadap pihak yang menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan.
4.
Pengawasan
Represif
Adalah pengawasan yang dilakukan setelah adanya
pelaksanaan pekerjaan dengan maksud untuk menjamin kelangsungan pelaksanaan
pekerjaan agar hasilnya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan
represif ini dapat menggunakan sistem-sistem pengawasan sebagai berikut
·
Sistem komperatif
-
Mempelajari laporan-laporan kemajuan (progress sreport) dari pelaksanaan
pekerjaan, dibandingkan dengan jadwal rencana pelaksanaan
-
Membandingkan laporan-laporan hasil pelaksanaan
pekerjaan dengan rencana yang telah diputuskan sebelumnya
-
Melakukan analisa terhadap perbedaan-perbedaan
tersebut, termasuk factor lingkungan yang mempengaruhinya
-
Memberikan
penilaian terhadap hasil/pelaksanaan pekerjaan termasuk para penanggung
jawabnya
-
Mengambil
keputusan atas usaha perbaikannya atau penyempurnaannya
·
Sistem verifikatif
-
Menentukan
ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan prosedur pemeriksaan
-
Pemeriksaan
tersebut harus dibuat laporan secara periodik
-
Mempelajari
laporan untuk mengetahui perkembangan dari hasil pelaksanaannya
-
Mengadakan
penilaian terhadap hasil pelaksanaannya
-
Memutuskan
tindakan-tindakan perbaikan atau penyempurnaan
·
Sistem Inspeksi
Sistem ini
dimaksudkan untuk mengecek kebenaran dari suatu laporan yang dibuat oleh para
petugas pelaksananya. Dalam pemeriksaan ditempat, instruksi-instruksi diberikan
dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan pekerjaan. Inspeksi dimaksudkan pula untuk memberikan
penjelasan-penjelasan terhadap kebijakan pimpinan.
·
Sistem Investigasi
System ini lebih
menitik beratkan terhadap penyelidikan/penelitian yang lebih mendalam terhadap
sesuatu masalah yang bersifat egative. Penyelidikan ini didasarkan atau suatu
laporan yang masih bersifat hipotesa. Agar dapat memperoleh jawaban yang benar
diperlukan pengumpulan data, menganalisa atau mengolah data, dan penilaian atas
data tersebut. Berdasarkan atas hasil penelitian tersebut, kemudian segera
diambil keputusannya.
Pengawasan berdasarkan fungsi
operasional dalam manajemen
- Pengawasan
di bagian SDM
·
Penerapan employee
discipline system
·
Adanya career
path
·
Pemahaman
manajer atas motivasi, kepuasan, serta gaya kepemimpinan yang diterapkan
- Pengawasan
di bagian informasi
·
Penggunaan
teknologi computer dan teknologi informasi
·
Penerapan
sistem informasi manajemen
- Pengawasan
di bagian keuangan
·
Analisis laporan keuangan (financial statement analysis)
·
Manajemen kas (Cash management)
·
Pengelolaan biaya (Cost control)
- Pengawasan
di bagian pemasaran
·
Evaluasi atas pasar asaaran dan pasar potensial
·
Survey atas perilaku konsumen dan berbagai yang
terkait dengan konsumen
·
Evaluasi
atau strategi pemasaran dan bauran pemasaran yang dilakukan
- Pengawasan
di bagian produksi/operasi
·
Evaluasi atas plant location
·
Evaluasi atas plant lay-out
·
Evaluasi atas production process and schedule
·
Evaluasi atas product distribution
Tahap-tahap proses pengawasan
Apakah kinerja
yang dicapai sesuai dengan standar ?
|
Pengambilan
tindakan koreksi dan melakukan evaluasi ulang atas standar yang telah
ditetapkan
|
Penentuan Standard
dan Metode Penilaian Kinerja
|
Gambar 14.1. Tahap=tahap proses pengawasan
Karakteristik pengawasan efektif
1.
Akurat
Informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus
akurat. Data yang tidak akurat dari sistem pengawasan dapat menyebabkan
organisasi mengambil tindakan koreksi yang keliru atau bahkan menciptakan
masalah yang sebenarnya tidak ada.
2.
Tepat waktu
Informasi harus
dikumpulkan, disampaikan dan dievaluasi secepatnya bila kegiatan perbaikan
harus dilakukan segera
3.
Obyektif
Informasi harus
mudah dipahami dan bersifat obyektif serta lengkap
4. Terpusat pada titik pengawasan strategic
Sistem pengawasan harus memusatkan perhatian pada
bidang-bidang di mana penyimpangan-penyimpangan dari standar paling sering
terjadi atau yang akan mengakibatkan kerusakan yang paling fatal.
5.
Realistik secara ekonomis
Biaya
pelaksanaan system pengawasan harus lebih rendah, atau paling tidak sama dengan
kegunaan yang diperoleh dari system tersebut
6.
Realistik secara organisasional
Sistem pengawasan harus cocok atau harmonis dengan
kenyataan-kenyataan organisasi
7.
Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi
Informasi pengawasan harus terkoordinasi dengan
aliran kerja organisasi karena : a). Setiap tahap dari proses pekerjaan dapat
mempengaruhi sukses atau gagalnya keseluruhan operasi, b). Informasi pengawasan
harus sampai pada seluruh personalia yang memerlukannya.
8.
Fleksibel
Pengawasan
harus mempunyai fleksibilitas untuk memberikan tanggapan atau reaksi terhadap
ancaman ataupun kesempatan dari lingkungan
9.
Bersifat sebagai petunjuk dan operasional
Sistem
pengawasan efektif harus menunjukan baik deteksi atau diviasi dari standar,
tindakan koreksi apa yang seharusnya diambil
10. Diterima
para anggota organisasi
Sistem
pengawasan harus mampu mengarahkan pelaksanaan kerja para anggota organisasi
dengan mendorong perasaaan otonomi, tanggung jawab dan berprestasi.
BAB 15
MANAJEMEN OPERASI DAN MANAJEMEN PEMASARAN
- MANAJEMEN OPERASI
- Pengertian Manajemen
Operasi
Menurut Rue
dan Byars (1992) “Operation Management
is the application of the basic concepts and principles of management to those
segments of the organization that produce the goods and services”. Artinya
: Manajemen Operasi adalah aplikasi dari konsep dasar dan prinsip-prinsip
manajemen yang diterapkan pada bagian-bagian organisasi yang memproduksi barang
dan jasa.
Menurut Dessler
(2004) : “ Operations Management is the
process of managing the sources that are needed to produce organization’s goods
and services”. Artinya : Manajemen Operasi adalah rangkaian proses
pengelolaan keseluruhan sumber daya perusahaan yang dibutuhkan dalam
menghasilkan barang atau jasa yang akan diatwarkan kepada konsumen.
Menurut Weilhrich
dan Koontz (1994) : “Operational Management is the activities
necessary to produce and deliver a product or service. Artinya : Manajemen
operasional adalah kegiatan yang dilakukan untuk memproduksi dan menyerahkan
suatu produk atau jasa.
Menurut Dessler pada dasarnya manajemen operasi
memfokuskan pada pengelolaan 5P dalam operasi perusahaan :
- People, atau
orang-orang dalam perusahaan mencakup tenaga kerja langsung maupun tidak
langsung yang terlibat dalam kegiatan operasi perusahaan, dai mulai
pekerja desain, pemelihara mesin produksi, petugas kebersihan, dll.
- Plants, atau
pabrik, rumah produksi, atau bagian dari perusahaan di mana perusahaan
melakukan proses menghasilkan barang atau jasa yang ditawarkan kepada
konsumen.
- Parts, atau
faktor input produksi yang dibutuhkan perusahaan dalam menghasilkan barang
atau jasa. Dapat berupa bahan baku, skill, atau uang.
- Processes, atau
proses yang dilakukan menyangkut teknologi yang digunakan, perlengkapan,
hingga langkah-langkah proses produksi yang dilakukan perusahaan dalam
menghasilkan barang dan jasa.
- Planning and Control System, atau sistem perencanaan dan pengawasan. Mencakup prosedur yang
dijalankan untuk memastikan bahwa proses pengelolaan produksi yang
dilakukan memenuhi persyaratan standar yang telah ditetapkan
- Konsep Dasar Sistem
Produksi
Pada dasarnya sistem produksi adalah proses
transformasi input menjadi output. Menurut Dessler
(2004) produksi adalah sebuah proses mengubah input menjadi output. Sistem
Produksi memiliki tiga komponen utama, yaitu masukan (input), keluaran (output),
dan proses (processes).
MASUKAN KONVERSI KELUARAN
-
Transportasi
-
Prosedur
-
Teknologi
-
Sistem
produksi
-
Proses
produksi
-
Pengelolaan
mesin
-
Monitoring
pegawai
|
- Baku
- Informasi Pasar
- Kebutuhan konsumen
- Kebutuhan Pemilik perusahaan
|
Sumber :
Maman Ukas (2007)
Gambar 15.1.
Proses Produksi
- Elemen dalam Desain
Sistem Produksi
1) Lokasi Produksi (Plant Location)
Kriteria dalam pemilihan lokasi :
a.
Kriteria
Subjektif ; mendasarkan keputusan lokasi produksi berdasarkan pertimbangan
subjektif pemilik perusahaan. Keputusan ini akan mendukung keberhasilan apabila
keputusan ini didukung oleh berbagai faktor yang memperkuat keputusan subjektif
tersebut seperti kedekatan pasar, kedekatan dengan pemasok, srana transportasi,
dll.
b.
Kriteria
Objektif ; mempertimbangkan berbagai
faktor yang akan mendukung tercapainya keberhasilan bisnis perusahaan. Faktor
ini seperti regulasi pemerintah, faktor
budaya masyarakat, akses terhadap pasar dan pemasok, tingkat persaingan,
perbedaan niali tukar mata uang (untuk konteks global).
2)
Tipe
Produksi
Tipe produksi secara garis besar atas :
a.
Sistem
produksi intermiten (intermiten
production system) ; adalah sistem produksi di mana pengelolaan kegiatan
produksi bersifat terputus-putus atau tidak terus-menerus, menggunakan pola
mulai-selesai. Termasuk ke dalam sistem produksi adalah produksi yang
berdasarkan pesanan atau order. Terdapat dua jenis pola produksi yang
menggunakan sistem intermiten ini, yaitu :
·
Produksi
massal (mass-production), umumnya
berlaku pada perusahaan manufaktur. Produksi dilakukan melalui standar produksi
tertentu, prosedur tertentu, dan jumlah unit produk tertentu yang rutin
diproduksi
·
Pilihan
Massal (mass-cutomization), produk yang
dihasilkan oleh perusahaan memberikan keleluasaan kepada konsumen untuk memilih
sesuai dengan selera dan daya belinya masing-masing.
b.
Sistem
Produksi yang terus menerus (Continuous
Production System) ; adalah sistem produksi di mana pengelolaan kegiatan produksi
bersifat terus menerus dan untuk jangka waktu relatif panjang.
3)
Rancangan
Rumah Produksi (Plant Layout)
Rumah produksi adalah tempat di mana kegiatan
produksi dijalankan. Rumah produksi dapat berupa kantor, pabrik, maupun
berbagai jenis tempat lainnya termasuk berbagai fasilitas di dalamnya.
Keputusannya mengenai tempat produksi, dari fasilitas, pekerja, ruang kerja,
gudang, dll.
4)
Rancangan
Sistem Produksi (Production System
Layout) ; menyangkut bagaimana konversi dalam sistem produksi dilakukan.
Jenis rancangan dalam sistem produksi :
a.
Rancangan
Produk (product layout), adalah
rancangan sistem produksi yang bersifat berkesinambungan dari awal hingga akhir
dan mengikuti satu pola proses produksi.
b.
Rancangan
Proses (process layout), yairu
rancangan sistem produksi yang proses produksinya mengikuti jenis proses yang
harus dilakukan dan tidak selalu harus mengikuti seluruh proses yang ada.
c.
Rancangan
posisi tetap (fixed-position layout),
adalah sistem produksi di mana produk yang akan dibuat diletakan di satu
tempat, dan berbagai fasilitas seperti mesin, alat produksi, tenaga kerja,
mengerjakan di tempat tersebut.
d.
Rancangan
model selular (cellular manufacturing
layout), adalah sistem produksi yang dibangun dalam sebuah sel produksi
(pola produksi tertentu) yang dapat mengurangi penggunaan bahan baku, sumber
daya, maupun pergerakan tenaga kerja. Merupakan gabungan antara rancangan
produk dan rancangan proses.
Beberapa Konsep Seputar Manajemen Operasi
- Teknik Perencanaan dan Pengawasan
Produksi
Perencanaan produksi adalah proses pengambilan
keputusan mengenai produk apa yang akan dibuat, di mana, kapan, dan bagaimana
produk tersebut akan dibuat.
Pengawasan produksi adalah proses yang dilakukan
untuk emastikan bahwa kegiatan produksi sesuai dengan apa yang telah direncanakan
dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
- Manajemen Persediaan
Persediaan adalah berbagai produk yang diperlukan
perusahaan untuk melakukan proses produksi.
5 jenis konsep persediaan dalam Manajemen Operasi
:
a.
Bahan
Baku (raw materials) ; adalah bahan
yang dibutuhkan perusahaan untuk melakukan proses produksi
b.
Komponen
(components) ; adalah hasil dari
proses produksi awal sebelum proses produksi berikutnya, atau dapat berupa
bahan yang diperlukan dalam menghasilkan produk akhir.
c.
Produk
dalam proses (work inprocess) ;
adalah produk yang masih dalam pengerjaan proses produksi dan belum menjadi
produk jadi/produk akhir.
d.
Barang
Jadi (final goods) ; adalah produk
yang dihasilkan dari sebuah rangkaian proses produksi, merupakan produk yang
diinginkan konsumen.
e.
Barang
Pasokan (supplies) ; adalah
bahan-bahan yang diperlukan perusahaan untuk melakukan proses produksi, namun
tidak termasuk ke dalam barang jadi
Proses pengelolaan persediaan dengan jalan
mengefisienkan penggunaan persediaan disebut Manajemen Persediaan. Terdapat 4
konsep biaya persediaan :
a.
Biaya
pemesanan (ordering cost) adalah
biaya-biaya yang terkait dengan penyediaan berbagai bahan dan barang yang
diperlukan dalam proses produksi.
b.
Biaya
akuisisi (acquisition cost) adalah
jumlah biaya yang dikeluarkan berdasarkan unit produksi tertentu aatau jumlah
pesanan tertentu.
c.
Biaya
pemeliharaan (carrying cost) adalah
biaya yang dikeluarkan untuk memelihara atau menjamin bahwa bahan atau barang
yang telah diproduksi sesuai dengan standar tertentu atau sesuai dengan
keinginan konsumen, antara lain biaya pergudangan untuk barang dan bahan baku.
d.
Biaya
penyediaan stok (stockout cost)
adalah biaya yang harus dikeluarkan perushaan akibat adanya kekurangan atau
kelebihan stok produk yang diperlukan konsumen.
- Pengawasan dan Pengendalian Kualitas
Produksi
Kualitas adalah kelengkapan fitur dan manfaat dari
sebuah produk yang dihasilkan perusahaan, dan kemampuan produk tersebut dalam
memenuhi keinginan konsumen. Kualitas dapat diukur sampai sejauh mana produk
yang dihasilkan dengan keinginan konsumen. Kualitas dapat berarti (a) keinginan
dan kepuasan konsumen adalah standar utama dalam penentuan kualitas produk, (b)
kualitas yang tinggi tidak selalu berarti harganya mahal, selama produk
tersebut memenuhi keinginan konsumen maka standar kualitas terpenuhi.
- MANAJEMEN PEMASARAN
Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang
dilakukan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan perusahaannya, untuk
berkembang dan untuk mendapatkan laba. Proses pemasaran dimulai jauh sejak
sebelum barang diproduksi, penjualan, dan harus memberikan kepuasan pada
konsumen jika menginginkan usahanya berjalan terus, atau konsumen mempunyai
pandangan yang lebih baik terhadap perusahaan.(Dharmmesta & Handoko, 1982).
Menurut American
Marketing Association “Marketing is
the process of planning and executing the conception, pricing, promotion, and
distribution of ideas, goods, and services to create exchanges that satisfy
individual and organizationnal objectives “. Artinya pemasaran adalah suatu
proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi, dan
pendistribusian gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang
mampu memenuhi tujuan individu dan organisasi.
Manajemen Pemasaran menurut Kotler (2003) “the art and
science of choosing target markets and getting, keeping, and growing customers
trough creating, delivering, and comunicating superior customer values”.
Artinya seni dan ilmu di dalam memilih pasar sasaran dan mendapatkan,
memelihara dan mengembangkan para pelanggan melalui proses penciptaan,
penyampaian dan pengkomunikasian nilai pelanggan yang lebih baik. Manajemen
pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
program-program yang bertujuan menimbulkan pertukaraan dengan pasar yang dituju
dengan maksud untuk mencapai tujuan perusahaan.
Fungsi Pemasaran berfokus pada aktivitas kompleks
yang harus menampilkan tujuan yang jelas dan pertukaran yang umum. Aktivitas
ini termasuk pembelian, penjualan, transportasi, keuangan, penelitian
pemasaran, dan pengambilan risiko.
Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis
yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan dan keinginan konsumen merupakan
syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan sekaligus memenuhi
tujuan perusahaan (Stanton, 1978).
Tiga unsur konsep pemasaran (1) Orientasi pada
konsumen, (2) Penyusunan kegiatan pemasaran secara integral, (3) Kepuasan
konsumen.
Terdapat lima konsep
yang mendasari aktivitas pemasaran perusahaan
- Konsep produksi ; menyakini bahwa
konsumen akan lebih menyukai produk-produk yang tersedia di mana-mana
dengan harga yang murah. (the
production concept holds that consumers will prefer products that are
widely available and expensive)
- Konsep produk ; meyakini bahwa
konsumen akan lebih menyukai produk-produk yang menawarkan kualitas yang
baik baik, kinerja, atau fitur-fitur yang inovatof. (the product concept holds that consumers will favor those
products that offer the most quality, performance, or innovative features)
- Konsep penjualan ; meyakini bahwa
bila konsumen dan pelaku bisnis dibiarkan saja, maka mereka akan membeli
dalam jumlah yang memadai produk-produk perusahaan. Perusahaan harus
melakukan usaha penjualan dan promosi yang agresif. (the selling concept holds that consumers and businesses, if left
alone, will ordinarily not buy enough of the organization’s products. The
organization must, therefore, undertake an aggressive selling and
promotion effort)
- Konsep pemasaran ; meyakini bahwa
kunci untuk mencapai tujuan perusahaan mencakup usaha perusahaan untuk
menjadi lebih efektif daripada pesaingnya dalam hal menciptakan,
menyampaikan, dan mengkomunikasikan kepada pasar sasaran yang ditetapkan
nilai manfaat bagi konsumen. (the
marketing concept holds that the key to achieving its organizational goals
consists of the company being more effective than competitors in creating,
delivering, and communicating customer value to its chosen target markets)
- Konsep pemasaran sosial ; meyakini
bahwa tugas perusahaan adalah menetapkan kebutuhan, keinginan, dan
kepentingan pasar sasaran dan memberikan kepuasan yang diinginkan secara
lebih efektif dan efisien daripada pesaing dengan cara-car yang menjaga
atau meningkatkan kesejahteraan konsumen dan masyarakat. (the social concept holds that the
organization’s task is to determine the needs, wants, and interests of
target markets and to deliver the desired satisfactions more effectively
and effiently than competitors in way that preserves or enchances the
consumer’s and the society’s well-being)
BAURAN PEMASARAN (MARKETING
MIX)
Menurut Kotler (2003) Bauran pemasaran (Marketing Mix) adalah “ is the set of marketing tools that the firm
uses to pursue its marketing objectives in the target market”. Artinya
seperangkat alat pemasaran yang terdiri dari kombinasi strategi produk,
penetapan harga, saluran distribusi dan promosi yang digunakan perusahaan untuk
memuaskan target pasar yang telah ditentukan.
•
Unsur
bauran pemasaran (marketing mix) terdiri 4 P (Product,
Price, Place, dan Promotion) dan paling banyak
diadopsi, dipopulerkan pertama kali oleh E. Jerome McCarthy.
•
Perspektif
baru yang merupakan perluasan dari 4P. Di antaranya Kotler (1986) (dalam
artikel "Megamarketing”) menambahkan 2P lagi, yaitu Politics dan Public
opinion.
•
Rapp
dan Collins (1987) menambahkan 2D pada 4P, yaitu Database dan Dialogue.
•
Untuk
pemasaran jasa, Adrian Payne (1993) mengemukakan perluasan bauran
pemasaran, yaitu 4P ditambah 3P lainnya (People. Processes,
dan Provision of customer service).
Gambar 15.2 Konsep Penerapan Pemasaran
SEGMENTASI, TARGETING,
POSITIONING
Setiap perusahaan memiliki 3 langkah kemungkinan
pandangan terhadap strategi pemasaran dalam melayani pasarnya, yaitu :
1.
Pemasaran
Massal (undifferentiated Marketing)
2.
Pemasaran
Produk beraneka Ragam (Differeftiated
Marketing)
3.
Pemasaran
Sasaran (Target Marketing)
Inti pemasaran modern terdiri atas tiga langkah :
- SEGMENTASI
Menurut Kotler (2003 ):“Market
segmentation is the process of breaking a heterogeneous group of potential
buyer into smaller homogeneous groups of buyer, that is with relatively similar
buying characteristics or needs” ( Dengan kata lain segmentasi pasar
merupakan suatu aktivitas membagi atau mengelompokkan pasar yang heterogen
menjadi pasar yang homogen atau memiliki kesamaan dalam hal minat, daya beli,
geografi, perilaku pembelian maupun gaya hidup.)
Adalah tindakan mengidentifikasi dan membentuk
kelompok pembeli yang terpisah-pisah yang memungkinkan membutuhkan produk dan
atau beuran pemasaran yang tersendiri. Segmentasi adalah proses membagi pasar
keseluruhan suatu produk atau jasa yang bersifat heterogen ke dalam beberapa
segmen, di mana masing-masing segmennya cenderung bersifat homogen dalam segala
aspek.
Berdasarkan
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa segmentasi memiliki peran penting
dalam sebuah perusahaan karena beberapa alasan:
- Pertama,
segmentasi memungkin perusahaan untuk lebih fokus dalam mengalokasikan sumber
daya. Dengan membagi pasar menjadi segmen-segmen yang akan memberikan gambaran
bagi perusahaan untuk menetapkan segmen mana yang akan dilayani. Selain itu
segmentasi memungkin perusahaan mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai
peta kompetisi serta menentukan posisi pasar perusahaan.
- Kedua,
segmentasi merupakan dasar untuk menentukan komponen-komponen strategi.
Segmentasi yang disertai dengan pemilihan target market akan memberikan acuan
dalam penentuan positioning.
- Ketiga, segmentasi merupakan faktor
kunci untuk mengalahkan pesaing, dengan memandang pasar dari sudut yang unik
dan cara yang berbeda dari yang dilakukan pesaing.
Identifikasi Segmen Pasar
a.
Tahap
Survey; memusatkan perhatian pada kelompok untuk memperoleh pandangan tentang
motivasi, sikap, dan perilaku
b.
Tahap
Analisis; gunakan analisis faktorial untuk membuang variabel yang berkorelasi,
kemudian gunakan analisis kelompok untuk tetapkan jumlah segmen maksimum.
c.
Tahap
Pembentukan; membentuk kelompok berdasarkan sikap, perilaku, demografi,
psikografi dan kebiasaan media mereka
Dasar-dasar Segmentasi
Menurut Kotler
(2003) ada dua cara yang dapat
dijadikan dasar dalam segementasi pasar, yaitu
1. Consumen
characteristic (karakteristik konsumen) yang merupakan variabel utama
dalam segementasi yang terdiri dari Segmentasi
Geografi , Demografi
Segmentasi , Psychographic
segmentation
a. Geografi
-
Wilayah
-
Ukuran
Kota
-
Pendapatan
(kota, pinggiran, desa)
b. Demografi
-
Usia,
-
Jenis
kelamin
-
Siklus
hidup keluarga
-
Penghasilan
-
Pekerjaan
-
Pendidikan
-
Agama
-
Ras
-
Kewarganegaan
Contoh:
-
Coca-Cola, Benetton, Swatch, Sony, MTV adalah
perusahaan yang target utamanya adalah para remaja
c.
Psikografi
-
Kelas
sosial
-
Gaya
hidup
-
Kepribadian
(terpaksa, suka berkelompok, patuh penguasa, ambisius)
Contoh:
-
Porsche Cars North Amerika diperuntukkan bagi
lelaki usia 40th ke atas, sarjana, dan memiliki pendapatan $200,000
per tahun
2.
Consumer responses (respon konsumen) yang terdiri dari Benefit segmentation
(segmentasi manfaat) yaitu pengelompokan yang di dasarkan kepada manfaat yang
diharapkan konsumen dari suatu produk atau jasa, use occasion (saat pemakaian)
dan Brand atau merek. Dengan ini konsumen akan dikelompokkan berdasarkan respon
mereka terhadap produk atau jasa, seperti ada konsumen yang mementingkan
kualitas dan ada konsumen yang mementingkan harga yang murah.
Perilaku
a.
Peristiwa
(biasa, khusus)
b.
Manfaat
(kualitas, pelayanan, ekonomis, kecepatan)
c.
Status
pemakai ( bukan pemakai, bekas, pemakai potensial, pertama kali, pemakai
teratur)
d.
Tingkat
pemakaian (ringan, sedang, berat)
e.
Status
kesetiaan (tidak ada, sedang, kuat, mutlak)
f.
Tahap
kesiapan (tidak sadar, sadar, mengetahui, tertarik, menginginkan, bermaksud
membeli)
g.
Sikap
terhadap produk (antusias, positif, tidak acuh, negatif, membenci)
Contoh:
·
Perusahaan Campbell Soup menjadikan China
sebagai target mereka mengingat China adalah pengkonsumsi
sup tertinggi di dunia
·
Nestle menemukan bahwa dimanapun berada,
perilaku pemilik kucing dalam memberi makan kucingnya sama. Oleh karena itu
diciptakanlah Friskies, makanan kucing kering
- TARGETING
Suatu kegiatan
dalam mengevaluasi dan membandingkan kelompok yang sudah teridentifikasi untuk kemudian dipilih satu atau beberapa yang memiliki potensi
tertinggi .
Kriteria Dasar
Targeting
- Ukuran Segmen dan Potensi Pertumbuhan
n Rasio
pemakai komputer di AS adalah 1:4 sementara di China adl 1:6000
- Persaingan
n Kodak
vs Fuji
- Sesuai dan Layak
n Pepsi
vs Coca-Cola
- POSITIONING
Menurut Milton M. Presley et al dalam
Advertising procedure: “Positioning
product is the place your product occupies in consumers’ minds relative to
competing products. Think brand image, benefit promise, and competitive
advantage. It’s how you plan to compete in the marketplace. It’s the reasons
customers should buy your product, and not the competitors”. (Dengan kata
lain posititioning adalah bagaimana sebuah produk dimata konsumen yang
membedakannya dengan produk pesaing. Dalam hal ini termasuk barnd image, manfaat
yang dijanjikan serta competitive advantage. Inilah alasan kenapa konsumen
memilih produk suatu perusahaan bukan produk pesaing.)
Menurut Fanggidae, 2006,
positioning “adalah suatu strategi dalam kegiatan pemasaran yang bertujuan
untuk menciptakan perbedaan (differents), keuntungan (advantages), manfaat
(benefit) yang membuat konsumen selalu ingat dengan suatu produk.” (Dengan kata lain sebagai usaha
menempatkan sesuatu dalam pikiran orang dengan terlebih dahulu memberikan
informasi tentang segala sesuatu seperti fasilitas, program yang diberikan,
dosen yang dimiliki dengan cara penyuguhan kualitas pelayanan dan bagaimana
mempresentasikannya.) Penanaman suatu
produk di benak konsumen
Pendekatan dalam
positioning global:
- High Tech
Positioning
Produk yang
dibeli berdasarkan fitur konkrit suatu produk. Para pembeli biasanya
membutuhkan informasi teknis seperti
: Komputer, video, stereo, mobil
Dibagi menjadi
tiga kategori yaitu:
·
Technical products: pembeli memiliki
kebutuhan khusus, membutuhkan informasi produk, memiliki bahasa yang umum à PC
·
Special interest products: less technical
more leisure or recreation, berbagi pengalaman dengan keterlibatan yang
tinggi diantara para pengguna, memilki bahasa dan simbol yang diketahui secara umum Ã
Adidas
·
Products that demonstrate well: “speak
for themselves” Ã
Polaroid
- High Touch
Positioning
Lebih
menitikberatkan kepada citra, sangat terlibat dengan konsumen,
memiliki bahasa yang umum dan
seperangkat simbol yang
berhubungan dengan
kemakmuran, materi, dan romantisme.
Dibagi ke dalam
tiga kategori yaitu:
·
Products
that solve a common problem: menonjolkan manfaat suatu produk Ã
iklan minuman yang
menyegarkan pada saat cuaca sangat panas
·
Global
village products: produk yang
memiliki kesan “cosmopolitan in nature”
dan memiliki “global appeal”Ã
Levi’s, Marlboro, Harley-Davidson (AS), Sony (Jepang, Mercedes (Jerman)
·
Products
that use universal themes: materialism (kemakmuran dan sosial status), heroism (self sacrifice), play (santai,
rekreasi), procreation (citra
keramahan dan percintaan)
DIFERENSIASI
Menurut Kotler,
Kartajaya, Huan dan Liu, 2003, menyatakan “diferensiasi merupakan tindakan merancang seperangkat perbedaan yang
bermakna dalam tawaran perusahaan. Tawaran tersebut harus dipersepsikan oleh
konsumen sebagai hal yang berbeda, namun harus benar-benar berbeda dalam hal
content, context dan infrastrukturnya.”
Proses
diferensiasi dapat dilakukan dalam tiga tahap (Kotler, 2000):
a.
Pertama dengan menemukan model nilai konsumen. Perusahaan harus
membuat semua daftar produk dan jasa yang mempengaruhi persepsi konsumen yang
menjadi target market terhadap value.
b.
Kedua dengan membangun hirarki nilai
pelanggan, perusahaan harus menyusun setiap faktor kedalam satu kelompok dari
empat kelompok yaitu: Basic (dasar), expected (harapan), desired (keinginan) dan
unanticipated (kejutan).
c.
Ketiga adalah menemukan sepaket nilai konsumen. Perusahaan harus
memilih kombinasi antara faktor yang intangible dan tangible untuk membedakan
dengan pesaing dan menciptakan konsumen yang loyal.
Alat
Diferensiasi
Perusahaan
dapat melakukan diferensiasi pada lima dimensi (Kotler, 2003) yaitu: Product, services, personel, chanel dan image.
Diferensiasi
Produk adalah kegiatan memodifikasi produk agar
menjadi lebih menarik. Diferensiasi ini memerlukan penelitian pasar yang cukup
serius karena agar bisa benar-benar berbeda, diperlukan pengetahuan tentang
produk pesaing. Diferensiasi produk ini biasanya hanya mengubah sedikit
karakter produk, antara lain kemasan dan tema promosi tanpa mengubah spesifikasi
fisik produk, meskipun itu diperbolehkan.
Dapat dilakukan
pada form (bentuk) seperti ukuran, bentuk dan bentuk fisik lainnya dari
produk, features (corak) dengan memvariasikan fungsi dasar produk, performance
(kinerja), durability (daya tahan), reliability (kehandalan),
style (Mode) dan design (Disain).
Diferensiasi
Jasa menurut Kotler (2003) ketika
produk tidak mudah untuk di diferensiasi maka perusahaan perlu menambah nilai
pelayanan serta meningkatkan kualitasnya. Kreativitas yang tinggi mengharmonisasikan
unsur-unsur marketing mix : product, place, price, promotion, people,
packaging, programming patnership sehingga kualitas jasa yang dirasakan
oleh konsumen melebihi harapan.
Menurut Tjiptono, 2003, cara lain
untuk melakukan diferensiasi adalah secara konsisten memberikan kualitas
pelayanan yang lebih baik daripada para pesaing. Hal ini dapat dicapai dengan
memenuhi atau bahkan melampaui kualitas jasa yang diharapkan para pelanggan. Kualitas
jasa sendiri dipengaruhi oleh dua variabel, yaitu jasa yang dirasakan (perceived
service) dan jasa yang diharapkan (expexted service). Bila jasa yang
dirasakan lebih kecil daripada yang diharapkan, maka para pelanggan menjadi
tidak tertarik lagi pada penyedia jasa yang bersangkutan. Bila yang terjadi
adalah sebaliknya (perceived expexted), maka ada kemungkinan para pelanggan
akan menggunakan penyedia jasa itu lagi.
Diferensiasi
Personal Diferensiasi personal adalah diferensiasi lewat keunggulan personal.
Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kompetensi karyawan melalui
peningkatan pengetahuan, courtesy atau keramah tamahan, sopan santun dan
bersahabat, credibility yaiu dapat dipercaya dan jujur serta responsiveness
yaitu cepat tanggap menghadapi pelanggan.
Diferensiasi
Image (Citra) Menurut Zyman, S, 2000 dalam Sukawati, 2003 citra identik
dengan atribut adalah sebuah karakteristik, yang khusus atau pembeda dari
penampilan seseorang atau benda. Diferensiasi citra adalah bauran yang tepat
dari elemen pencitraan, yang menciptakan citra sebuah merek. Proses pencitraan
harus membangun, memaksimalkan, memanfaatkan, dan mengekploitasikan kekuatan
dan kelemahan setiap elemen citra untuk memastikan bahwa merek itu memiliki
prospek yang baik secara terus- menerus.
BAB 16
MANAJEMEN INTERNASIONAL
DASAR FUNDAMENTAL MANAJEMEN INTERNASIONAL
Globalisasi mengacu
pada sikap baru, terbuka mengenai mempraktekkan manajemen secara internasional.
Menggabungkan keingintahuan mengenai dunia di luar batas nasional dengan
kemauan untuk mengembangkan kamampuan guna beradaptasi dalam ekonomi global.
Menurut A. F. Stoner (1991)
Globalisasi berarti : tak ada luar negeri lagi. Dunia sekarang telah berubah
menjadi ‘ Desa yang besar (big vilage)’’ dan tanpa batas (borderless)’. Setiap orang diakui
menjadi warga penduduk dunia.
Manajemen
Internasional merupakan kinerja daripada aktivitas-aktivitas manajemen yang
melintasi batas-batas wilayah nasional (international
Management is management activities that cross national borders). Menurut Weihrich dan Koontz (1993) “ The study of international management
focusses onthe operation of international firms in host countries. It is
concerned with the ultimate aim being to manage better in situations that
involve crossing national boundaries” .
Artinya bahwa studi manajemen internasional memfokuskan pada operasi
perusahaan internasional di
negara-negara tuan rumah (host country) dengan mempertimbangkan masalah-masalah
manajerial yang berhubungan dengan arus orang, barang, jasa dan uang dengan
tujuan untuk bisa mengelola dengan baik dalam situasi kondisi yang melibatkan
hal-hal di luar batas wilayah nasional.
Semua negara di dunia
telah menyadari pentingnya kerjasama internasional untuk mengatasi
masalah-masalah nasional yang tidak dapat dipecahkan sendiri. Hubungan kerjasama (net
working) ini diwujudkan dalam bentuk organisasi internasional seperti PBB (United Nation Organization), WTO (World Trade Organization), GATT (General Agreement on Tariff and Trade/
perjanjian umum tarif dan perdagangan).
KEGIATAN BISNIS PERUSAHAAN
MULTINASIONAL
Kegiatan bisnis internasional umumnya didominasi
oleh perusahaan multinasional. (Multinational
Corporation). Beberapa bentuk kegiatan perusahaan multinasional, atau
bisnis yang dilakukan antar negara :
- Lisensi (Licencing) ; adalah bentuk kegiatan dari sebuah perusahaan
jariangan operasinya secara internasional
dengan jalan menjual hak penggunaan dari produk yang diproduksi
oleh perusahaan tersebut.
Contoh : Perusahaan perangkat lunak Microsoft
memberikan lisensi kepada perusahaan rekanannya di seluruh dunia untuk
penggunaan produk mereka seperti Microsoft Windows, Microsoft Office, Microsoft
Visual FoxPro, dll.
- Ekspor – Impor (Export – Import) ;
Ekspor adalah perusahaan yang menjual produk yang
dihasilkannya ke negara luar
Impor adalah perusahaan yang membeli produk dari
negara lain.
- Local Warehousing and Selling ; adalah perusahaan multinasional yang
memproduksi suatu barang hingga menjadi barang jadi di suatu negara,
kemudian produk jadinya tersebut dikirim ke perusahaan induknya untuk
kemudian dipasarkan ke berbagai negara lain.
- Local Assembly and Packaging ; adalah perusahaan multinasional yang memproduksi suatu barang di
sutu negara, kemudian produknya dikirim ke perusahaan induknya (dapat di
negara yang sama).
- Joint Ventures ; perusahaan multinasioanl yang melakukan kerja sama dengan
perusahaan lain di negara lain
dalam menjalankan suatu bisnis di negaranya ataupun di negara di mana
perusahaan rekanannya beroperasi.
- Acquisition ;
adalah perusahaan yang mengambil alih kepemilikan atas perusahaan tertentu
di negara tertentu dengan jalan membeli sebagian besar atau keseluruhan
saham atau kepemilikan dari perusahaan tersebut.
- Direct Foreign Investment ; adalah perusahaan yang melakukan investasi langsung di
negara-negara tertentu dalam bentuk penyertaan investasi di berbagai jenis
proyek yang dinilai perusahaan tersebut bersifat strategis dan memberi
keuntungan bagi kedua pihak.
Contoh PT. Freeport dan PT Exxon.
Kerjasama Ekonomi Regional
dalam Perdagangan Dunia
- Model Kerjasama menurut F. Kahnert
(a)
Free Trade Association ; di antara anggota tidak ada batasan
baik kuota impor, ekspor, maupun pembebanan tarif atau bea masuk
(b)
Custom Union ; antar negara anggota tidak ada
tarif-tarif/pembatasan-pembatasan dan terhadap dunia luar ada kesatuan tarif
(c)
Tarif Comunity ; ada common external tariff dan lowered internal
tariff
(d)
Economic Union : beberapa negara yang mempunyai letak geografis
yang berdekatan bergabung bersama mengatasi kepentingan masalah ekonominya
(e)
Supra National Union ; gabungan beberapa negara yang letak
geografis berdekatan kerjasama di bidang ekonomi, sosial, budaya, maupun masalh
pertahanan dan keamanan
(f)
Free Port ; pelabuhan bebas yang mengizinkan masuknya
berbagai barang secara bebas
(g)
Free Zone ; daerah wilayah pengembangan ekspor di pelabuhan
laut maupun pelabuhan udara di mana dilengkapi fasilitas dan saran penunjang
yang diperlukan
(h)
Entreport ; pelabuhan laut maupun udara yang menjadi
pelabuhan transit yang memiliki teknologi cangggih serta merupakan daerah
pengembangan wilayah industri untuk produksi barang-barang re-ekspor
(i)
Bonded Warehouse ; daerah pergudangan yang ada di pelabuhan untuk
menampung barang-barang yang datang maupun berangkat terutama barang-barang
yang sedang dalam penyelesaian administrasi.
- Benelux (Belgia, Nederland, Luxemburg).
Tujuannya :
(a)
Tariff comunity
(b)
Custom union
(c)
Full economic union
- Pasar Bersama Eropa (Belanda, Belgia,
Luxemburg, Perancis, Jerman, Italia, Inggris, dll)
Tujuannya: membentuk komunitas Eropa
- EFTA (European Free Trade Area)
Negara EFTA plus Inggris, Swedia, Portugal, Yunani
dll.
Tujuan: menghapus International duties.
Commodity yang diekspor oleh Indonesia ke
negara PBE: a). Tembakau ke Breman, b). Teh ke Anwerpen, c). Kopra ke Jerman,
d). Kina ke Belanda, e). Timah ke Belanda, f). Karet ke Jerman, Italia,
Perancis, g). Tapioka ke Jerman, h). Minyak kelapa sawit ke Jerman, Rusia,
Belanda, dll.
- ASEAN-Free Trade Area (AFTA)
Perdagangan bebas tahun 2003 antara negara-negara
anggota AFTA akan keluar masuk dengan tarif hanya 0-5% dan tidak boleh lagi hambatan
non-tarif.
Latar belakang pembentukan AFTA:
a.
Adanya
perubahan eksternal transisi terbentuknya new world order (pasca perang dingin,
blok-blok perdagangan, semakin ketatnya persaingan pasar internasional (Uruguay
round)
b.
Perubahan
internal: pertumbuhan ekonomi dan ekspor 10 tahun terakhir
c.
Meningkatkan
daya saing
- Asia Pasific Economic Cooperation
(APEC)
Bentuk kerjasama: a). Teknik, b). Investasi, c).
Pengembangan infrastruktur; perguruan tinggi, transportasi, telekomunikasi.
Indonesia menekankan pada aktivitas: a).
peningkatan sumber daya manusia, b). Pengembangan usaha kecil dan menengah.
Kendala kerjasama Indonesia-Australia:
1.
Pengawasan
impor dan karantina Australia terhadap produk pertanian/kehutanan ketatnya
standard label terhadap produk makanan, minuman, pertanian, dan elektronika.
2.
Anti
Dumping Law, ada 9 produk Indonesia yang terkena tuduhan dumping, a). Lead acid batteries, b). Exerrcise box, c). Polyolefin, d). Clear float
glass, e). Sorbitol 70%, f). Photo
copy paper.
Indonesia
dengan Cina :
Komoditi ekspor
: pylwood, karet, minyak sawit,
bahan-bahan kertas, dll
Komoditi impor : barang elektronik, peralatan
listrik, mesin pertanian, dll.
Kendala : (a) lamanya bernegosiasi, (b) perbedan
kultur, bahasa, (c) produk Cina lebih mudah diperoleh di negara ketiga seperti
Hongkong dan Singapura
- Nort American Free TradeArea (NAFTA)
Perdagangan bebas yang bersifat eksklusif
antaranggota NAFTA pada tahun 2010 barang bebas keluar masuk antar anggota dan
tidak ada hambatan non-tarif
- General Agreement on Tariff and Trade
(GATT) Forum untuk pemecahan isue-isue perdagangan dan moneter
Tujuan : mengatur perdagangan dunia dan tarif
perdagangan. Prinsip yang diterapkan pada anggotanya :
(1)
Adanya
pasar dunia yang terbuka (liberalisme perdagangan)
(2)
Anti perdagangan bebas
(3)
Anti
proteksionisme dalam segala bentuk
(4)
Anti
dumping dan anti subsidi
(5)
Adanya
bentuk timbal balik (reciprocity)
Bentuk-bentuk proteksionisme
(1)
Pembatasan
kuota hasil produksi negara berkembang
(2)
Dumping
sistem oleh negara maju terutama Jepang
(3)
Pemberian
subsidi produk oertanian dan ekspor hasil pertanian
(4)
Perlakuan
tidak adil terhadap barang ekspor negara berkembang
(5)
Perlakuan
diskriminatif dalam pelayanan di pelabuhan, sistem pembayaran, dll.
General System of Preference (GSP)
Preferensi umum yang diberikan kepada negara
berkembang oleh negara maju. Negara pemberi donor : Australia, New Zealand,
Canada, USA, Jepang, dll. Negara Penerima donor : ASEAN, Amerika Latin, Amerika
Tengah, negara-negara miskin.
Keringanan konsesi GSP :
1.
Pembebasan
tarif
2.
Penurunan
tarif
3.
Keringanan
bea masuk
4.
Kelonggaran
kuota
5.
Sistem
pembayaran
MEMAHAMI LEBIH JAUH MENGENAI
MANAJEMEN INTERNASIONAL
Motif Perusahaan
Multinasional
- Motif Pasar (Market Seeker)
Adalah motif di mana perusahaan berusaha untuk
melakukan perluasan pasar yang dapat menyebabkan jumlah konsumen menjadi
bertambah.
Contoh : perusahaan Sony-Ericcson, Motorola,
Nokia.
- Motif Sumber Daya (Source or raw-material seeker)
Adalah motif yang mendorong perusahaan untuk
melakukan ekspansi secara internasional disebabkan ketersediaan sumber daya
yang dibutuhkan di negara lain, dan tidak dimiliki di negaranya.
Contoh : Freeport (perusahaan Amerika) yang
beroperasi di Papua, Indonesia
- Motif Minimalisasi Biaya (cost Minimizer)
Adalah motif yang mendorong sebuah perusahaan
multinasional berekspansi ke negara lain dalam rangka mengurangi biaya operasi
perusahaan. Dengan kemampuan mengurangi biaya, maka perusahaan dapat bersaing
dengan lebih kompetitif lagi dengan menawarkan harga yang lebih rendah.
Contoh : perusahaan NIKE yang mendirikan pabrik di
Indonesia dapat mengurangi biaya tenaga kerjanya. Jika diasumsikan buruh di
Amerika rata-rata sebesar US $ 1.000 per bulan, di Indonesia adalah US $ 70 per
bulan, maka perusahaan NIKE dapat melakukan penghematan per bulannya sebesar US
$ 930. Jika dalam satu pabrik terdapat 1000 pekerja, maka perusahaan NIKE dapat
menghemat sekitar US $ 930.000 atau sekitar Rp 8,3 miliar per bulan.
Manajemen Lintas Budaya
Perusahaan
multinasional melibatkan kegiatan perusahaan yang lebih dari satu negara, salah
satu konsekuensinya adalah terjadinya pertemuan budaya yang berbeda dari negara
yang berbeda. Tiga persepsi manajer terhadap sumber daya manusia yang perlu
dilibatkan dalam sebuah perusahaan yang melibatkan berbagai lintas budaya :
- Persepsi Etnosentris (Ethnocentric) ; memandang bahwa
sumber daya manusia yang perlu dilibatkan adalah sumber daya yang berasal
dari budaya yang sama.
- Persepsi Polisentris (Polycentric) ; memandang bahwa
sumber daya manusia yang perlu dilibatkan dalam sebuah perusahaan
multinasional sangat tergantung di mana perusahaan tersebut beroperasi.
Asumsinya orang –orang lokal lah yang lebih cocok untuk dilibatkan karena
lebih mengetahui informasi dan situasi yang dihadapinya dibandingkan
dengan orang luar.
- Persepsi Geosentris Ggeocentric) ; memandang bahwa
faktor lokasi dan budaya tak menentukan layak tidaknya seseorang untuk
dilibatkan dalam sebuah perusahaan, tapi kualifikasi mengenai keahlian dan
pengetahuan seseorang yang menentukan layak tidaknya seseorang bekerja di
perusahaan multinasional
RESIKO POLITIK INVESTASI
LUAR NEGERI
- Sumber Resiko Politik
a.
Persaingan
filosofi politik (nasionalisme, sosialisme, komunisme)
b.
Kerusuhan
dan kekacauan sosial
c.
Kepentingan
pribadi dari kelompok-kelompok usaha lokal
d.
Kebebasan
politik sekarang dan masa yang akan datang
e.
Konflik-konflik
angkatan bersenjata dan pemberontakan internal untuk kekuasaan politik
f.
Persekutuan
internasional
- Kelompok-kelompok yang berpengaruh
terhadap timbulnya resiko
a.
Kekuasaan
pemerintah
b.
Kelompok
oposisi non parlementer
c.
Kelompok
masyarakat yang tidak teroganisir seperti mahasiswa, pekerja, kaum minoritas.
d.
Pemerintah
luar negeri atau agen inter pemerintah
e.
Pemerintah
luar negeri yang memungkinkan adanya konflik
- Akibat resiko politik
a.
Pengembil
alihan : hilangnya aset tanpa kompensasi
b.
Pengambil
alihan dengan kompensasi
c.
Batasan
operasional : [angsa pasar, karakteristik produk, kebijakan pegawai, bagian
lokal
d.
Kehilangan
kebebasan transfer : keuangan, barang, personel atau hak kepemilikan
e.
Pemutusan
atau revisi unilateral dalam kontrak atau kesepakatan
f.
Diskriminasi
misalnya pajak, kontrak
g.
Kerusakan
properti asset atau personel dari pemberontakan, revolusi, perang, dll
MANAJEMEN KOMPARATIF
Manajemen Komparatif
adalah mempelajari proses manajemen di negara-negara yang berbeda untuk menguji
potensi tindakan manajemen di bawah kondisi lingkungan yang berbeda. Tujuan
komparatif model manajemen dapat membantu dalam mengidentifikasi faktor-faktor
yang menyumbang terhadap keberhasilan manajemen dan organisasi.
CONTOH Manajemen Komparatif di negara Amerika dan Jepang :
MANAJEMEN AMERIKA
|
MANAJEMEN JEPANG
|
Pekerjaan jangka pendek
Evaluasi dan promosi cepat
Jalur karir spesialisasi
Mekanisme pengawasan yang jelas
Tanggungjawab perorangan
Pengambilan keputusan perorangan
Perhatian terhadap pekerjaan terbagi-bagi
|
Pekerjaan seumur hidup
Evaluasi dan promosi lambat
Jalur karir non spesialisasi
Mekanisme pengawasan lengkap
Tanggung jawab kolektif
Pengambilan keputusan kolektif
Perhatian terhadap pekerjaan menyeluruh
|
Sumber : Maman Ukas (402 : 2007)
Lingkungan eksternal dari perusahaan akan mempengaruhi praktek-praktek
manajemen
Ilmu
Manajemen
-
Konsep
-
Prinsip
-
Teori
-
Aplikasi
Pengetahuan secara umum
|
Model Modifikasi Koontz
Untuk Menganalisa Manajemen Komparatif
Praktek-praktek
manajerial
- Perencanaan
- Pengorganisasian
- Penyetapan
- Pemimpinan
- Pengawasan
|
Mempengaruhi
Fungsi-fungsi
Ilm Pengetahuan Perusahaan
-
Teknik
-
Produksi
-
Pemasaran
-
Keuangan
|
Praktek=praktek
Non-manajerial
- Teknik
- Produksi
- Pemasaran
- Keuangan
|
Keberhasilan
Perusahaan berdasarkan
- Faktor-faktor manajerial
- Faktor-faktor non manajerial
|
Sumber daya
manusia dan sumber daya mineral
|
Mempengaruhi
Lingkungan
eksternal
-
Pendidikan
-
Politik
-
Ekonomi
-
Teknologi
-
Sosial
Budaya/etika
|
Sumber: H. Koontz, A Model For Analyzing Universality
And Transferability Of Management, Academy Of Management Journal, 1969
Gambar 16.1 Model Modifikasi Koontz untuk
menganalisa manajemen komparatif
Perbandingan Sudut Pandang
Amerika, Eropa dan Jepang dalam Persaingan
PERSAINGAN
|
SUDUT PANDANG AMERIKA
|
SUDUT PANDANG EROPA
|
SUDUT PANDANG JEPANG
|
Sifat Persaingan
|
persaingan kekuatan moral yang kuat, membentuk
karakter
|
Persaingan bukan baik atau buruk
|
Adanya konflik. Untuk menyelesaikannya tiap
individu harus bersaing, tujuan akhirnya harmony antara sifat alam dengan
manusia.
|
persaingan usaha
|
Persaingan usaha seperti permainan olah raga yang besar
|
Persaingan usaha berpengaruh pada kehidupan orang dan perkembangan secara
cepat pada kesejahteraan orang
|
Perusahaan seperti keluarga. Persaingan tidak punya tempat dalam keluarga.
Tindakan agresif terhadap pesaing dipasar adalah untuk kelangsungan hidup dan
kemajuan
|
motivasi
|
Seseorang tidak bisa makan. Motivasi pegawai kecuali ada imbalannya
sebagai tambahan upah/gaji
|
Pegawai dimotivasi dengan fakta bahwa dia sudah disewa oleh perusahaan
|
Sama dengan sudut pandang Eropa
|
Sistem penghargaan
|
Orang dievaluasi berdasarkan image/kontribusi mereka pada perusahaan. Tip
yang besar di hotel atau restauran yang baik
|
Gaji yang cukup, peluang promosi, tapi tidak insentif ekstra kecuali dari
penjualan. Tip yang kecil karena pelayanan jasa sudah termasuk nilai tambah
|
Sama dengan sudut pandang Eropa
|
Persaingan yang tinggi
|
Perusahaan harus kuat dari goncangan kesejahteraan masyarakat secara umum
karena tidak ada batasan persaingan
|
Terlalu banyak persaingan akan
rusak dan terjadi konflik dengan etika efisien kristen dan sifat kekeluargaan
|
Persaingan yang tinggi akan merusak dan menciptakan kebencian hanya
persaingan yang terkendali yang akan Mengarahkan pada harmony dan bermanfaat
bagi masyarakat
|
Kebijaksanaan penyewaan
|
Tenaga kerja yang ideal adalah individu yang agresif yang menyukai
persaingan individu yang menyadari perasaan tidak cocok dengan perusahaan
|
Adanya perbedaan pendapat atau perilaku agresif individu dilihat dari
berbagai sudut pangsa yaitu, dari ideologi nasional dari jenis pekerjaan.
Ditekankan bukan merupakan pertimbangan untuk mendapatkan uang kerja harus
agresif.
|
Individu di pekerjaan/ disewa biasanya bukan untuk pekerjaan tertentu,
tetapi berdasarkan kepribadian mereka dan kemampuan mereka untuk menjadi
anggota kehormatan perusahaan. Ditekankan pada konsensus, kelompok dan
permainan time.
|
Sumber: Samuel Certo, Principles of
Management, Fourth Edition: 585
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis dilahirkan di Kuningan 3 Desember
1971. Menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 7 Kuningan tahun 1984, SMP
N 1 Kuningan tahun 1987, SMA N 2 Kuningan tahun 1990. Lulus Pendidikan Sarjana
dari Universitas Pasundan Jurusan Manajemen tahun 1995, menyelesaikan Program
Pasca Sarjana (S2) dari Universitas Pajadjaran Jurusan Manajemen tahun 2008.
Bahan Ajar yang telah
telah disusun antara lain Manajemen Operasional, Manajemen Operasional Lanjutan